Sketsa Iman, 10 November 2018
Bacaan 1:Flp 4:10-19
Bacaan Injil : Luk 16:9-15
Bacaan Kitab Suci :
16:9 Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi. 16:10 "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. 16:11 Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? 16:12 Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? 16:13 Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." 16:14 Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia. 16:15 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.
Renungan :
Kesetiaan dalam perkara-perkara kecil, menjadi tema pokok bacaan Injil hari ini. Kesetiaan terletak pada usaha seseorang untuk melaksanakan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dengan baik setiap waktu. Sesuai dengan kapasitasnya, orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat seharusnya bisa membawa orang-orang mendekat kepada Tuhan secara rohani. Namun kenyataannya, mereka lebih dekat dengan hal-hal keduniawian daripada dengan hal - hal rohani itu. Lewat praktik penjualan korban-korban bakaran di Bait Allah, mereka ingin memperkaya diri sendiri. Belum lagi, mereka sangat suka dipanggil "Guru", dihormati di pasar-pasar dan dijalanan dimanapun orang menjumpai mereka.
Bagi Yesus, semua ini adalah "perkara kecil" duniawi, dimana mereka diberikan sebuah kepercayaan oleh Allah di dunia. Akan tiba waktunya ketika ada juga perkara - perkara yang lebih besar, yaitu di Surga dimana mereka akan menjaga dan memelihara "harta yang lebih bernilai". Namun, raport mereka di dunia ini sudah merah. Mereka tidak dapat menahan diri untuk tidak mempergunakan kekuasaan mereka dengan adil.
Di mata Allah, yang berkenan kepadaNya, bukanlah seberapa berhasil seseorang di dunia ini terutama dalam mengumpulkan harta benda, kemudian status dan kemuliaan. Allah melihat hati, seperti yang tertulis di ayat ke 15. Dan jika Allah melihat hati, kita semua bisa bernafas lega, karena walaupun Allah memberikan kepada kita kondisi awal, talenta dan kondisi - kondisi yang berbeda-beda, kita tetap dapat berjuang untuk kehidupan kekal kita nanti.
Bagi kita saat ini, pelajarannya adalah bagaimana kita melihat harta kekayaan (Mamon) dan bagaimana kita melihat sikap hati kita kepada Tuhan. Mana yang lebih utama ? Mungkin serentak dan dengan mudah kita berkata : "Mestinya sih Tuhan!" Tapi, dalam kenyataannya aktifitas - aktifitas kita lebih banyak dihabiskan untuk hal - hal duniawi. Kita bekerja setiap hari, dan menggunakan waktu untuk mengumpulkan uang, supaya kita hidup berkecukupan setiap waktu. Jadi, jika begitu, bagaimana kita bisa menunjukkan kesetiaan kita ?
Jika kita beriman kepada Tuhan dalam setiap langkah kita, dan mau melepaskan diri dari kelekatan duniawi, kita setia kepada Tuhan. Kesetiaan kita itu terbentuk dalam segala sikap yang kita ambil, motivasi yang kita pikirkan untuk mencapai suatu kesuksesan. Bila kita diberikan kedudukan yang baik, kita menggunakan wewenang kita dengan baik. Untuk setiap tugas dan tanggung jawab yang kita terima, kita jalankan dengan segenap hati dan sungguh-sungguh.
Beriman kepada Tuhan disini berarti kita berani melangkah, mengeluarkan seluruh kemampuan terbaik kita, dan menyerahkan hasilnya : keberhasilan atau kegagalannya, di tangan Tuhan. Kita tidak ragu-ragu bahwa apa yang kita jalankan saat ini akan jelek, atau akan bagus. Kita setia menjalankan hidup kita. Kesetiaan kita inilah yang nanti akan menjadi modal bagi Allah untuk memberikan kepada kita "keselamatan dan hidup yang kekal di Surga", dan disitulah kita boleh menerima harta kita yang sesungguhnya.
Teladan Orang Kudus : St Leo Agung
St. Leo, seorang Romawi, hidup pada abad kelima. Setelah wafatnya Paus Sixtus, ia diangkat menjadi paus. Masa-masa itu adalah masa-masa sulit bagi Gereja. Di mana-mana pasukan barbar menyerang umat Kristiani. Dalam Gereja sendiri, beberapa orang menyebarluaskan ajaran iman yang sesat pula. Tetapi, St. Leo adalah seorang paus yang amat mengagumkan. Ia sama sekali tidak takut akan apa pun atau siapa pun. Ia mengandalkan bantuan paus yang pertama, St. Petrus Rasul. St. Leo sering mohon bantuan doanya.
