Bacaan 1 : 1Raj. 11:29-32; 12:19
Bacaan Injil : Mrk 7:31-37
Ulasan Kitab Suci :
Sketsa Batin :
Marilah merenungkan pertanyaan - pertanyaan refleksi berikut :
- Marilah kita merenungkan peristiwa penyembuhan ini dan melihat juga dari sisi sikap kita selama ini. Adakah kita menjadi bisu-tuli terhadap situasi-situasi tertentu dalam hidup kita ? Apakah alasannya kita melakukan tindakan tersebut ?
- Sekarang, datanglah kepada Tuhan Yesus, dan mintalah bantuan supaya semua peristiwa ini dapat diselesaikan dengan baik, dan penghambat-penghambat yang membuat kita demikian, bisa dipatahkan.
Renungan :
Injil hari ini berlanjut dengan kisah perjalanan Yesus dari Tirus ke danau Galilea. Daerah dekapolis adalah daerah non Yahudi, yang kota-kotanya banyak dipengaruhi budaya Yunani. Jadi, dalam kisah kali ini, orang yang sakit bisu-tuli, adalah seorang non-Yahudi yang juga diselamatkan oleh Yesus. Yesus kemudian memisahkan dia dari orang banyak dan mengadakan sebuah terapi penyembuhan singkat. Hal ini, dimaksudkan untuk kebaikan orang itu, karena seketika, secara tiba-tiba ia dapat menjadi sangat terkejut saat bisa mendengarkan orang-orang banyak. Berada ditempat yang sunyi membantu dia secara bertahap terbiasa dengan pendengarannya yang baru.
Sesungguhnya, efek penyembuhan Yesus berdampak lebih besar lagi. Kita bisa merenungkan bahwa karena seseorang tidak bisa mendengarkan dengan baik, ia kehilangan kemampuan untuk berbicara dengan lancar, seperti kita ketahui, orang-orang belajar dengan mendengarkan terlebih dahulu. Kemampuan berbicara pun menghambat komunikasi dan menghalangi relasi untuk mengutarakan isi hati dari orang tersebut.
Jadi dapat kita sadari bersama-sama, kebisuan-ketulian ini merusak dan menghambat secara total hubungan antara sesama. Dinginnya hubungan ini kemudian bisa menyebabkan pula dinginnya hati dan juga buntunya pemikiran - pemikiran yang sehat. Itulah sebabnya, Yesus mengatakan 'Terbukalah" untuk memghancurkan semua sumbat-sumbat penghalang ini baik dari pendengaran untuk memahami dan kemampuan berbicara untuk berkomunikasi.
Marilah kita juga menyadari bahwa kita perlu melihat peristiwa ini dari kacamata rohani. Bisu-tuli dapat terjadi secara mental juga. Kita adalah seorang yang bisu, ketika kita diam seribu bahasa, ketika ada ketidakadilan disekeliling kita. Kita tidak berani menyuarakan ketika ada hal-hal yang tidak benar sedang terjadi atau kita tidak memberikan semangat kepada orang lain yang sedang bersusah hati.
Kita adalah seorang yang tuli, ketika kita lebih mudah memaksakan kehendak dan pengaruh pendapat kita, daripada belajar mendengar orang lain atau ketika kita tidak mendengarkan dan tidak sudi menerima kritik. Ini semua adalah benar-benar penyakit kronis yang menyebabkan hilangnya empati, toleransi, tenggang rasa dan juga cinta kasih dalam kehidupan kita.
Namun, terlepas dari semua kegagalan kita, marilah kita menyadari juga bahwa penyakit bisu-tuli hanya bisa disembuhkan dari sentuhan luar. Hanya pengaruh dan kuasa dari luar diri orang itu yang bisa memungkinkan dia sembuh. Hanya Yesus satu-satunya yang bisa mengubah pola pikir dan tindakan kita, dari luar. Marilah kita memohon bimbingan dari Roh Kudus. Dengan bantuanNya, kita menjadi terbuka terhadap Sabda Allah, yang kita dengar, dan kita menjadi terbuka untuk berbagi pengalaman iman kita dengan orang lain. Kita juga menjadi terbuka untuk percaya dan belajar akan apapun yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Pada akhirnya hubungan kita akan menjadi lebih baik dengan sesama.
Jadi dapat kita sadari bersama-sama, kebisuan-ketulian ini merusak dan menghambat secara total hubungan antara sesama. Dinginnya hubungan ini kemudian bisa menyebabkan pula dinginnya hati dan juga buntunya pemikiran - pemikiran yang sehat. Itulah sebabnya, Yesus mengatakan 'Terbukalah" untuk memghancurkan semua sumbat-sumbat penghalang ini baik dari pendengaran untuk memahami dan kemampuan berbicara untuk berkomunikasi.
Marilah kita juga menyadari bahwa kita perlu melihat peristiwa ini dari kacamata rohani. Bisu-tuli dapat terjadi secara mental juga. Kita adalah seorang yang bisu, ketika kita diam seribu bahasa, ketika ada ketidakadilan disekeliling kita. Kita tidak berani menyuarakan ketika ada hal-hal yang tidak benar sedang terjadi atau kita tidak memberikan semangat kepada orang lain yang sedang bersusah hati.
Kita adalah seorang yang tuli, ketika kita lebih mudah memaksakan kehendak dan pengaruh pendapat kita, daripada belajar mendengar orang lain atau ketika kita tidak mendengarkan dan tidak sudi menerima kritik. Ini semua adalah benar-benar penyakit kronis yang menyebabkan hilangnya empati, toleransi, tenggang rasa dan juga cinta kasih dalam kehidupan kita.
Namun, terlepas dari semua kegagalan kita, marilah kita menyadari juga bahwa penyakit bisu-tuli hanya bisa disembuhkan dari sentuhan luar. Hanya pengaruh dan kuasa dari luar diri orang itu yang bisa memungkinkan dia sembuh. Hanya Yesus satu-satunya yang bisa mengubah pola pikir dan tindakan kita, dari luar. Marilah kita memohon bimbingan dari Roh Kudus. Dengan bantuanNya, kita menjadi terbuka terhadap Sabda Allah, yang kita dengar, dan kita menjadi terbuka untuk berbagi pengalaman iman kita dengan orang lain. Kita juga menjadi terbuka untuk percaya dan belajar akan apapun yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Pada akhirnya hubungan kita akan menjadi lebih baik dengan sesama.
Rhema Bacaan :
Mereka takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata. (Mrk 7:37)
Doa :
Ya Yesus yang maha pengasih, terima kasih atas peristiwa penyembuhan orang bisu-tuli yang kami temukan dalam bacaan hari ini. Kami pun seringkali menjadi bisu-tuli terhadap peristiwa disekeliling kami, dan juga dalam banyak hal. Bukalah telinga, mata dan mulut juga hati dan pikiran kami, sehingga kami bisa mewartakan kebenaran yang Engkau nyatakan dalam hidup kami. Amin
Komentar
Posting Komentar