Hari ini saya menemukan sebuah refleksi menarik yang tidak terduga, di Gereja ketika menghadiri Misa Mingguan. Seorang wanita duduk disebelahku dan terlihat cukup serius mengikuti Misa ini. Ia membawa buku Puji Syukur, dan setiap lagu yang dinyanyikan sudah dipersiapkan. Sepertinya sih biasa-biasa saja sampai ketika Romo homili, dia membuka sebuah buku dan mulai menulis. Melirik sedikit, ternyata itu buku yang biasa dipakai oleh mereka yang sedang mengikuti katekese Katolik. Di situ sudah ada beberapa kolom per lembarnya, dimana masing-masing kolom kira - kira tertulis : Inti Kotbah Romo : dan ada kolom kecil untuk tanda tangan. Dia pun menuliskan apa inti pesan dari Romo dan dia benar-benar menyimak isi kotbah Romo itu.
Setelah selesai homili, ketika kita mengucapkan syahadat para Rasul, dia belum menghapal doa Aku Percaya itu, sehingga dia harus membuka lagi doa dalam Puji Syukur. Semangatnya untuk mengikuti seluruh rangkaian Misa hingga terakhir membuat saya benar-benar yakin bahwa dia serius untuk mengimani Kristus dan mau masuk ke dalam persekutuan Gereja.
Para pembaca yang terkasih, peristiwa hari ini membuat saya merenungkan juga iman katolik saya. Ketika datang dan pergi di Misa, sudahkah saya memberikan perhatian penuh ? Wanita itu,walaupun masih belajar telah memperhatikan dan mengikuti perayaan Ekaristi dengan sungguh - sungguh. Kita sendiri yang sudah begitu lama beriman pada Gereja Katolik perlu meluangkan waktu untuk merefleksikan sikap - sikap kita. Dahulu, kita juga sudah mendapatkan pelajaran - pelajaran itu, namun sekarang mungkin karena pengaruh sudah begitu sering, ada banyak makna dalam perayaan Ekaristi yang lewat begitu saja.
Pada bagian homili, mereka yang sedang belajar menjadi umat Katolik diharuskan memperhatikan dan menyimak isi homili itu. Kontrasnya dewasa ini kita mudah mengantuk, mengobrol, dan malah membanding-bandingkan isi kotbah dari Romo, apakah menarik atau tidak. Pada bagian doa, saat Romo meminta supaya kita membacanya bersama-sama, sebenarnya ini menunjukkan makna kesatuan kita semua untuk bersama-sama berani berdoa kepada Allah, Bapa kita.
Pada bagian Liturgi Ekaristi, tentu dia tidak ikutan menyambut komuni kudus. Tapi saya berpikir juga ketika itu, betapa berharganya nilai dari sebuah komuni kudus itu, sehingga butuh persiapan begitu lama sampai seseorang dinyatakan layak menyambut Ekaristi. Padahal seringkali, kita menyambut dengan tidak layak. Bisa saja sebelum ini, kita baru marah ke orang sekitar kita, atau perhatian kita malah ke lain - lain, jadi kita kurang menghayati Kristus yang akan tinggal di dalam hidup kita.
Terakhir, saya melihat juga bahwa tidak seperti orang - orang yang kadang suka terburu - buru dalam Misa, bahkan kadang tidak menerima berkat, wanita itu masih menunggu sampai benar-benar selesai. Padahal saya sempat berpikir , koq nggak buru-buru ya, kan mau kejar tanda tangan romo ? Tetapi saya segera yakin kembali bahwa dia benar-benar berusaha mengikuti Misa ini dengan penuh hormat hingga tuntas.
Peristiwa itu sebenarnya adalah peristiwa biasa, tapi dari Misa singkat 1 jam ini, saya kembali mengingat betapa indahnya kekayaan Gereja Katolik. Kebetulan hari ini, adalah hari untuk memperingati orang miskin sedunia. Romo pun menunjukkan bahwa dalam doa umat ke 3, itu dikhususkan bagi mereka, dan juga kemudian dilanjutkan sebuah pesan untuk berani mengambil tindakan dan berbagi kepada mereka yang miskin. Bukan kebetulan juga hari itu ada ajakan untuk sebuah gerakan membantu membayarkan uang sekolah anak - anak yang kurang mampu. Sungguh, Gereja Katolik senantiasa setia ya, membela mereka yang miskin, terpinggirkan dan kekurangan.
