Sketsa Iman, 7 September 2018
Bacaan 1 : 1 Kor 4:1-5
Bacaan Injil : Luk 5:33-39
Ulasan Kitab Suci :
5:33 Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: "Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum." 5:34 Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? 5:35Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa." 5:36 Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: "Tidak seorangpun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu. 5:37 Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itupun hancur. 5:38 Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. 5:39 Dan tidak seorangpun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik."
Renungan :
Tuhan Yesus menyatakan diriNya sebagai mempelai dan para murid sebagai sahabat-sahabatNya. Dengan nuansa perjamuan nikah, ada sukacita besar disana dan damai sejahtera. Sukacita inilah yang dijadikan patokan oleh Yesus, bahwa sahabat-sahabat itu yang hadir bersama denganNya tak patut berpuasa. Puasa itu baru akan terjadi ketika Yesus menderita dan wafat bagi kita. Untuk Gereja dewasa ini, hal itu diterjemahkan dalam masa prapaskah dimana kita berpantang dan berpuasa untuk mengenang sengsara dan wafat Yesus, tanda pertobatan kita.
Gebrakan Yesus pada tradisi baru ini benar-benar mengubah pola pikir kita semua bahwa pelaksanaan ritual keagamaan itu sesuai konteksnya dan punya makna, bukan sekedar dijalankan sebagai kewajiban saja. Bila semuanya itu menjadi kewajiban belaka, maka orang-orang akan mudah merasa kelelahan dan beban.
Perumpamaan Yesus selanjutnya tentang penambalan secarik kain baru pada baju tua dan juga anggur baru pada kantong kulitnya menggambarkan sebuah sikap hidup baru. Menyongsong hidup baru, gaya kita tak boleh sama lagi. Kita sudah ditebus, kita sudah diselamatkan, oleh karena itu gaya hidup kita harus berubah. Secara umum, dalam hal apa saja, kita tak bisa tetap diposisi kita jika kita mau berbeda dari sebelumnya. Kita membutuhkan pembaharuan sikap, hati dan pola pikir untuk ini semua.
Mula-mula kita mesti sadar, bahwa Yesus telah hadir dan masuk dalam hidup kita. Kita merasakan sapaan dan pengalaman dicintai Tuhan, baru kemudian kita bisa melangkah menjalankan gaya hidup baru itu. Sebagai contoh : jika seseorang malas berdoa, dia tak bisa begitu saja menyalahkan seolah - olah Tuhan tidak bertindak dalam hidupnya, karena kepekaannya terhadap kehadiran Tuhan kurang. Ia tidak meluangkan waktu berbicara dan akrab dengan Yesus. Kita semua dipanggil untuk membawa perubahan, menjadikan gaya baru itu terlihat dimana-mana. Mari kita jalankan.
Teladan Orang Kudus : B. John Duckett
John Duckett mengenyam pendidikan di perguruan tinggi Douay, Inggris dan ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1639. Kemudian ia melanjutkan studi tiga tahun lamanya di Paris. Beberapa jam lamanya dalam sehari biasa dilewatkan John dalam doa. Sebelum dikirim kembali ke Inggris yang sedang dalam masa penganiayaan, ia melewatkan dua bulan lamanya bersama para biarawan Cistercian, membaktikan diri dalam doa dan retret. Imam muda ini berkarya selama setahun di Inggris sebelum akhirnya tertangkap dengan minyak suci dan sebuah buku ibadat di tangannya. Ketika mereka yang menangkapnya mengancam akan mencelakai keluarga dan teman-temannya jika ia tak mengakui identitasnya, John mengaku bahwa ia seorang imam. Ia dibawa dan dijebloskan ke dalam penjara di London. Di sana, ia bertemu dengan seorang rekan imam, Ralph Corby, yang seorang Yesuit. Pater Corby telah berkarya selama duabelas tahun di Inggris sebelum akhirnya ditangkap saat mempersembahkan Misa. Ordo Yesuit segera berupaya menyelamatkan Pater Corby. Ketika “penangguhan hukuman mati” datang, P Corby mendesak agar P John Duckett yang lebih muda, mempergunakannya. Tetapi P John tak hendak membiarkan dirinya pergi meninggalkan sahabatnya.
Sesungguhnya, tak seorang imam pun diijinkan menikmati penangguhan hukuman mati itu. Para hakim mengabaikannya dan menjatuhkan hukuman mati kepada kedua imam. Pada tanggal 7 September 1644, pukul sepuluh, kedua imam menaiki kereta yang akan membawa mereka ke Tyburn, tempat pelaksanaan eksekusi. Kepala mereka digunduli dan mereka mengenakan jubah mereka. Masing-masing menyampaikan sepatah dua patah kata, lalu mereka saling berpelukan. Mereka akan segera berjumpa lagi di hadapan Tuhan kemuliaan.
Ref :
http://yesaya.indocell.net/id239_b__john_duckett.htm
Doa :
Ya Allah, Bapa yang Mahakuasa, berkatilah kami supaya kami mampu melihat gaya hidup baru yang dinyatakan oleh Tuhan Yesus. Kami belajar untuk mau menjadi manusia-manusia baru dengan sikap, hati dan pikiran yang diperbaharui. Curahkanlah Roh Kudus-Mu buat kami semua hari ini, supaya kami bisa melakukan itu semua. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Bacaan 1 : 1 Kor 4:1-5
Bacaan Injil : Luk 5:33-39
Ulasan Kitab Suci :
5:33 Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: "Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum." 5:34 Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? 5:35Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa." 5:36 Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: "Tidak seorangpun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu. 5:37 Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itupun hancur. 5:38 Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. 5:39 Dan tidak seorangpun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik."
