Sketsa Iman, 8 Agustus 2018
Bacaan 1 : Yer. 31:1-7
Bacaan Injil : Mat 15:21-28
Ulasan Kitab Suci :
15:21 Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. 15:22 Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita." 15:23 Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak." 15:24 Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." 15:25 Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku." 15:26 Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." 15:27 Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." 15:28 Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.
Renungan :
Kasih seorang ibu memang luar biasa besar. Mengetahui bahwa dirinya sendiri adalah seorang dari Kanaan, diluar Israel, dia tetap datang kepada Yesus dan menyebutNya sebagai "Anak Daud" untuk memperoleh keselamatan bagi anaknya yang kerasukan setan. Dia terus berupaya memohon kepada Tuhan yang nampaknya sama sekali tidak tertarik.
Yesus sama sekali tidak menjawabnya, bahkan murid-muridNya meminta Yesus mengusirnya pergi. Apa yang dikatakan Yesus bukanlah mengusir secara langsung tetapi menjelaskan bahwa saat itu Ia diutus kepada domba-domba yang hilang dari Israel. Kelihatannya penolakan ini menyakitkan. Ibu ini tidak menyerah begitu saja , dia bahkan datang dan menyembah lalu memanjatkan permohonan "Tuhan, tolonglah aku." Ungkapan berikutnya dari Yesus mungkin bagi kita terdengar cukup kasar karena ilustrasinya. Bagi sang ibu, cukuplah jika dia kecipratan sedikit berkat dari Tuhan asalkan anaknya itu sembuh. Pada akhirnya Yesus sebenarnya mau menunjukkan betapa besar iman ibu itu sehingga Ia berkata : "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kau kehendaki." lalu seketika itu juga anaknya sembuh.
Untuk kita masing-masing yang kin termasuk "domba-domba" yang diselamatkan, kita bukan orang Israel, tetapi kita percaya kepada Tuhan Yesus. Sesungguhnya, misi besar Yesus adalah menyelamatkan semua manusia dari dosa-dosa dengan kematianNya di salib. Kita pun dalam keadaan seringkali berdosa, seringkali mengalami kesulitan untuk mendekat kepadaNya yang Kudus dan tak bercela. Kita wajib untuk menyangkal diri, seperti sang ibu yang menyadari keadaannya yang hidup ditengah-tengah bangsa yang tidak mengenal Tuhan itu. Ia menyembah Tuhan, maka kita juga harus mengambil teladannya dan menyembah Tuhan.
Dalam menanti jawaban dari Tuhan, kita seringkali tidak sabaran. Sementara sang ibu sudah diberikan "penegasan" oleh Yesus bahwa Ia hanya untuk domba-domba Israel, tapi sang ibu tak menyerah, lalu bagaimana dengan kita yang sudah menjadi anak-anakNya sementara masih sering tidak sabaran menanti jawaban Tuhan ? Waktu Tuhan tidak pernah terlambat, tidak juga terlalu cepat, melainkan selalu tepat waktu.
Kadang kala penderitaan itu dan pencobaan itu hadir untuk menguatkan iman kita. Yesus menunjukkan bahwa Ia penuh kuasa, mampu menakhlukan si jahat yang menggangu anak ibu itu tanpa berjumpa langsung. Demikianlah Tuhan juga berkuasa atas hidup kita masing-masing. Marilah kita menjadikan faktor iman ini sebagai faktor penentu keselamatan kita dengan senantiasa memeliharanya. Kita memohon rahmat Tuhan untuk senantiasa memperbaharui iman- kepercayaan kita kepada Tuhan.
Teladan Orang Kudus : St Dominikus
Dominikus dilahirkan di Castile, Spanyol pada tahun 1170. Ia adalah putera keluarga Guzman. Ibundanya adalah Beata Yoana dari Aza. Ketika Dominikus berusia tujuh tahun, ia mulai bersekolah. Pamannya, seorang imam, membimbingnya dalam pelajaran. Setelah beberapa tahun lamanya belajar, Dominikus menjadi seorang imam juga. Ia hidup dengan tenang dalam doa dan ketaatan bersama para imam lainnya. Tetapi Tuhan mempunyai rencana yang indah bagi Dominikus. Ia dipanggil untuk mendirikan suatu ordo religius yang baru. Ordo tersebut diberi nama Ordo Praedicatorum (OP = Ordo Para Pengkhotbah) atau “Ordo Santo Dominikus”, sesuai namanya.