Untuk menghentikan pengajaran iman yang sesat, St. Leo menjelaskan ajaran iman yang benar melalui tulisan-tulisannya yang terkenal. Ia mengadakan Konsili untuk mengutuk ajaran-ajaran yang sesat. Mereka yang tidak mau berbalik dari ajaran mereka yang sesat dikucilkan dari Gereja. Tetapi, Paus Leo menerima kembali mereka yang menyesal dan ingin kembali ke pelukan Gereja. Ia mengajak umatnya untuk berdoa bagi mereka.
Ketika suatu pasukan barbar yang amat besar, yang disebut bangsa Hun, datang untuk menyerang kota Roma, semua penduduk Roma merasa takut dan ngeri. Mereka tahu bahwa bangsa Hun telah membakar habis banyak kota. Untuk menyelamatkan Roma, St. Leo pergi menemui pemimpin mereka yang garang, Attila. Satu-satunya senjata yang ada padanya hanyalah mengandalkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Ketika kedua pemimpin itu saling bertemu, sesuatu yang menakjubkan terjadi. Attila, pemimpin kafir yang kejam itu, menunjukkan rasa hormat yang besar kepada paus. Ia mengikat perjanjian damai dengannya. Sesudah peristiwa itu, Attila mengatakan bahwa ia melihat dua sosok yang amat besar berdiri di samping paus pada saat ia berbicara. Umat yakin bahwa kedua sosok tersebut adalah kedua rasul besar, Petrus dan Paulus. Mereka diutus Tuhan untuk melindungi Paus Leo dan segenap umat Kristiani.
Oleh karena kerendahan hati dan belaskasihnya, Paus Leo dikasihi oleh semua orang. Ia menjadi paus selama duapuluh satu tahun. St. Leo wafat pada tanggal 10 November 461.
Ref :
http://yesaya.indocell.net/id250_s__leo_agung.htm
Doa :
Ya Allah, berkatilah kami supaya kami selalu bersemangat dalam melaksanakan aktifitas - aktifitas harian kami yang seringkali sangat sederhana dan begitu biasa. Kami percaya, bahwa jika kami setia maka kami boleh berkenan kepadaMu dan kepada kami , boleh dipercayakan harta surgawi yang lebih baik. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Bacaan 1:Flp 4:10-19
Bacaan Injil : Luk 16:9-15
Bacaan Kitab Suci :
16:9 Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi. 16:10 "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. 16:11 Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? 16:12 Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? 16:13 Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." 16:14 Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia. 16:15 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.
Renungan :
Kesetiaan dalam perkara-perkara kecil, menjadi tema pokok bacaan Injil hari ini. Kesetiaan terletak pada usaha seseorang untuk melaksanakan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dengan baik setiap waktu. Sesuai dengan kapasitasnya, orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat seharusnya bisa membawa orang-orang mendekat kepada Tuhan secara rohani. Namun kenyataannya, mereka lebih dekat dengan hal-hal keduniawian daripada dengan hal - hal rohani itu. Lewat praktik penjualan korban-korban bakaran di Bait Allah, mereka ingin memperkaya diri sendiri. Belum lagi, mereka sangat suka dipanggil "Guru", dihormati di pasar-pasar dan dijalanan dimanapun orang menjumpai mereka.
Bagi Yesus, semua ini adalah "perkara kecil" duniawi, dimana mereka diberikan sebuah kepercayaan oleh Allah di dunia. Akan tiba waktunya ketika ada juga perkara - perkara yang lebih besar, yaitu di Surga dimana mereka akan menjaga dan memelihara "harta yang lebih bernilai". Namun, raport mereka di dunia ini sudah merah. Mereka tidak dapat menahan diri untuk tidak mempergunakan kekuasaan mereka dengan adil.
Di mata Allah, yang berkenan kepadaNya, bukanlah seberapa berhasil seseorang di dunia ini terutama dalam mengumpulkan harta benda, kemudian status dan kemuliaan. Allah melihat hati, seperti yang tertulis di ayat ke 15. Dan jika Allah melihat hati, kita semua bisa bernafas lega, karena walaupun Allah memberikan kepada kita kondisi awal, talenta dan kondisi - kondisi yang berbeda-beda, kita tetap dapat berjuang untuk kehidupan kekal kita nanti.
