Langsung ke konten utama

Hukum yang terutama



Ketika orang - orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang - orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat bertanya untuk mencobai Dia : "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" Jawab Yesus kepadanya : "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah : Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Mat 22 : 34 - 40)

Bacaan 1 : Kel 22 : 21 - 27
Bacaan 2 : 1 Tes 1 : 5c - 10
Bacaan Injil : Mat 22 : 34 - 40

Minggu, 29 Oktober 2017 - Hukum yang terutama

Hukum Taurat, mengatur hubungan vertikal, manusia dengan Tuhan dan juga hubungan horizontal, manusia dengan manusia. Sebagai permulaan, hukum ini mengatur bagaimana kasih itu menjadi pondasi utama diatas semuanya. Kasih ini, adalah lem yang merekatkan semuanya.

Bagi Tuhan, cinta kasihNya sudah nyata dengan menciptakan seluruh dunia, dan segala isinya yang telah dipandang oleh Allah , amat baik. Allah telah mengikat perjanjian dengan manusia untuk menyelamatkan kita semua dari kebinasaan maut dan dosa. Janji yang sudah turun temurun ini, terus diperbaharui oleh Allah dalam berbagai kesempatan dan ini mesti terjadi, justru karena manusia tidak setia.

Manusia seringkali dengan mudah mengingkari tawaran keselamatan dari Allah dalam berbagai kesempatan ketika terjadi saja sedikit kesukaran. Misalkan, perjalanan umat Israel keluar dari tanah Mesir, ketika Musa menghadap Tuhan cukup lama dan tak turun - turun dari gunung, mereka mulai berpikir mencari Allah lain , figur yang mereka buat sendiri untuk "keselamatan" baru mereka.

Karena itulah, Allah menciptakan hukum Taurat yang paling utama ini supaya manusia mencintai Allah dengan 3 kemampuan utamanya, yaitu dengan hati, jiwa dan akal budi. Ketiganya harus sinkron dan terpusat kepada Allah. Hati memuat perasaan manusia, kecondongannya untuk mengarahkan seluruh perhatian dan keinginan pribadi mencari dan menemukan Allah.

Kalau orang setengah - setengah hati, dapatkah pekerjaannya menjadi baik  ? Jika dia merasa terpaksa, adakah seluruh kemampuannya dapat diberikan maksimal ? Jika hati tidak merasa nyaman, mood sedang jelek, bagaimana seseorang bisa bertahan ketika mendekat kepada pribadi yang lain ? Jadi hati itu penting ketika kita mau mengarahkan fokus kita kepada Allah.

Lalu jiwa adalah unsur rohani yang selalu mencari Allah. Jiwa kita adalah bagian yang tak kelihatan, karena telah tertutupi oleh tubuh, namun melalui jiwa ini, ada kehausan untuk mencari siapa sih pencipta kita ? mencari perlindungan tertinggi, yang dapat memberikan kita ketentraman, kedamaian dan juga harapan hidup.

Jika jiwa kita tidak sepenuh hati kepada Allah, kita mudah jatuh ke dalam rupa - rupa penyembahan berhala. Jiwa mencari sosok Allah, tapi jika tidak diarahkan dengan benar, maka jiwa mencari unsur - unsur kekuatan alam dan juga kepercayaan kepada kuasa - kuasa lain. Ada tawaran - tawaran dunia tak sehat yang mengharapkan segala sesuatu instan. Misalkan, mau dapat pasangan yang cantik atau ganteng, ya udah daripada usaha keras, mending ke dukun saja supaya dipelet dan orang tersebut jatuh cinta dengan kita. Demikian juga dengan permohonan untuk usaha dan kekayaan, dan lain sebagainya.

Lalu ada juga tentang pikiran akal budi, yaitu daya cipta manusia. Dengan pikiran, kita mampu memutuskan mana hal baik dan buruk yang boleh kita lakukan. Logikanya bagaimana ? Sudah sejak lama ada pertentangan antara ilmu pengetahuan versus teologi. Para ahli dan ilmuwan berusaha membuktikan keberadaan Tuhan , yang seringkali mengatakan Tuhan itu tak ada.