Para imam Dominikan berkhotbah tentang iman. Mereka berusaha meluruskan kembali ajaran-ajaran sesat yang disebut bidaah. Semuanya itu bermula ketika Dominikus sedang dalam perjalanan melewati Perancis Selatan. Ia melihat bahwa bidaah Albigensia telah amat membahayakan orang banyak. Dominikus merasa berbelas kasihan kepada mereka yang bergabung dengan bidaah sesat tersebut. Ia berusaha menyelamatkan mereka. Para imam Dominikan pada akhirnya berhasil mengalahkan bidaah yang amat berbahaya tersebut dengan doa, teristimewa dengan Doa Rosario. Dominikus juga mendorong umatnya untuk bersikap rendah hati dan melakukan silih. Suatu ketika seseorang bertanya kepada St Dominikus buku apakah yang ia pergunakan untuk mempersiapkan khotbah-khotbahnya yang mengagumkan itu. “Satu-satunya buku yang aku pergunakan adalah buku cinta,” katanya. Ia selalu berdoa agar dirinya dipenuhi cinta kasih kepada sesama. Dominikus mendesak para imam Dominikan untuk membaktikan diri pada pendalaman Kitab Suci dan doa. Tidak seorang pun pernah melakukannya lebih dari St. Dominikus dan para pengkhotbahnya dalam menyebarluaskan devosi Rosario yang indah.
St. Dominikus seorang pengkhotbah ulung, sementara St Fransiskus dari Asisi seorang imam miskin yang rendah hati. Mereka berdua bersahabat erat. Kedua ordo mereka yaitu Dominikan dan Fransiskan membantu umat Kristiani hidup lebih kudus. Para imam Dominikan mendirikan biara-biara di Paris - Perancis, Madrid - Spanyol, Roma dan Bologna - Italia. Semasa hidupnya Dominikus juga melihat ordo yang didirikannya berkembang hingga ke Polandia, Skandinavia dan Palestina. Para imam Dominikan juga pergi ke Canterbury - London, dan Oxford di Inggris.
St. Dominikus wafat di Bologna pada tanggal 7 Agustus 1221. Sahabat dekatnya, Kardinal Ugolino dari Venisia kelak menjadi Paus Gregorius IX. Ia menyatakan Dominikus sebagai orang kudus pada tahun 1234.
Bacaan 1 : Yer. 31:1-7
Bacaan Injil : Mat 15:21-28
Ulasan Kitab Suci :
15:21 Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. 15:22 Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita." 15:23 Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak." 15:24 Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." 15:25 Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku." 15:26 Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." 15:27 Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." 15:28 Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.
Renungan :
Kasih seorang ibu memang luar biasa besar. Mengetahui bahwa dirinya sendiri adalah seorang dari Kanaan, diluar Israel, dia tetap datang kepada Yesus dan menyebutNya sebagai "Anak Daud" untuk memperoleh keselamatan bagi anaknya yang kerasukan setan. Dia terus berupaya memohon kepada Tuhan yang nampaknya sama sekali tidak tertarik.
Yesus sama sekali tidak menjawabnya, bahkan murid-muridNya meminta Yesus mengusirnya pergi. Apa yang dikatakan Yesus bukanlah mengusir secara langsung tetapi menjelaskan bahwa saat itu Ia diutus kepada domba-domba yang hilang dari Israel. Kelihatannya penolakan ini menyakitkan. Ibu ini tidak menyerah begitu saja , dia bahkan datang dan menyembah lalu memanjatkan permohonan "Tuhan, tolonglah aku." Ungkapan berikutnya dari Yesus mungkin bagi kita terdengar cukup kasar karena ilustrasinya. Bagi sang ibu, cukuplah jika dia kecipratan sedikit berkat dari Tuhan asalkan anaknya itu sembuh. Pada akhirnya Yesus sebenarnya mau menunjukkan betapa besar iman ibu itu sehingga Ia berkata : "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kau kehendaki." lalu seketika itu juga anaknya sembuh.
Untuk kita masing-masing yang kin termasuk "domba-domba" yang diselamatkan, kita bukan orang Israel, tetapi kita percaya kepada Tuhan Yesus. Sesungguhnya, misi besar Yesus adalah menyelamatkan semua manusia dari dosa-dosa dengan kematianNya di salib. Kita pun dalam keadaan seringkali berdosa, seringkali mengalami kesulitan untuk mendekat kepadaNya yang Kudus dan tak bercela. Kita wajib untuk menyangkal diri, seperti sang ibu yang menyadari keadaannya yang hidup ditengah-tengah bangsa yang tidak mengenal Tuhan itu. Ia menyembah Tuhan, maka kita juga harus mengambil teladannya dan menyembah Tuhan.
Dalam menanti jawaban dari Tuhan, kita seringkali tidak sabaran. Sementara sang ibu sudah diberikan "penegasan" oleh Yesus bahwa Ia hanya untuk domba-domba Israel, tapi sang ibu tak menyerah, lalu bagaimana dengan kita yang sudah menjadi anak-anakNya sementara masih sering tidak sabaran menanti jawaban Tuhan ? Waktu Tuhan tidak pernah terlambat, tidak juga terlalu cepat, melainkan selalu tepat waktu.
