Sketsa Iman, 18 Juli 2018
Bacaan 1 : Yes. 10:5-7,13-16
Bacaan Injil : Mat 11:25-27
11:25 Pada waktu itu berkatalah Yesus: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. 11:26 Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. 11:27 Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.
Renungan :
Ada sebuah cerita, seorang professor ingin datang kepada seorang Romo yang hidup sebagai pertapa di daerah gunung. Professor ini datang untuk meminta makna hidup kepada sang Romo yang dikatakan sangat religius dan tentunya dekat dengan Tuhan. Romo ini, mengajaknya untuk masuk ke rumah kecil tempat dia bertapa, berdoa dan bermeditasi kepada Tuhan. Dia lalu menawarkan secangkir teh hangat kepada sang professor.
Frederikus hidup pada abad kesembilan di Utrecht, di bagian tengah Belanda. Setelah ditahbiskan menjadi imam, Uskup Ricfried menyerahinya tanggung jawab atas biara-biara. Sekitar tahun 825, ia dipilih untuk menggantikan Ricfried sebagai Uskup Utrecht. Uskup Frederikus menaruh perhatian besar pada umat dalam keuskupannya. Ia juga memberikan prioritas utama pada karya misi. Ia mengutus St. Odulf dan imam-imam lainnya yang gagah berani ke daerah-daerah di mana penduduknya masih kafir. Ia menghendaki mereka mendengar warta Kabar Gembira.
Karena kedudukannya sebagai uskup, Frederikus mendapatkan musuh-musuh juga. Putera-putera raja sangat menentang cara hidup amoral ibu angkat mereka. Mereka meminta Uskup Frederikus untuk berbicara kepada Ratu Yudit. Uskup mendekatinya dengan lembut namun tegas. Ratu tidak senang dinasehati. Ia malahan marah dan merasa terhina. Tantangan yang lain adalah orang-orang yang tinggal di bagian utara keuskupan Frederikus yang disebut kaum Walcheren. St Frederikus mengutus imam-iman untuk menghantar orang-orang di sana pada iman akan Yesus. Frederikus tahu daerah itu berbahaya dan tidak bersahabat. Ia terus memantau imam-imam yang ia utus. Ia menyemangati mereka dan berusaha membantu agar masyarakat menerima kekristenan. Meski begitu, mereka tidak siap untuk mendengarkan dengan cara apapun. Mereka membalas perhatian uskup kepada mereka dengan kedengkian.
St Frederikus terus menggembalakan keuskupannya dengan giat dalam kasih. Pada tanggal 18 Juli 838 terjadilah suatu tragedi. Uskup baru saja merayakan Misa. Dengan khusuk ia mengucap syukur ketika dua orang menikamnya dengan pisau. Sebuah ayat dari Mazmur 116 terlintas di benaknya. Perlahan-lahan, uskup yang di ambang ajal itu berdoa, “Aku boleh berjalan di hadapan TUHAN di negeri orang-orang hidup.” Beberapa menit kemudian ia pun wafat. Sebagian orang mengatakan Ratu Yuditlah yang mengutus pembunuh-pembunuh bayaran karena murkanya kepada uskup. Sebagian orang beranggapan bahwa pihak yang bertanggung jawab adalah orang-orang Walcheren. Para pembunuh tidak pernah tertangkap dan dihukum. Uskup Frederikus dihormati sebagai seorang martir dan santo.
Bacaan 1 : Yes. 10:5-7,13-16
Bacaan Injil : Mat 11:25-27
Ulasan Kitab Suci :
Renungan :
Ada sebuah cerita, seorang professor ingin datang kepada seorang Romo yang hidup sebagai pertapa di daerah gunung. Professor ini datang untuk meminta makna hidup kepada sang Romo yang dikatakan sangat religius dan tentunya dekat dengan Tuhan. Romo ini, mengajaknya untuk masuk ke rumah kecil tempat dia bertapa, berdoa dan bermeditasi kepada Tuhan. Dia lalu menawarkan secangkir teh hangat kepada sang professor.
Lalu Romo itu, mengambil cerek teh dan menuangkannya ke cangkir teh itu, terus - menerus hingga akhirnya cangkir teh itu meluap dan tehnya tumpah. Melihat hal itu, Professor berkata : "Stop Romo, Stop! Sudah penuh, kenapa masih diisi terus ?" Romo itu kemudian berhenti dan berkata kepadanya : "Seperti inilah kondisi anda datang kepada saya. Anda seperti secangkir teh yang sudah penuh. Anda tak akan bisa menerima pendapat saya, sebelum anda membuka ruang dan membiarkan pengalaman, pandangan hidup saya dan juga pengajaran saya masuk ke diri anda."
