Sketsa Iman, 3 November 2018
Bacaan 1 :Flp. 1:18b-26
Bacaan Injil : Luk 14:1,7-11
Bacaan Kitab Suci :
14: 1 Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama14:7 Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: 14:8 "Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, 14:9 supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. 14:10 Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. 14:11 Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Renungan :
Hari ini kita membaca kelanjutan kisah ketika Yesus berada di rumah salah satu pemimpin orang - orang Farisi. Pelajaran hari ini adalah tentang "kerendahan hati", yang menjadi fokus dari Yesus kepada para muridNya. Dikisahkan dalam Injil, bahwa Yesus melihat perilaku para tamu yang berusaha untuk duduk ditempat terhormat, tanpa menghiraukan tuan rumah. Yesus berkata bahwa meninggikan diri sendiri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. Secara singkat, dalam bacaan itu Yesus meminta agar para muridNya tahu diri di tempat orang.
Pelajaran yang sama juga kita terima pada hari ini, bahwa kerendahan hati merupakan sikap yang mesti kita tumbuhkan menjadi kebiasaan - kebiasaan positif kita. Dengan melatih kerendahan hati, kita pun tidak secara egois memandang bahwa dunia ini dan semua orang disekitarnya harus memberikan kepada kita hal - hal yang terbaik.
Dewasa ini, dengan trend yang banyak menonjolkan diri kita ditantang tentang semangat kerendahan hati ini. Seringkali, kita mudah merasa tersinggung ketika orang-orang lain kurang menganggap keberadaan kita, atau kemampuan kita dalam hal - hal tertentu. Kita mudah merasa sakit hati ketika kita diremehkan oleh orang lain. Sebenarnya, ini juga adalah sebuah panggilan tersembunyi dari Allah, supaya kita bisa belajar sikap kerendahan hati. Kita belajar untuk tidak memaksa orang lain harus mengakui kita, memperhatikan keunggulan diri kita dan memberikan kita keistimewaan.
Marilah memohon kepada Tuhan, supaya kita dikaruniai hati yang bersih, yang memungkinkan kita untuk menumbuhkan sikap rendah hati ini. Kita belajar untuk tidak menonjolkan diri kita, walaupun mungkin kita juga memiliki banyak kelebihan dari orang lain dalam hal - hal tertentu.
Teladan Orang Kudus : St Martin de Porres
Martin dilahirkan di Lima, Peru pada tahun 1579. Ayahnya seorang bangsawan Spanyol. Ibunya seorang budak yang telah dibebaskan dari Panama. Ayah Martin pada mulanya menelantarkan Martin bersama ibu dan saudarinya di Peru. Mereka amat sangat miskin.
Martin tumbuh menjadi seorang pemuda yang baik serta saleh. Ia belajar usaha pangkas rambut. Ia juga belajar cara mengobati berbagai macam penyakit sesuai dengan pengobatan pada masa itu. Pada akhirnya, ayah Martin memutuskan untuk memperhatikan pendidikan puteranya. Tetapi, Martin telah bertekad untuk mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan sebagai seorang Broeder Dominikan. Segera saja Broeder Martin membuktikan bahwa ia seorang religius yang luar biasa. Tidak seorang pun yang lebih lembut hati atau lebih taat atau lebih kudus daripadanya. Tidak lama kemudian, ia mulai mengadakan mukjizat juga! Ia menyembuhkan begitu banyak orang sakit hingga semua orang di kota Lima akan datang kepada Broeder Martin apabila ada sanak atau keluarga mereka yang sakit. Broeder Martin menyambut mereka semua, tidak peduli mereka berkulit hitam atau pun putih, semua sama baginya. Ia mengasihi semua orang sebagai saudara serta saudarinya dalam Kristus. Sejumlah besar uang dipercayakan kepada broeder yang baik hati serta penuh cinta kasih ini untuk karya amal kasihnya.
Bahkan hewan-hewan pun tidak luput dari perhatian serta cinta kasih santo yang lembut hati ini. Ia mengijinkan tikus-tikus berkeliaran dengan berkata, “Makhluk-makhluk kecil yang malang ini tidak punya cukup makanan.” Di rumah saudarinya, Martin menyediakan sebuah “rumah bagi para kucing serta anjing pengembara.”
Meskipun ia menjadi seorang yang amat terkenal di Lima, St. Martin selalu rendah hati dan menganggap dirinya tidak berarti. Malahan, nama yang diberikan kepada dirinya sendiri adalah “Broeder Sapu.” Martin wafat pada tanggal 3 November 1639. Jenazah orang kudus yang dikasihi ini dihantar ke tempat pemakaman oleh para uskup serta para bangsawan. Mereka semua ingin menyampaikan rasa hormat mereka kepada broeder yang rendah hati serta kudus ini. St. Martin dinyatakan kudus oleh Paus Yohanes XXIII pada tahun 1962.
