Sketsa Iman, 14 November 2018
Bacaan 1 : Tit 3:1-7
Bacaan Injil : Luk 17:11-19
Bacaan Kitab Suci :
17:11 Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. 17:12 Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh 17:13 dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" 17:14 Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. 17:15 Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, 17:16 lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. 17:17 Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? 17:18 Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" 17:19 Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."
Renungan :
Laurensius dilahirkan di Irlandia pada tahun 1128. Ayahnya seorang pejabat. Ketika usianya baru sepuluh tahun, seorang raja tetangga menyerang wilayah kekuasaan ayahnya dan membawanya pergi. Anak itu menderita selama dua tahun lamanya. Kemudian ayahnya memaksa raja untuk menyerahkan Laurensius kepada seorang uskup. Ketika raja memenuhi permintaannya, ayahnya segera datang menemui putranya. Dengan penuh syukur dan sukacita, ia membawa Laurensius pulang ke rumah.
Ayahnya ingin agar salah seorang puteranya melayani dan mengabdi Gereja. Ketika sedang bertanya-tanya siapakah gerangan yang akan memenuhi keinginannya itu, dengan tertawa Laurensius mengatakan kepada ayahnya agar jangan bingung lagi. “Itulah kerinduanku,” kata Laurensius, “bagian warisanku adalah melayani Tuhan dalam Gereja-Nya.” Maka, ayahnya membimbing tangannya dan menyerahkannya kepada uskup. Laurensius menjadi seorang imam dan abbas (= pemimpin biara) sebuah biara yang besar. Suatu ketika, terjadilah paceklik di mana bahan pangan sulit didapatkan di seluruh daerah sekitar biara. Abbas yang baik itu membagi-bagikan sejumlah besar bahan makanan agar penduduk terhindar dari bahaya kelaparan.
Laurensius juga harus menangani banyak masalah sehubungan dengan jabatannya sebagai pemimpin biara. Sebagian biarawan mengkritiknya karena terlalu disiplin. Meskipun demikian, Laurensius tetap membimbing komunitasnya dengan cara laku silih dan matiraga. Ada juga masalah dengan para penyamun dan perompak yang tinggal di bukit-bukit sekitarnya. Walaupun begitu, tidak ada suatu pun yang membuat Laurensius O'Toole gentar.
Laurensius menjadi begitu terkenal hingga tak lama kemudian ia dipilih sebagai Uskup Agung Dublin. Dalam kedudukannya yang baru itu, ia hidup kudus sepanjang hidupnya. Setiap hari, ia mengundang kaum fakir miskin untuk menjadi tamu kehormatannya. Di samping itu, ia memberikan pertolongan kepada banyak orang lain juga. Laurensius sangat mencintai umatnya dan negaranya, Irlandia, dan ia melakukan segalanya untuk menjadikannya damai sejahtera. Suatu ketika, seorang gila menyerang Laurensius ketika ia hendak naik ke altar untuk mempersembahkan Misa. Laurensius jatuh ke lantai tak sadarkan diri. Namun, segera saja ia siuman kembali. Saat itu juga dibasuhnya luka-lukanya, lalu langsung mempersembahkan Misa.
Setelah tahun-tahun pengabdian bagi Gereja, St. Laurensius O'Toole sakit parah. Ketika ditanya apakah ia hendak menuliskan surat wasiat, uskup agung yang kudus itu tersenyum. Jawabnya, “Tuhan tahu bahwa aku tidak memiliki apa-apa di dunia ini.” Sejak lama ia telah memberikan segala yang ia miliki kepada orang-orang lain, sama seperti ia telah memberikan dirinya seutuhnya kepada Tuhan. St. Laurensius O'Toole wafat pada tanggal 14 November 1180. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Honorius III pada tahun 1225.
Bacaan 1 : Tit 3:1-7
Bacaan Injil : Luk 17:11-19
Bacaan Kitab Suci :
17:11 Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. 17:12 Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh 17:13 dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" 17:14 Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. 17:15 Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, 17:16 lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. 17:17 Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? 17:18 Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" 17:19 Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."
Renungan :
Setia kepada Tuhan dalam untung dan malang, bisa menjadi bahan permenungan kita hari ini. Lewat bacaan Injil, kita disuguhkan pada realita kelemahan manusia. Salah satu bentuk kelemahan itu adalah sakit penyakit, bahkan penyakit yang sulit disembuhkan seperti kusta. Penyakit ini bukan saja menguras fisik tetapi juga batin dan memutuskan hubungan seseorang dengan masyarakat secara umum.
Pada suatu waktu, ketika Yesus berjalan di perbatasan, Ia pun berjumpa dengan sepuluh orang kusta yang menemui Dia supaya dikasihani. Mereka mengenalNya sebagai "Guru", seorang yang terhormat. Yesus tidak menyatakan kepada mereka bahwa mereka akan sembuh, tetapi Ia meminta mereka mengambil sebuah langkah iman, yaitu menghadapkan diri kepada para imam-imam. Ditengah jalan, atas kesetiaan mereka, merekapun menjadi sembuh. Seorang diantara mereka yang melihat hal itu malah berbalik dan segera bergegas supaya bisa menjumpai Yesus lagi.