Bagi kita saat ini, pelajarannya adalah bagaimana kita melihat harta kekayaan (Mamon) dan bagaimana kita melihat sikap hati kita kepada Tuhan. Mana yang lebih utama ? Mungkin serentak dan dengan mudah kita berkata : "Mestinya sih Tuhan!" Tapi, dalam kenyataannya aktifitas - aktifitas kita lebih banyak dihabiskan untuk hal - hal duniawi. Kita bekerja setiap hari, dan menggunakan waktu untuk mengumpulkan uang, supaya kita hidup berkecukupan setiap waktu. Jadi, jika begitu, bagaimana kita bisa menunjukkan kesetiaan kita ?
Jika kita beriman kepada Tuhan dalam setiap langkah kita, dan mau melepaskan diri dari kelekatan duniawi, kita setia kepada Tuhan. Kesetiaan kita itu terbentuk dalam segala sikap yang kita ambil, motivasi yang kita pikirkan untuk mencapai suatu kesuksesan. Bila kita diberikan kedudukan yang baik, kita menggunakan wewenang kita dengan baik. Untuk setiap tugas dan tanggung jawab yang kita terima, kita jalankan dengan segenap hati dan sungguh-sungguh.
Beriman kepada Tuhan disini berarti kita berani melangkah, mengeluarkan seluruh kemampuan terbaik kita, dan menyerahkan hasilnya : keberhasilan atau kegagalannya, di tangan Tuhan. Kita tidak ragu-ragu bahwa apa yang kita jalankan saat ini akan jelek, atau akan bagus. Kita setia menjalankan hidup kita. Kesetiaan kita inilah yang nanti akan menjadi modal bagi Allah untuk memberikan kepada kita "keselamatan dan hidup yang kekal di Surga", dan disitulah kita boleh menerima harta kita yang sesungguhnya.
Teladan Orang Kudus : St Leo Agung
St. Leo, seorang Romawi, hidup pada abad kelima. Setelah wafatnya Paus Sixtus, ia diangkat menjadi paus. Masa-masa itu adalah masa-masa sulit bagi Gereja. Di mana-mana pasukan barbar menyerang umat Kristiani. Dalam Gereja sendiri, beberapa orang menyebarluaskan ajaran iman yang sesat pula. Tetapi, St. Leo adalah seorang paus yang amat mengagumkan. Ia sama sekali tidak takut akan apa pun atau siapa pun. Ia mengandalkan bantuan paus yang pertama, St. Petrus Rasul. St. Leo sering mohon bantuan doanya.
Untuk menghentikan pengajaran iman yang sesat, St. Leo menjelaskan ajaran iman yang benar melalui tulisan-tulisannya yang terkenal. Ia mengadakan Konsili untuk mengutuk ajaran-ajaran yang sesat. Mereka yang tidak mau berbalik dari ajaran mereka yang sesat dikucilkan dari Gereja. Tetapi, Paus Leo menerima kembali mereka yang menyesal dan ingin kembali ke pelukan Gereja. Ia mengajak umatnya untuk berdoa bagi mereka.
Ketika suatu pasukan barbar yang amat besar, yang disebut bangsa Hun, datang untuk menyerang kota Roma, semua penduduk Roma merasa takut dan ngeri. Mereka tahu bahwa bangsa Hun telah membakar habis banyak kota. Untuk menyelamatkan Roma, St. Leo pergi menemui pemimpin mereka yang garang, Attila. Satu-satunya senjata yang ada padanya hanyalah mengandalkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Ketika kedua pemimpin itu saling bertemu, sesuatu yang menakjubkan terjadi. Attila, pemimpin kafir yang kejam itu, menunjukkan rasa hormat yang besar kepada paus. Ia mengikat perjanjian damai dengannya. Sesudah peristiwa itu, Attila mengatakan bahwa ia melihat dua sosok yang amat besar berdiri di samping paus pada saat ia berbicara. Umat yakin bahwa kedua sosok tersebut adalah kedua rasul besar, Petrus dan Paulus. Mereka diutus Tuhan untuk melindungi Paus Leo dan segenap umat Kristiani.
Oleh karena kerendahan hati dan belaskasihnya, Paus Leo dikasihi oleh semua orang. Ia menjadi paus selama duapuluh satu tahun. St. Leo wafat pada tanggal 10 November 461.
Ref :
http://yesaya.indocell.net/id250_s__leo_agung.htm
Doa :
Ya Allah, berkatilah kami supaya kami selalu bersemangat dalam melaksanakan aktifitas - aktifitas harian kami yang seringkali sangat sederhana dan begitu biasa. Kami percaya, bahwa jika kami setia maka kami boleh berkenan kepadaMu dan kepada kami , boleh dipercayakan harta surgawi yang lebih baik. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Komentar
Posting Komentar