Renungan :
Tuhan Yesus menyatakan diriNya sebagai mempelai dan para murid sebagai sahabat-sahabatNya. Dengan nuansa perjamuan nikah, ada sukacita besar disana dan damai sejahtera. Sukacita inilah yang dijadikan patokan oleh Yesus, bahwa sahabat-sahabat itu yang hadir bersama denganNya tak patut berpuasa. Puasa itu baru akan terjadi ketika Yesus menderita dan wafat bagi kita. Untuk Gereja dewasa ini, hal itu diterjemahkan dalam masa prapaskah dimana kita berpantang dan berpuasa untuk mengenang sengsara dan wafat Yesus, tanda pertobatan kita.
Gebrakan Yesus pada tradisi baru ini benar-benar mengubah pola pikir kita semua bahwa pelaksanaan ritual keagamaan itu sesuai konteksnya dan punya makna, bukan sekedar dijalankan sebagai kewajiban saja. Bila semuanya itu menjadi kewajiban belaka, maka orang-orang akan mudah merasa kelelahan dan beban.
Perumpamaan Yesus selanjutnya tentang penambalan secarik kain baru pada baju tua dan juga anggur baru pada kantong kulitnya menggambarkan sebuah sikap hidup baru. Menyongsong hidup baru, gaya kita tak boleh sama lagi. Kita sudah ditebus, kita sudah diselamatkan, oleh karena itu gaya hidup kita harus berubah. Secara umum, dalam hal apa saja, kita tak bisa tetap diposisi kita jika kita mau berbeda dari sebelumnya. Kita membutuhkan pembaharuan sikap, hati dan pola pikir untuk ini semua.
Mula-mula kita mesti sadar, bahwa Yesus telah hadir dan masuk dalam hidup kita. Kita merasakan sapaan dan pengalaman dicintai Tuhan, baru kemudian kita bisa melangkah menjalankan gaya hidup baru itu. Sebagai contoh : jika seseorang malas berdoa, dia tak bisa begitu saja menyalahkan seolah - olah Tuhan tidak bertindak dalam hidupnya, karena kepekaannya terhadap kehadiran Tuhan kurang. Ia tidak meluangkan waktu berbicara dan akrab dengan Yesus. Kita semua dipanggil untuk membawa perubahan, menjadikan gaya baru itu terlihat dimana-mana. Mari kita jalankan.
Teladan Orang Kudus : B. John Duckett
John Duckett mengenyam pendidikan di perguruan tinggi Douay, Inggris dan ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1639. Kemudian ia melanjutkan studi tiga tahun lamanya di Paris. Beberapa jam lamanya dalam sehari biasa dilewatkan John dalam doa. Sebelum dikirim kembali ke Inggris yang sedang dalam masa penganiayaan, ia melewatkan dua bulan lamanya bersama para biarawan Cistercian, membaktikan diri dalam doa dan retret. Imam muda ini berkarya selama setahun di Inggris sebelum akhirnya tertangkap dengan minyak suci dan sebuah buku ibadat di tangannya. Ketika mereka yang menangkapnya mengancam akan mencelakai keluarga dan teman-temannya jika ia tak mengakui identitasnya, John mengaku bahwa ia seorang imam. Ia dibawa dan dijebloskan ke dalam penjara di London. Di sana, ia bertemu dengan seorang rekan imam, Ralph Corby, yang seorang Yesuit. Pater Corby telah berkarya selama duabelas tahun di Inggris sebelum akhirnya ditangkap saat mempersembahkan Misa. Ordo Yesuit segera berupaya menyelamatkan Pater Corby. Ketika “penangguhan hukuman mati” datang, P Corby mendesak agar P John Duckett yang lebih muda, mempergunakannya. Tetapi P John tak hendak membiarkan dirinya pergi meninggalkan sahabatnya.
Sesungguhnya, tak seorang imam pun diijinkan menikmati penangguhan hukuman mati itu. Para hakim mengabaikannya dan menjatuhkan hukuman mati kepada kedua imam. Pada tanggal 7 September 1644, pukul sepuluh, kedua imam menaiki kereta yang akan membawa mereka ke Tyburn, tempat pelaksanaan eksekusi. Kepala mereka digunduli dan mereka mengenakan jubah mereka. Masing-masing menyampaikan sepatah dua patah kata, lalu mereka saling berpelukan. Mereka akan segera berjumpa lagi di hadapan Tuhan kemuliaan.
Ref :
http://yesaya.indocell.net/id239_b__john_duckett.htm
Doa :
Ya Allah, Bapa yang Mahakuasa, berkatilah kami supaya kami mampu melihat gaya hidup baru yang dinyatakan oleh Tuhan Yesus. Kami belajar untuk mau menjadi manusia-manusia baru dengan sikap, hati dan pikiran yang diperbaharui. Curahkanlah Roh Kudus-Mu buat kami semua hari ini, supaya kami bisa melakukan itu semua. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Komentar
Posting Komentar