Sketsa Iman, 1 Agustus 2018
Bacaan 1 : Yer. 15:10,16-21
Bacaan Injil : Mat 13:44-46
13:44 "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. 13:45 Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. 13:46 Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."
Alfonsus dilahirkan dekat Naples, Italia pada tahun 1696. Ia seorang pelajar yang giat belajar. Ia mendapatkan gelar dalam bidang hukum dan menjadi seorang pengacara terkenal. Suatu kesalahan yang dibuatnya di pengadilan membuat Alfonsus yakin akan apa yang telah ada dalam pikirannya: ia harus meninggalkan pekerjaannya dan menjadi seorang imam. Ayahnya berusaha membujuk Alfonsus agar ia mengurungkan niatnya itu. Tetapi, tekad Alfonsus sudah bulat. Ia menjadi seorang imam.
Kehidupan Alfonsus dipenuhi dengan berbagai macam kegiatan. Ia berkhotbah dan menulis banyak buku. Ia membentuk suatu kongregasi rohani yang disebut “Kongregasi Pater-Pater Redemptoris” (CSsR; Redemptoris artinya Sang Penebus). Alfonsus memberikan pengarahan rohani yang bijaksana dan membawa damai bagi umatnya melalui Sakramen Rekonsiliasi. Ia juga menulis lagu puji-pujian, bermain organ dan melukis. St. Alfonsus menulis enampuluh buah buku. Ini sungguh luar biasa mengingat tugas dan tanggung jawabnya yang lain amatlah banyak. Ia juga sering menderita sakit. Ia sering sakit kepala, tetapi segera ia akan menempelkan sesuatu yang dingin ke dahinya dan terus tetap bekerja.
Meskipun pada dasarnya ia mempunyai kecenderungan untuk bersikap terburu-buru, Alfonsus berusaha untuk menguasai diri. Ia amat rendah hati, hingga ketika pada tahun 1798 Paus Pius VI ingin mengangkatnya menjadi seorang Uskup, dengan lembut ia mengatakan “tidak”. Ketika para utusan paus telah datang secara pribadi untuk menyampaikan keputusan paus kepadanya, mereka menyapa Alfonsus dengan “Tuan yang Termasyhur”. Alfonsus menjawab, “Tolong, jangan memanggilku seperti itu lagi. Sebutan itu akan membuatku mati.” Paus memberikan pengertian kepada Alfonsus bahwa ia sungguh menghendaki Alfonsus menjadi seorang Uskup.
Alfonsus mengutus banyak pengkhotbah ke seluruh wilayah keuskupannya. Umat perlu diingatkan kembali akan cinta kasih Tuhan dan akan pentingnya iman mereka. Alfonsus berpesan kepada para imam untuk menyampaikan khotbah yang sederhana. “Saya tidak pernah menyampaikan khotbah yang tidak dapat dimengerti bahkan oleh nenek tua yang paling lugu yang ada di gereja,” katanya. Dengan semakin bertambahnya usia, Alfonsus menderita berbagai penyakit. Ia menderita radang sendi yang menyiksanya dan menjadikannya lumpuh. Ia kehilangan pendengarannya serta nyaris buta. Ia juga harus mengalami berbagai kekecewaan dan pencobaan. Namun, Alfonsus memiliki devosi yang amat mendalam kepada Santa Perawan Maria, seperti yang dapat kita ketahui melalui bukunya yang terkenal yang berjudul Kemuliaan Maria. Segala penderitaan dan pencobaan itu berakhir dengan damai dan sukacita serta kematian yang kudus.
Bacaan 1 : Yer. 15:10,16-21
Bacaan Injil : Mat 13:44-46
Ulasan Kitab Suci :
Renungan :
Dua perumpamaan indah ini menyiratkan hasrat terdalam Kristus untuk menghadirkan Kerajaan Allah sebagai suatu harta yang paling berharga. Harta terpendam ini adalah kerinduan kita semua yang paling terdalam, entah disadari atau tidak. Setidaknya ada 2 hal yang dapat kita petik dari pelajaran perumpamaan hari ini.
Pertama, kesadaran bahwa kita semua menginginkan yang terbaik dalam hidup kita. Dan yang terbaik itu adalah kehadiran Kerajaan Allah. Kerajaan Allah yang dihadirkan Kristus adalah Kerajaan dimana semua orang setara, hidup berdampingan dalam damai, sukacita dan yang terutama dekat dengan Allah. Kita diberikan gambaran tatanan dunia baru ini ketika Kristus berkeliling mengajar di kota-kota dan desa-desa, menyembuhkan orang-orang sakit, menyingkirkan kelemahan dan menghapuskan dosa juga mengusir roh - roh jahat. Lewat Tuhan Yesus, hubungan kita dengan Allah yang semula rusak kini dipulihkan lagi. Jadi didalam Kristus, pada akhirnya, tidak ada lagi kemalangan dan penderitaan.