Ini adalah sebuah panggilan lembut dari Tuhan, yang mau saya bagikan kepada kita semua. Mari , ketika kita berada di dalam Gereja, khususnya saat Misa berlangsung, simpanlah HP kita dan gadget-gadget lainnya. Mari kita menjaga suasana khidmat Gereja dengan tidak mengobrol apalagi berpikir tentang hal - hal yang lain. Kita mesti memusatkan perhatian pada Kristus. Ketika kita datang dan pergi, jangan lupa berlutut atau membungkukkan badan, karena hal ini sama dengan kita masuk bertamu ke rumah orang, dan yang ada disini adalah rumah Tuhan sendiri. Kita kembali membangun cinta kita kepada Ekaristi.
Setelah selesai homili, ketika kita mengucapkan syahadat para Rasul, dia belum menghapal doa Aku Percaya itu, sehingga dia harus membuka lagi doa dalam Puji Syukur. Semangatnya untuk mengikuti seluruh rangkaian Misa hingga terakhir membuat saya benar-benar yakin bahwa dia serius untuk mengimani Kristus dan mau masuk ke dalam persekutuan Gereja.
Para pembaca yang terkasih, peristiwa hari ini membuat saya merenungkan juga iman katolik saya. Ketika datang dan pergi di Misa, sudahkah saya memberikan perhatian penuh ? Wanita itu,walaupun masih belajar telah memperhatikan dan mengikuti perayaan Ekaristi dengan sungguh - sungguh. Kita sendiri yang sudah begitu lama beriman pada Gereja Katolik perlu meluangkan waktu untuk merefleksikan sikap - sikap kita. Dahulu, kita juga sudah mendapatkan pelajaran - pelajaran itu, namun sekarang mungkin karena pengaruh sudah begitu sering, ada banyak makna dalam perayaan Ekaristi yang lewat begitu saja.
Pada bagian homili, mereka yang sedang belajar menjadi umat Katolik diharuskan memperhatikan dan menyimak isi homili itu. Kontrasnya dewasa ini kita mudah mengantuk, mengobrol, dan malah membanding-bandingkan isi kotbah dari Romo, apakah menarik atau tidak. Pada bagian doa, saat Romo meminta supaya kita membacanya bersama-sama, sebenarnya ini menunjukkan makna kesatuan kita semua untuk bersama-sama berani berdoa kepada Allah, Bapa kita.
Pada bagian Liturgi Ekaristi, tentu dia tidak ikutan menyambut komuni kudus. Tapi saya berpikir juga ketika itu, betapa berharganya nilai dari sebuah komuni kudus itu, sehingga butuh persiapan begitu lama sampai seseorang dinyatakan layak menyambut Ekaristi. Padahal seringkali, kita menyambut dengan tidak layak. Bisa saja sebelum ini, kita baru marah ke orang sekitar kita, atau perhatian kita malah ke lain - lain, jadi kita kurang menghayati Kristus yang akan tinggal di dalam hidup kita.
Terakhir, saya melihat juga bahwa tidak seperti orang - orang yang kadang suka terburu - buru dalam Misa, bahkan kadang tidak menerima berkat, wanita itu masih menunggu sampai benar-benar selesai. Padahal saya sempat berpikir , koq nggak buru-buru ya, kan mau kejar tanda tangan romo ? Tetapi saya segera yakin kembali bahwa dia benar-benar berusaha mengikuti Misa ini dengan penuh hormat hingga tuntas.
Peristiwa itu sebenarnya adalah peristiwa biasa, tapi dari Misa singkat 1 jam ini, saya kembali mengingat betapa indahnya kekayaan Gereja Katolik. Kebetulan hari ini, adalah hari untuk memperingati orang miskin sedunia. Romo pun menunjukkan bahwa dalam doa umat ke 3, itu dikhususkan bagi mereka, dan juga kemudian dilanjutkan sebuah pesan untuk berani mengambil tindakan dan berbagi kepada mereka yang miskin. Bukan kebetulan juga hari itu ada ajakan untuk sebuah gerakan membantu membayarkan uang sekolah anak - anak yang kurang mampu. Sungguh, Gereja Katolik senantiasa setia ya, membela mereka yang miskin, terpinggirkan dan kekurangan.
Ini adalah sebuah panggilan lembut dari Tuhan, yang mau saya bagikan kepada kita semua. Mari , ketika kita berada di dalam Gereja, khususnya saat Misa berlangsung, simpanlah HP kita dan gadget-gadget lainnya. Mari kita menjaga suasana khidmat Gereja dengan tidak mengobrol apalagi berpikir tentang hal - hal yang lain. Kita mesti memusatkan perhatian pada Kristus. Ketika kita datang dan pergi, jangan lupa berlutut atau membungkukkan badan, karena hal ini sama dengan kita masuk bertamu ke rumah orang, dan yang ada disini adalah rumah Tuhan sendiri. Kita kembali membangun cinta kita kepada Ekaristi.
terima kasih kisahnya mengingatkan saya utk lebih menyadari betapa berharganya waktu selama kita mengikuti Ekaristi 😄
BalasHapus