Sketsa Iman, 11 Agustus 2018
Bacaan I : Hab. 1:12-2:4
Bacaan Injil : Mat 17:14-20
Kitab Suci :
17:14 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah, 17:15 katanya: "Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. 17:16 Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya." 17:17 Maka kata Yesus: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!" 17:18 Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itupun sembuh seketika itu juga. 17:19 Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?" 17:20 Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.
Renungan :
Hari ini, kita mendapatkan pelajaran iman dari dua sisi, satu dari yang meminta pertolongan dan yang lain yang memberikan pertolongan itu. Seseorang yang anaknya sedang menderita sakit ayan dan kerasukan roh jahat, tidak putus asa untuk mendapatkan pertolongan bagi anaknya. Mula-mula, ia telah berinisiatif meminta pertolongan murid-murid Yesus, tetapi karena gagal, dia mencoba lagi dengan Yesus.
Tuhan Yesus penuh kuasa, Ia hanya perlu menegur si jahat agar keluar dan setan itu menurut kepadaNya. Maka, melihat hal itu, murid-murid pasti merasa keheranan. Mereka tentu sudah berupaya untuk menyembuhkan anak itu dengan kuasa dari Yesus juga, tapi gagal. Kira-kira kegagalannya seperti apa ? Jawaban Tuhan Yesus adalah karena para murid kurang percaya, mereka ragu-ragu.
Apa yang mungkin terasa di dalam hati para murid adalah rasa takut akan apa yang mereka lihat. Keragu-raguan muncul ketika, dalam kehidupan, mereka dan sekarang kita juga lebih berfokus pada masalah-masalah yang terjadi. Murid-murid merasa ngeri dan takut, mereka tidak merasa mampu. Hal ini justru mencegah mereka, memiliki iman yang bertumbuh yang mampu menyembuhkan orang - orang sakit.
Dalam banyak peristiwa, tuntutan iman itu harus dimiliki justru ketika seseorang berada dalam keadaan yang cukup sulit. Bagi para murid, pengalaman -pengalaman lain mereka jumpai saat mereka sedang berada ditengah danau, diperahu dan ada badai. Bagi kita, itu bisa terjadi dalam banyak bentuk : di keluarga, saat orang tua kita atau kerabat kita bertengkar atau sakit, atau mengalami kemalangan, ditempat kerja ketika kita mendapatkan tekanan dari atasan dan pekerjaan kita, dan ketika kita bergumul dengan banyak masalah ekonomi, sosial dll.
Tuhan Yesus memberi resepnya, yaitu kita tidak perlu berharap memiliki iman yang besar sekali. Sebab iman itu karunia dari Tuhan, dan sekecil-kecilnya iman itu, dikatakan dapat memindahkan gunung dan tidak ada yang mustahil bagi orang percaya. Mungkin langkah kedua yang harus diperhatikan setelah berpasrah adalah sabar menanti waktu Tuhan, yang terkadang tidak langsung hadir. Benih iman pun harus ditanam, butuh waktu untuk berakar dan lalu bertunas sebelum menghasilkan buah. Marilah kita bersabar dan belajar beriman sungguh-sungguh.
Teladan Orang Kudus : St Klara dari Asisi
Klara dilahirkan sekitar tahun 1193 di Assisi, Italia. Ia hidup pada jaman St Fransiskus dari Asisi. Klara menjadi pendiri suatu ordo religius para biarawati yang disebut “Ordo Santa Klara (Klaris), OSCl” Ketika Klara berusia delapan belas tahun, ia mendengarkan khotbah St. Fransiskus. Hatinya berkobar dengan suatu hasrat yang kuat untuk meneladaninya. Ia juga ingin hidup miskin serta rendah hati demi Yesus. Jadi suatu malam, ia melarikan diri dari rumahnya. Di sebuah kapel kecil di luar kota Assisi, Klara mempersembahkan dirinya kepada Tuhan. St. Fransiskus menggunting rambutnya dan memberinya sehelai jubah coklat kasar untuk dikenakannya. Untuk sementara waktu, Klara tinggal bersama para biarawati Benediktin hingga biarawati lainnya bergabung dengannya. Orangtua Klara mengupayakan segala usaha untuk membawanya pulang ke rumah, tetapi Klara tidak mau kembali. Tak lama kemudian Agnes, adiknya yang berusia lima belas tahun, bergabung dengannya. Para gadis yang lain pun ingin pula menjadi pengantin Kristus. Jadi, sebentar saja sudah terbentuklah suatu komunitas religius kecil.
St. Klara dan para biarawatinya tidak mengenakan sepatu. Mereka tidak pernah makan daging. Mereka tinggal di sebuah rumah sederhana dan tidak berbicara hampir sepanjang waktu. Namun demikian, para biarawati itu amat bahagia karena mereka merasa Yesus dekat dengan mereka. Suatu ketika sepasukan tentara yang beringas datang untuk menyerang Assisi. Mereka telah merencanakan untuk menyerang biara terlebih dahulu. Meskipun sedang sakit parah, St. Klara minta untuk dibopong ke altar. Ia menempatkan Sakramen Mahakudus di tempat di mana para prajurit dapat melihat-Nya. Kemudian Klara berlutut serta memohon kepada Tuhan untuk menyelamatkan para biarawati. “Ya Tuhan, sudilah melindungi para biarawati yang saat ini tidak dapat aku lindungi,” doanya. Suatu suara dari hatinya terdengar berbicara: “Aku akan selalu menempatkan mereka dalam perlindungan-Ku.” Bersamaan dengan itu, suatu kegentaran hebat meliputi para prajurit dan mereka segera lari pontang-panting.
St. Klara menjadi priorin (=pemimpin) di biaranya selama empatpuluh tahun. Duapuluh sembilan tahun dari masa itu dilewatkannya dengan menderita sakit. Meskipun demikian, St. Klara mengatakan bahwa ia penuh sukacita sebab ia melayani Tuhan. Sebagian orang khawatir para biarawati tersebut menderita sebab mereka teramat miskin. “Kata mereka kita ini terlalu miskin, tetapi dapatkah suatu hati yang memiliki Allah yang Mahakuasa sungguh-sungguh miskin?” St. Klara wafat pada tanggal 11 Agustus 1253. Hanya dua tahun kemudian ia dinyatakan kudus oleh Paus Alexander IV.
Ref :
http://yesaya.indocell.net/id234_st__klara_dari_asisi.htm
Doa :
Ya Allah, Bapa yang Mahakuasa, walaupun kami lemah dan terkadang kami lebih mudah melihat masalah-masalah daripada solusi yang dapat kami peroleh, izinkanlah kami untuk bisa bertumbuh dalam iman senantiasa. Semoga kami boleh bersandar kepadaMu dengan segenap hati kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Komentar
Posting Komentar