Jika ilmu pengetahuan menghilangkan keberadaan dan keyakinan yang berpusat kepada Tuhan, maka yang ada adalah kehancuran. Keinginan manusia untuk menggunakan kemampuan ini melawan Tuhan, telah terjadi secara terus menerus. Contohnya, dalam perjanjian lama, manusia bahu membahu menciptakan menara Babel yang tinggi untuk bisa melawan kekuasaan Tuhan. Hingga saat ini, berbagai praktik ilmu pengetahuan manusia, misalkan kloning itu bertentangan dengan Allah, karena ingin menyamai Tuhan dalam menciptakan manusia.

Jadi sebenarnya, ketiganya benar - benar penting dan dari sini kita tahu bahwa hukum Taurat ini sebenarnya mendekatkan dan menyelamatkan hidup kita juga. Kalau kita salah berpijak, yang ada adalah kehancuran, duka dan kesedihan yang terjadi diseluruh hidup kita. Kita tak dapat bertahan tanpa keberadaan Allah dan kasihNya.

Lalu yang terakhir, hubungan manusia dengan manusia. Manusia itu makhluk sosial yang saling membutuhkan. Allah sudah menciptakan kita memiliki kepribadian. Kita secara alami merawat diri kita, kita lapar dan haus, kita pasti cari makan. Kita kedinginan, kita mengenakan pakaian yang pantas, kita juga berusaha untuk tampil baik, dan juga menjaga kesehatan kita, tubuh kita dengan berbagai cara.

Cinta diri ini, adalah usaha kita untuk hidup dengan baik, dan motivasi kebaikan inilah yang diharapkan Allah kita bagikan juga dengan orang lain. Bagaimana kita melihat diri kita, demikian juga kita berusaha untuk melakukan kebaikan itu kepada orang lain. Dengan demikian, diharapkan ada rantai kasih, dimana semua orang saling memberi perhatian dan kelebihan dirinya untuk sesama.

Saya kadang menyadari, mengapa para pewarta - pewarta yang sebelumnya mengalami banyak pengalaman buruk dalam hidupnya bisa begitu kuat mengubah hidup orang ? Misalkan seorang pecandu narkoba, ketika bertobat berkeliling membagikan pengalamannya rehabilitasi, kemudian bahaya dari narkoba dan mengajarkan bagaimana cara menolak narkoba. Inilah pengalaman yang ia rasakan dalam dirinya, dan itu yang dia bagikan. Ini juga merupkaan usaha memperlakukan orang lain seperti apa yang kita harapkan seharusnya terjadi dalam hidup kita, jika mereka tidak melakukan kesalahan - kesalahan yang kita lakukan.

Selain itu, standar - standar yang tercipta didunia mau apapun itu yang dirundingkan bersama, itu lahirnya dari pengalaman setiap orang. Tolok ukurnya paling dasar adalah pengalaman pribadi, lalu disatukan dengan pengalaman orang lain, menciptakan solusi bersama yang kuat. Inilah kekuatan dari memperlakukan orang lain seperti diri sendiri, terutama apa yang kita alami.

Contoh lain, bagaimana orang tua kita yang sudah hidup lebih lama dari kita, membagikan semua pengalaman terbaik mereka untuk pelajaran kita. Jika mereka melihat, oh Gereja katolik itu bagus, ya mereka memberikan kita baptis bayi sejak lahir, dan sebagainya dengan tujuan supaya hidup kita menjadi makin hari makin baik.

Baiklah, pada akhirnya kita semua perlu berlatih kepekaan terhadap Tuhan dan sesama. Jika kita senantiasa mau berpikir untuk maju dan berkembang, kita akan senantiasa bertumbuh menjadi pribadi - pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu. Andalkan dan pasrahkan kepada Tuhan segala pekerjaan dan seluruh hidup kita.