Allah, sangat memfavoritkan orang-orang kecil, miskin, terlantar, bukan karena kondisi mereka serba berkekurangan, tetapi karena mereka membuka diri dan menghargai hal-hal yang ada diluar diri mereka. Semakin banyak orang memiliki sesuatu, semakin menantang untuk melihat apa yang tidak dimiliki, entah itu : ilmu pengetahuan berupa pendidikan yang baik, kekayaan materi, status kedudukan dan lingkungan yang sehat dan baik.
Marilah kita mengingat contoh ketika Yesus ditolak oleh orang-orang Nazareth, yang telah mengenal Dia dari kecil, mereka tahu latar belakang Yesus, anak tukang kayu, anak Yusuf-Maria dan keluarga besarNya dikenal orang-orang disana. Hal ini merupakan penghambat, hingga akhirnya mereka menolak Yesus. Lalu ada juga 3 golongan pemuka di Israel : orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat, orang-orang Saduki, yang juga sering dengan ilmu pengetahuan mereka, menantang dan menentang Yesus.
Marilah kita selalu bersedia buka hati untuk Tuhan. Kita mau Yesus masuk di hidup kita, maka kita harus siap untuk belajar hal-hal yang di tekankan oleh Tuhan untuk kita. Ketika kita mau mendekat kepada Bapa, Allah yang tersembunyi, maka kita harus mendekat kepada Yesus, Allah yang kelihatan. Dan jika kita mau mendekat kepada Allah yang kelihatan , kita harus bersandar dan bekerjasama dengan Roh Kudus, yang mengungkapkan kasih Allah Bapa dan Allah Putera ini kepada kita.
Ketika kita dibabtis, kita dikuatkan dalam Krisma, kita diperbaharui dalam Ekaristi senantiasa, maka kita telah termasuk dalam orang-orang yang diperkenankan tahu oleh Yesus, menurut Ayat 27 itu. Marilah kita mendekat kepadaNya.
Teladan Orang Kudus : St Frederikus
Karena kedudukannya sebagai uskup, Frederikus mendapatkan musuh-musuh juga. Putera-putera raja sangat menentang cara hidup amoral ibu angkat mereka. Mereka meminta Uskup Frederikus untuk berbicara kepada Ratu Yudit. Uskup mendekatinya dengan lembut namun tegas. Ratu tidak senang dinasehati. Ia malahan marah dan merasa terhina. Tantangan yang lain adalah orang-orang yang tinggal di bagian utara keuskupan Frederikus yang disebut kaum Walcheren. St Frederikus mengutus imam-iman untuk menghantar orang-orang di sana pada iman akan Yesus. Frederikus tahu daerah itu berbahaya dan tidak bersahabat. Ia terus memantau imam-imam yang ia utus. Ia menyemangati mereka dan berusaha membantu agar masyarakat menerima kekristenan. Meski begitu, mereka tidak siap untuk mendengarkan dengan cara apapun. Mereka membalas perhatian uskup kepada mereka dengan kedengkian.
St Frederikus terus menggembalakan keuskupannya dengan giat dalam kasih. Pada tanggal 18 Juli 838 terjadilah suatu tragedi. Uskup baru saja merayakan Misa. Dengan khusuk ia mengucap syukur ketika dua orang menikamnya dengan pisau. Sebuah ayat dari Mazmur 116 terlintas di benaknya. Perlahan-lahan, uskup yang di ambang ajal itu berdoa, “Aku boleh berjalan di hadapan TUHAN di negeri orang-orang hidup.” Beberapa menit kemudian ia pun wafat. Sebagian orang mengatakan Ratu Yuditlah yang mengutus pembunuh-pembunuh bayaran karena murkanya kepada uskup. Sebagian orang beranggapan bahwa pihak yang bertanggung jawab adalah orang-orang Walcheren. Para pembunuh tidak pernah tertangkap dan dihukum. Uskup Frederikus dihormati sebagai seorang martir dan santo.
Ref :
http://yesaya.indocell.net/id230_s__frederikus.htm
Doa :
Ya Allah, Bapa yang Mahakuasa, terangilah akal budi dan hati kami supaya kami selalu mau bersandar dan percaya kepadaMu dalam segala hal. Semoga kami setia senantiasa dan tidak mengandalkan diri kami sendiri. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Komentar
Posting Komentar