Ref :
http://yesaya.indocell.net/id250_s__martinus_de_porres.htm
Doa :
Ya Allah, Bapa yang Mahakuasa, besarkanlah kapasitas hati kami supaya kami menerima keadaan kami senantiasa. Berilah kami kebijaksanaan untuk melihat bahwa hidup kami terpelihara dengan baik didalam Engkau. Juga, bantulah kami untuk melatih sikap kerendahan hati, dimanapun kami berada. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Bacaan 1 :Flp. 1:18b-26
Bacaan Injil : Luk 14:1,7-11
Bacaan Kitab Suci :
14: 1 Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama14:7 Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: 14:8 "Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, 14:9 supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. 14:10 Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. 14:11 Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Renungan :
Hari ini kita membaca kelanjutan kisah ketika Yesus berada di rumah salah satu pemimpin orang - orang Farisi. Pelajaran hari ini adalah tentang "kerendahan hati", yang menjadi fokus dari Yesus kepada para muridNya. Dikisahkan dalam Injil, bahwa Yesus melihat perilaku para tamu yang berusaha untuk duduk ditempat terhormat, tanpa menghiraukan tuan rumah. Yesus berkata bahwa meninggikan diri sendiri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. Secara singkat, dalam bacaan itu Yesus meminta agar para muridNya tahu diri di tempat orang.
Pelajaran yang sama juga kita terima pada hari ini, bahwa kerendahan hati merupakan sikap yang mesti kita tumbuhkan menjadi kebiasaan - kebiasaan positif kita. Dengan melatih kerendahan hati, kita pun tidak secara egois memandang bahwa dunia ini dan semua orang disekitarnya harus memberikan kepada kita hal - hal yang terbaik.
Dewasa ini, dengan trend yang banyak menonjolkan diri kita ditantang tentang semangat kerendahan hati ini. Seringkali, kita mudah merasa tersinggung ketika orang-orang lain kurang menganggap keberadaan kita, atau kemampuan kita dalam hal - hal tertentu. Kita mudah merasa sakit hati ketika kita diremehkan oleh orang lain. Sebenarnya, ini juga adalah sebuah panggilan tersembunyi dari Allah, supaya kita bisa belajar sikap kerendahan hati. Kita belajar untuk tidak memaksa orang lain harus mengakui kita, memperhatikan keunggulan diri kita dan memberikan kita keistimewaan.
Marilah memohon kepada Tuhan, supaya kita dikaruniai hati yang bersih, yang memungkinkan kita untuk menumbuhkan sikap rendah hati ini. Kita belajar untuk tidak menonjolkan diri kita, walaupun mungkin kita juga memiliki banyak kelebihan dari orang lain dalam hal - hal tertentu.
Teladan Orang Kudus : St Martin de Porres
Martin dilahirkan di Lima, Peru pada tahun 1579. Ayahnya seorang bangsawan Spanyol. Ibunya seorang budak yang telah dibebaskan dari Panama. Ayah Martin pada mulanya menelantarkan Martin bersama ibu dan saudarinya di Peru. Mereka amat sangat miskin.
Martin tumbuh menjadi seorang pemuda yang baik serta saleh. Ia belajar usaha pangkas rambut. Ia juga belajar cara mengobati berbagai macam penyakit sesuai dengan pengobatan pada masa itu. Pada akhirnya, ayah Martin memutuskan untuk memperhatikan pendidikan puteranya. Tetapi, Martin telah bertekad untuk mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan sebagai seorang Broeder Dominikan. Segera saja Broeder Martin membuktikan bahwa ia seorang religius yang luar biasa. Tidak seorang pun yang lebih lembut hati atau lebih taat atau lebih kudus daripadanya. Tidak lama kemudian, ia mulai mengadakan mukjizat juga! Ia menyembuhkan begitu banyak orang sakit hingga semua orang di kota Lima akan datang kepada Broeder Martin apabila ada sanak atau keluarga mereka yang sakit. Broeder Martin menyambut mereka semua, tidak peduli mereka berkulit hitam atau pun putih, semua sama baginya. Ia mengasihi semua orang sebagai saudara serta saudarinya dalam Kristus. Sejumlah besar uang dipercayakan kepada broeder yang baik hati serta penuh cinta kasih ini untuk karya amal kasihnya.
Bahkan hewan-hewan pun tidak luput dari perhatian serta cinta kasih santo yang lembut hati ini. Ia mengijinkan tikus-tikus berkeliaran dengan berkata, “Makhluk-makhluk kecil yang malang ini tidak punya cukup makanan.” Di rumah saudarinya, Martin menyediakan sebuah “rumah bagi para kucing serta anjing pengembara.”
Meskipun ia menjadi seorang yang amat terkenal di Lima, St. Martin selalu rendah hati dan menganggap dirinya tidak berarti. Malahan, nama yang diberikan kepada dirinya sendiri adalah “Broeder Sapu.” Martin wafat pada tanggal 3 November 1639. Jenazah orang kudus yang dikasihi ini dihantar ke tempat pemakaman oleh para uskup serta para bangsawan. Mereka semua ingin menyampaikan rasa hormat mereka kepada broeder yang rendah hati serta kudus ini. St. Martin dinyatakan kudus oleh Paus Yohanes XXIII pada tahun 1962.
Ref :
http://yesaya.indocell.net/id250_s__martinus_de_porres.htm
Doa :
Ya Allah, Bapa yang Mahakuasa, besarkanlah kapasitas hati kami supaya kami menerima keadaan kami senantiasa. Berilah kami kebijaksanaan untuk melihat bahwa hidup kami terpelihara dengan baik didalam Engkau. Juga, bantulah kami untuk melatih sikap kerendahan hati, dimanapun kami berada. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Komentar
Posting Komentar