Kadang kala penderitaan itu dan pencobaan itu hadir untuk menguatkan iman kita. Yesus menunjukkan bahwa Ia penuh kuasa, mampu menakhlukan si jahat yang menggangu anak ibu itu tanpa berjumpa langsung. Demikianlah Tuhan juga berkuasa atas hidup kita masing-masing. Marilah kita menjadikan faktor iman ini sebagai faktor penentu keselamatan kita dengan senantiasa memeliharanya. Kita memohon rahmat Tuhan untuk senantiasa memperbaharui iman- kepercayaan kita kepada Tuhan.
Teladan Orang Kudus : St Dominikus
Dominikus dilahirkan di Castile, Spanyol pada tahun 1170. Ia adalah putera keluarga Guzman. Ibundanya adalah Beata Yoana dari Aza. Ketika Dominikus berusia tujuh tahun, ia mulai bersekolah. Pamannya, seorang imam, membimbingnya dalam pelajaran. Setelah beberapa tahun lamanya belajar, Dominikus menjadi seorang imam juga. Ia hidup dengan tenang dalam doa dan ketaatan bersama para imam lainnya. Tetapi Tuhan mempunyai rencana yang indah bagi Dominikus. Ia dipanggil untuk mendirikan suatu ordo religius yang baru. Ordo tersebut diberi nama Ordo Praedicatorum (OP = Ordo Para Pengkhotbah) atau “Ordo Santo Dominikus”, sesuai namanya.
Para imam Dominikan berkhotbah tentang iman. Mereka berusaha meluruskan kembali ajaran-ajaran sesat yang disebut bidaah. Semuanya itu bermula ketika Dominikus sedang dalam perjalanan melewati Perancis Selatan. Ia melihat bahwa bidaah Albigensia telah amat membahayakan orang banyak. Dominikus merasa berbelas kasihan kepada mereka yang bergabung dengan bidaah sesat tersebut. Ia berusaha menyelamatkan mereka. Para imam Dominikan pada akhirnya berhasil mengalahkan bidaah yang amat berbahaya tersebut dengan doa, teristimewa dengan Doa Rosario. Dominikus juga mendorong umatnya untuk bersikap rendah hati dan melakukan silih. Suatu ketika seseorang bertanya kepada St Dominikus buku apakah yang ia pergunakan untuk mempersiapkan khotbah-khotbahnya yang mengagumkan itu. “Satu-satunya buku yang aku pergunakan adalah buku cinta,” katanya. Ia selalu berdoa agar dirinya dipenuhi cinta kasih kepada sesama. Dominikus mendesak para imam Dominikan untuk membaktikan diri pada pendalaman Kitab Suci dan doa. Tidak seorang pun pernah melakukannya lebih dari St. Dominikus dan para pengkhotbahnya dalam menyebarluaskan devosi Rosario yang indah.
St. Dominikus seorang pengkhotbah ulung, sementara St Fransiskus dari Asisi seorang imam miskin yang rendah hati. Mereka berdua bersahabat erat. Kedua ordo mereka yaitu Dominikan dan Fransiskan membantu umat Kristiani hidup lebih kudus. Para imam Dominikan mendirikan biara-biara di Paris - Perancis, Madrid - Spanyol, Roma dan Bologna - Italia. Semasa hidupnya Dominikus juga melihat ordo yang didirikannya berkembang hingga ke Polandia, Skandinavia dan Palestina. Para imam Dominikan juga pergi ke Canterbury - London, dan Oxford di Inggris.
St. Dominikus wafat di Bologna pada tanggal 7 Agustus 1221. Sahabat dekatnya, Kardinal Ugolino dari Venisia kelak menjadi Paus Gregorius IX. Ia menyatakan Dominikus sebagai orang kudus pada tahun 1234.
http://yesaya.indocell.net/id234_st__dominikus.htm
Doa :
Ya Allah, Bapa yang Penuh cinta kasih dan belarasa, terima kasih atas pelajaran iman yang kami peroleh pada hari ini. Memang Kristus, PuteraMu lahir , hidup dan besar serta berkarya ditengah-tengah umatMu Israel, namun rancangan utama keselamatan yang Engkau janjikan, telah dinyatakan kepada segala bangsa. Pada hari ini, melalui bacaan Injil kami melihat keselamatan itu yang menjangkau juga orang-orang di daerah Tirus dan Sidon. Semoga kami juga boleh memantapkan iman kami untuk percaya pada keselamatan itu senantiasa. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Doa :
Ya Allah, Bapa yang Penuh cinta kasih dan belarasa, terima kasih atas pelajaran iman yang kami peroleh pada hari ini. Memang Kristus, PuteraMu lahir , hidup dan besar serta berkarya ditengah-tengah umatMu Israel, namun rancangan utama keselamatan yang Engkau janjikan, telah dinyatakan kepada segala bangsa. Pada hari ini, melalui bacaan Injil kami melihat keselamatan itu yang menjangkau juga orang-orang di daerah Tirus dan Sidon. Semoga kami juga boleh memantapkan iman kami untuk percaya pada keselamatan itu senantiasa. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Komentar
Posting Komentar