Kedua, untuk memperoleh harta terpendam ini, kita mesti melepaskan segala sesuatu. Kita menanggalkan cara hidup kita yang lama, dan hidup baru. Yang dibutuhkan disini adalah kepasrahan total kepada kehendak Tuhan. Ini juga bersesuaian dengan hukum cinta kasih Allah yaitu dengan segenap jiwa, segenap akal budi, segenap kekuatan dimana semuanya itu harus kita persembahkan kepada Allah.
Dalam praktiknya menuju ke sana, kita harus mengutamakan ketaatan kepada Tuhan dan fokus hanya kepadaNya saja. Jika kita hari ini bekerja, ambillah waktu sejenak untuk mempersembahkan aktifitas harian dan seluruh hasil pekerjaan itu kepada Tuhan. Jika hari ini kita akan rekreasi, panjatkan rasa syukur kepada Tuhan buat kesenangan yang kita rasakan. Jika hari ini kita bersedih dan berduka, bawalah rasa frustasi, kesedihan itu untuk dipulihkanNya. Tuhan berempati dan selalu peduli kepada kita.
Teladan Orang Kudus : St Alfonsus Maria de Liguori
Kehidupan Alfonsus dipenuhi dengan berbagai macam kegiatan. Ia berkhotbah dan menulis banyak buku. Ia membentuk suatu kongregasi rohani yang disebut “Kongregasi Pater-Pater Redemptoris” (CSsR; Redemptoris artinya Sang Penebus). Alfonsus memberikan pengarahan rohani yang bijaksana dan membawa damai bagi umatnya melalui Sakramen Rekonsiliasi. Ia juga menulis lagu puji-pujian, bermain organ dan melukis. St. Alfonsus menulis enampuluh buah buku. Ini sungguh luar biasa mengingat tugas dan tanggung jawabnya yang lain amatlah banyak. Ia juga sering menderita sakit. Ia sering sakit kepala, tetapi segera ia akan menempelkan sesuatu yang dingin ke dahinya dan terus tetap bekerja.
Meskipun pada dasarnya ia mempunyai kecenderungan untuk bersikap terburu-buru, Alfonsus berusaha untuk menguasai diri. Ia amat rendah hati, hingga ketika pada tahun 1798 Paus Pius VI ingin mengangkatnya menjadi seorang Uskup, dengan lembut ia mengatakan “tidak”. Ketika para utusan paus telah datang secara pribadi untuk menyampaikan keputusan paus kepadanya, mereka menyapa Alfonsus dengan “Tuan yang Termasyhur”. Alfonsus menjawab, “Tolong, jangan memanggilku seperti itu lagi. Sebutan itu akan membuatku mati.” Paus memberikan pengertian kepada Alfonsus bahwa ia sungguh menghendaki Alfonsus menjadi seorang Uskup.
Alfonsus mengutus banyak pengkhotbah ke seluruh wilayah keuskupannya. Umat perlu diingatkan kembali akan cinta kasih Tuhan dan akan pentingnya iman mereka. Alfonsus berpesan kepada para imam untuk menyampaikan khotbah yang sederhana. “Saya tidak pernah menyampaikan khotbah yang tidak dapat dimengerti bahkan oleh nenek tua yang paling lugu yang ada di gereja,” katanya. Dengan semakin bertambahnya usia, Alfonsus menderita berbagai penyakit. Ia menderita radang sendi yang menyiksanya dan menjadikannya lumpuh. Ia kehilangan pendengarannya serta nyaris buta. Ia juga harus mengalami berbagai kekecewaan dan pencobaan. Namun, Alfonsus memiliki devosi yang amat mendalam kepada Santa Perawan Maria, seperti yang dapat kita ketahui melalui bukunya yang terkenal yang berjudul Kemuliaan Maria. Segala penderitaan dan pencobaan itu berakhir dengan damai dan sukacita serta kematian yang kudus.
Ref :
Doa :
Ya Allah, Bapa yang Mahakuasa, kami selalu Engkau berikan kerinduan untuk mencari Engkau senantiasa. Bimbinglah kami supaya kami semua juga selalu berusaha dengan segala daya upaya kami mencari Engkau. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Komentar
Posting Komentar