Sketsa Iman, 24 September 2018
Bacaan 1 : Ams. 3:27-34
Bacaan Injil : Luk 8:16-18
Ulasan Kitab Suci :
Renungan :
Apa sih rasanya jika suatu ruangan gelap gulita ? Kita melihat hitam pekat dan kita kehilangan kepekaan terhadap object-object disekitar kita seketika itu juga. Di manapun kita berada, apalagi jika malam hari, kegelapan itu menjadi musuh jika kita tak paham kondisi sekitar. Sebaliknya, ketika ada pencahayaan, segala sesuatunya lebih mudah kita amati, kita ketahui keberadaannya dan kita dapat melangkah dengan aman ke tempat tujuan kita juga.
Secara filosofis, cahaya pasti selalu mampu untuk melenyapkan kegelapan. Kegelapan itu ada karena tidak adanya cahaya. Cahaya yang bersifat menerangi, menunjukkan itulah yang di ayat ke 17 dituliskan juga bahwa tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan.
Dalam hidup kita, seringkali perbuatan - perbuatan yang jahat selalu tersembunyi. Begitu kejahatan dibawa kepada terang, siapa tokoh-tokoh yang terlibat didalamnya, bagaimana modus operandinya, apa akibatnya, semuanya terungkap dengan jelas. Ini juga adalah satu cara efektif jika seseorang mau keluar dari kebiasaan yang jelek, yaitu dengan membawanya ke terang, supaya diketahui banyak orang. Contoh, seseorang yang mau menguruskan badannya, meminta seorang teman untuk menjadi pengamat. Setiap hari, dia akan menyampaikan berapa berat badannya. Bila dalam beberapa hari, tidak turun, tentu teman ini akan memberikan nasihat dan mengecek lebih banyak tentang kondisinya.
Tuhan Yesus sendiri juga adalah terang dunia. Lewat perbuatan-perbuatanNya, kerajaan Allah dihadirkan dan Yesus menghancurkan kegelapan dan kesuraman penderitaan, sakit-penyakit, dan dosa. Dengan menghadirkan diriNya secara nyata, kita menjadi paham bahwa kita punya seorang penyelamat yang begitu mengasihi kita.
Terang yang mengungkapkan semuanya ini memberikan kejelasan dan transparansi dalam sikap dan tindakan - tindakan kita. Orang-orang yang benar, biasanya dekat dengan semuanya ini dan mereka siap untuk menanggung tugas yang lebih besar. Di ayat ke 18 adalah ayat yang cukup wajar karena seseorang yang berani terbuka, berani bersikap benar telah bertindak seperti sebuah pelita yang cahayanya tidak tersembunyi. Tentu orang-orang demikian mendapatkan potensi besar untuk dipakai.
Sebagai penutup, kitapun sebagai orang Kristiani dipanggil untuk menjadi pelita bagi sesama dengan menjalankan aktifitas kita untuk Tuhan. Hal-hal sederhana seperti ketika kita berdoa sebelum dan sesudah bekerja atau aktifitas lainnya, ketika kita ramah terhadap sesama, ketika kita aktif di dalam komunitas dan persekutuan doa rutin maka dengan sendirinya, kita telah menjadi pelita yang aktif bagi sesama dengan cahaya dari Kristus mengalir dari situ.
Teladan Orang Kudus : St Pasifikus
St Pasifikus amat populer di kalangan masyarakat desa sebab khotbah-khotbahnya sederhana dan lembut. Di samping itu, ia beroleh karunia mengagumkan dapat membaca hati orang. Suatu ketika, ia mengingatkan seorang laki-laki dalam Sakramen Tobat karena tidak bersikap baik kepada ibunya. Orang ini juga menyimpan pikiran-pikiran yang tidak murni dalam benaknya. Apa yang dikatakan Imam Pasifikus benar adanya. Orang itu akhirnya sungguh menyesali dosa-dosanya. Ke manapun Pasifikus pergi untuk berkhotbah dan melayani pengakuan dosa, ia mendatangkan banyak kebajikan. Tetapi, ketika baru berkhotbah selama enam tahun, Pasifikus harus berhenti sebab kesehatannya yang buruk. Ia menjadi buta, tuli dan lumpuh. Ia melewatkan waktunya dengan berdoa dan bermatiraga dalam biara. Ia menolong sesama dengan segala cara yang dapat ia lakukan. Tuhan senantiasa amat dekat dengannya. Tuhan memberinya anugerah nubuat. St Pasifikus menubuatkan kemenangan besar balatentara Kristen atas balatentara Turki di Belgrade. Ia juga mengatakan kepada seorang uskup, “Yang Mulia - surga! Surga! Dan aku akan menyusulmu segera!” Sekitar dua minggu kemudian, uskup wafat. Tak lama sesudahnya, seperti yang telah dikatakannya, St Pasifikus wafat pula. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1721. Banyak mukjizat terjadi di makamnya. Imam Pasifikus dimaklumkan sebagai seorang kudus oleh Paus Gregorius XVI pada tahun 1839.
St Pasifikus mengalami masa kecil yang tidak mengenakkan. Ia bisa saja membiarkan diri tumbuh menjadi seorang dewasa yang dikuasai kemarahan dan frustrasi. Tetapi, ia berdoa kepada Yesus mohon hati yang mengampuni dan sabar. Masa-masa sulitnya berubah menjadi saat-saat bertumbuh dalam kasih kepada Tuhan dan sesama. Sebab ia telah banyak menderita, ia dapat bersimpati pada penderitaan orang-orang lain dan membantu mereka untuk menemukan Tuhan dalam hidup mereka.
Ref :
Doa :
Ya Allah, Bapa yang Mahakuasa, terima kasih atas segala berkat dan rahmat yang Engkau curahkan bagi kami setiap hari. Jadikanlah kami pelita - pelitaMu yang siap untuk menerangi dunia, dan jangan takut untuk bersaksi dalam kebenaran, di setiap aktifitas hidup kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Komentar
Posting Komentar