Doa : Ya Allah, Bapa yang Maha Kuasa, terimakasih atas hukum cinta kasih yang Engkau bagikan kepada kami. Kami menyadari, tanpaMu, kami tidak dapat hidup. Kami juga menyadari, tanpa sesama kami, kami akan kehilangan nilai - nilai hidup kami. Ajarilah kami, setia dan percaya kepadaMu dan juga supaya kami dapat memberikan kebaikan - kebaikan kepada sesama. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sketsa Batin - Perumpamaan tentang Domba yang Hilang

Sketsa Batin - Seri Perumpamaan Yesus DOMBA YANG HILANG Bacaan Injil : Luk 15:4-7 15:4 "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? 15:5 Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, 15:6 dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. 15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." Pengantar Perumpamaan :  Setelah membahas bersama 6 kisah yang berhubungan dengan Kerajaan Allah, kali ini kita akan membahas perumpamaan - perumpamaan Yesus t...

Sketsa Iman - Setia mendekatkan diri kepada Tuhan

Sketsa Iman - 11 Desember 2019 Bacaan 1 : Yes 40:25-31 Bacaan Injil : Mat 11:28-30 11:28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. 11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. 11:30 Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." Renungan :  Ketenangan jiwa, merupakan sebuah hadiah nyata dan bernilai tinggi yang ditawarkan oleh Yesus, sebagai konsekuensi dari sikap dan komitmen kita untuk mengikuti Dia. Yesus, Tuhan kita mau menawarkan kelegaan dan penghiburan dengan mengundang kita untuk datang kepadaNya. Kitapun diajak saat ini untuk merefleksikan, bagaimana cara kita mendekat kepada Tuhan ? Seberapa baik usaha kita saat ini untuk datang kepadaNya. Kita tidak bisa melihat Tuhan secara langsung, namun dengan iman, kita memandang dan yakin bahwa Ia selalu beserta kita. Ada pepatah yang mengatakan "Tuhan hanya se...

Sketsa Iman - Perhatian penuh kepada Allah

Sketsa Iman -  8 Oktober 2019 Bacaan 1 : Yun 3:1-10 Bacaan Injil : Luk 10:38-42 10:38 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. 10:39 Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, 10:40 sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." 10:41 Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, 10:42 tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." Renungan :  Hari ini kita mau merenungkan bersama kisah tentang perjumpaan antara Yesus dengan Marta dan Maria. Marta disebut menerima Yesus di rumahnya, artinya dia-lah sang tuan rumah y...

Sketsa Iman - Para Pelayan Sejati

Sketsa Iman - 23 Oktober 2019 Bacaan 1 : Rom 6:12-18 Bacaan Injil : Luk 12:39-48 12:39 Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. 12:40 Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan." 12:41 Kata Petrus: "Tuhan, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang?" 12:42 Jawab Tuhan: "Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya? 12:43 Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. 12:44 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. 12:45 Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan hamb...

Sketsa Iman - Introspeksi diri

Sketsa Iman - 4 Oktober 2019 Bacaan 1 : Bar 1:15-22 Bacaan Injil : Luk 10:13-16  Katakanlah begini: pada hari ini menjadi nyata keadilan ada pada Tuhan, Allah kita, sedangkan kejahatan pada kami, sebagaimana halnya sekarang ini, yaitu pada orang-orang Yehuda dan penduduk Yerusalem, pada sekalian raja kami, para pemimpin, para imam dan nabi serta pada nenek moyang kami. Memang kami telah berdosa kepada Tuhan. Kami tidak taat kepada-Nya dan tidak mendengarkan suara Tuhan, Allah kami, untuk mengikuti segala ketetapan Tuhan yang telah ditaruh-Nya di hadapan kami. Semenjak Tuhan membawa nenek moyang kami keluar dari negeri Mesir  sampai dengan hari ini kami tidak taat kepada Tuhan, Allah kami. Sebaliknya, Tuhan telah kami alpakan karena kami tidak mendengarkan suara-Nya. Dari sebab itu melekatlah kepada kami semua bencana dan laknat yang telah diperintahkan Tuhan kepada Musa, hamba-Nya, waktu nenek moyang kami dibawa-Nya keluar dari negeri Mesir untuk dianugerahi suat...