Pada awalnya, dia harus menjaga jarak dalam proses mencari Yesus. Kemudian, di ayat ke 16, Ia sudah bisa memuliakan Allah dari hatinya dan tersungkur di depan kaki Yesus. Ia langsung mengucapkan terima kasih kepada Yesus. Perbuatan ini menjadi sebuah tanda bahwa hatinya telah terbuka untuk setia kepada Tuhan dalam untung dan malang. Ia menemukan esensi iman yang sesungguhnya, yaitu bukan hanya kesembuhan fisik biasa tetapi juga kesembuhan rohani dan kedekatan baru dengan Yesus. Ini akan menjadi awal hidupnya yang benar-benar baru, secara total.
Pesan buat kita hari ini adalah untuk tetap berjalan dengan setia dalam seluruh aktifitas kita. Sepanjang hari, kita mengalami juga jatuh dan bangun kehidupan. Kadang kita berada dalam situasi terdesak dan kesulitan, kadang kita dilimpahi kemudahan - kemudahan. Apapun itu, kita tak boleh setengah-setengah saat kita mencari Tuhan. Marilah kita senantiasa rajin memuliakan Allah buat berkat-berkatNya dan jangan ragu mendekat kepadaNya saat kita kesulitan.
Teladan Orang Kudus : St Laurensius O'Toole
Ayahnya ingin agar salah seorang puteranya melayani dan mengabdi Gereja. Ketika sedang bertanya-tanya siapakah gerangan yang akan memenuhi keinginannya itu, dengan tertawa Laurensius mengatakan kepada ayahnya agar jangan bingung lagi. “Itulah kerinduanku,” kata Laurensius, “bagian warisanku adalah melayani Tuhan dalam Gereja-Nya.” Maka, ayahnya membimbing tangannya dan menyerahkannya kepada uskup. Laurensius menjadi seorang imam dan abbas (= pemimpin biara) sebuah biara yang besar. Suatu ketika, terjadilah paceklik di mana bahan pangan sulit didapatkan di seluruh daerah sekitar biara. Abbas yang baik itu membagi-bagikan sejumlah besar bahan makanan agar penduduk terhindar dari bahaya kelaparan.
Laurensius juga harus menangani banyak masalah sehubungan dengan jabatannya sebagai pemimpin biara. Sebagian biarawan mengkritiknya karena terlalu disiplin. Meskipun demikian, Laurensius tetap membimbing komunitasnya dengan cara laku silih dan matiraga. Ada juga masalah dengan para penyamun dan perompak yang tinggal di bukit-bukit sekitarnya. Walaupun begitu, tidak ada suatu pun yang membuat Laurensius O'Toole gentar.
Laurensius menjadi begitu terkenal hingga tak lama kemudian ia dipilih sebagai Uskup Agung Dublin. Dalam kedudukannya yang baru itu, ia hidup kudus sepanjang hidupnya. Setiap hari, ia mengundang kaum fakir miskin untuk menjadi tamu kehormatannya. Di samping itu, ia memberikan pertolongan kepada banyak orang lain juga. Laurensius sangat mencintai umatnya dan negaranya, Irlandia, dan ia melakukan segalanya untuk menjadikannya damai sejahtera. Suatu ketika, seorang gila menyerang Laurensius ketika ia hendak naik ke altar untuk mempersembahkan Misa. Laurensius jatuh ke lantai tak sadarkan diri. Namun, segera saja ia siuman kembali. Saat itu juga dibasuhnya luka-lukanya, lalu langsung mempersembahkan Misa.
Setelah tahun-tahun pengabdian bagi Gereja, St. Laurensius O'Toole sakit parah. Ketika ditanya apakah ia hendak menuliskan surat wasiat, uskup agung yang kudus itu tersenyum. Jawabnya, “Tuhan tahu bahwa aku tidak memiliki apa-apa di dunia ini.” Sejak lama ia telah memberikan segala yang ia miliki kepada orang-orang lain, sama seperti ia telah memberikan dirinya seutuhnya kepada Tuhan. St. Laurensius O'Toole wafat pada tanggal 14 November 1180. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Honorius III pada tahun 1225.
Ref
http://yesaya.indocell.net/id250_s__laurensius_o_toole.htm
Doa :
Ya Allah, Bapa yang Mahakuasa, dimuliakanlah namaMu di bumi seperti di dalam Surga. Kami mengucap syukur atas hidup kami, dan atas berbagai penyelenggaraan yang Engkau berikan kepada kami setiap waktu. Semoga iman kami senantiasa mampu bertumbuh dalam segala aktifitas kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Komentar
Posting Komentar