Sewaktu remaja, ada waktu-waktu ketika saya seringkali mendapatkan inspirasi dari hati nurani saya tentang berbagai topik di Gereja, beberapa waktu sebelum misa hari Minggu dimulai dan ketika itu saya mendapatkan pengajaran tentang kesederhanaan. Tulisan ini tidaklah saya buat untuk mempertentangkan antara kita yang berkelimpahan dan kita yang berkekurangan. Namun, pemikiran dan hal - hal yang saya dapatkan ini, bermula dari situ. Nantinya kita akan melihat bersama bahwa pada akhirnya, ini bukanlah persoalan kaya atau miskin.
Makna kesederhanaan
Apa langkah-langkah yang dapat kita lakukan untuk belajar hidup sederhana ?
Dulu saya berpikir sederhana hanya milik orang-orang yang berkekurangan, karena mereka tidak bisa memiliki standar hidup yang lebih tinggi dari orang-orang yang lebih berkelimpahan. Selalu saja ada orang yang hidupnya lebih baik dari kita, dan ada orang-orang yang lebih kurang dari kita. Bagaimanapun kita melihatnya, inilah standar sosial yang sedang berlaku didunia ini yang kadang menjadi sumber pemasalahan ekonomi dunia dan ketidakadilan.
Saya selalu merasa kagum ketika melihat bagaimana Bill Gates, orang terkaya dunia selama bertahun - tahun menjadi dermawan terbesar dunia dengan Bill & Melinda Gates Foundationnya. Beberapa waktu yang lalu, saya membaca berita tentang kebahagiaan mereka yang hampir berhasil, menuntaskan kasus polio hingga punah sama sekali di dunia!
Contoh lain tentang kisah hidup Mark Zuckenberg yang walaupun sangat kaya, memakai kaos yang sama setiap hari, dan hidup dengan sederhana bersama istrinya Priscilla Chan, seorang yang biasa-biasa saja menurut kebanyakan orang. Kekayaan bukan patokan hidup mereka.
Di lain pihak, saya juga sangat tersentuh dengan kisah seorang janda miskin yang memberikan nafkahnya (Luk 21:1-4), bagaimana walaupun nilainya kecil, dia memberikan semua yang ada padanya. Jadi, nilai dari sederhana itu bukan dilihat dari berapa besar yang dimiliki seseorang, tapi seberapa besar cinta yang terkandung dari pemberian itu.
Contoh lain adalah perumpamaan tentang si kaya yang bodoh yang diceritakan oleh Yesus dalam Luk 12:13-21. Orang kaya itu hanya berfokus pada keinginan menambah harta dan keinginan untuk menikmati semuanya itu. Satu hal yang terlupakan adalah bahwa hidupnya tidaklah tergantung dari itu semua.
Orang-orang yang lebih susah cenderung mudah untuk menerima penderitaan, kesulitan dunia dan lebih mudah bersyukur atas apa yang dimiliki. Berbeda dengan kita yang sebelumnya lebih banyak memiliki, saat kehilangan, kita merasa sakit hati dan bahkan ada yang bertanya mengapa kemalangan, penderitaan itu ditimpakan kepada kita.
Melihat contoh-contoh ini saja, saya keliru besar untuk menganggap kesederhanaan itu milik orang-orang yang berkekurangan! Juga berpikir bahwa orang-orang berkekurangan tidak bisa memberikan makna terhadap arti kesederhanaan itu sendiri.
Mengapa kita harus hidup sederhana ?
Tuhan Yesus pertama kali mengajarkan kepada kita tentang konsep kesederhanaan ini. Seorang Putra Allah, pencipta dunia yang begitu berkuasa, mau memilih untuk lahir di kandang yang hina, dipalungan yang kotor dengan sebuah keluarga yang sangat sederhana. Yesus tidak mendapatkan tempat tinggal yang layak. Kelahirannya, pertama kali dirayakan oleh gembala-gembala sederhana dekat situ, lalu Ia harus menyingkir ke Mesir selama beberapa waktu bersama keluargaNya. Ia tumbuh berkembang dan harus bekerja sebagai tukang kayu juga layaknya kita semua, lalu ditolak, dikhianati, disiksa dan wafat untuk kita semua.
Meskipun dan justru karena itulah, Allah sangat meninggikan Yesus (Fil 2:5-11) oleh karena teladan dan gaya hidup ini. Secara khusus, beberapa hal berikut ini bisa membantu kita berefleksi dan mengerti.
- Sarana melawan dosa.
Mendekati masa Prapaskah, kita teringat pada kisah pencobaan Yesus di Padang Gurun. Yesus berhasil menolak godaan Iblis untuk memberikan kuasa dunia kepadaNya apabila Ia menyembah iblis. Yesus sendiri telah terlebih dahulu berpuasa dan berdoa, dan ini adalah salah satu bentuk hidup sederhana. Ia berhasil melawan godaan kedagingan. Ia menunjukkan bahwa Allah hadir dalam hidup kita.
Dosa-dosa yang dapat lenyap dari praktik gaya hidup sederhana adalah dosa kesombongan, dosa kerakusan, dosa iri hati dan egois. Semua orang yang belajar hidup sederhana, dan mampu menahan diri, mampu bertahan dari gempuran dosa-dosa ini.
- Salah satu kunci kebahagiaan
Kita pernah mendengar tentang kalimat berikut : uang dapat membeli hampir segalanya, tetapi uang tidak dapat memberikan kita kebahagiaan sejati. Sesungguhnya, hidup sederhana, menghilangkan beban - beban di hati yang tak perlu. Jika tidak dikendalikan dengan baik, uang dapat menghancurkan hidup berkeluarga, dan kita tak akan pernah merasa cukup dengan apa yang kita miliki.
Bahkan Yesus sendiri menyatakan kepada kita bahwa ini adalah kunci masuk Surga. Hal ini dinyatakanNya dalam Mrk 19:21-26, dimana Ia mengatakan orang kaya sukar masuk surga. Ini adalah masalah kelekatan hati.
- Tugas mulia untuk melayani
Satu hal yang tidak boleh kita lupakan, Allah menciptakan manusia untuk saling mengasihi satu sama lain. Ini adalah bagian dari hukum Taurat yang paling utama. Kita juga diajak untuk melihat bahwa didalam harta yang besar yang kita miliki, ada juga bagian dan porsi orang-orang lain disana. Kita belajar juga untuk membagikan apa yang kita punya.
Hidup berkomunitas sejati yang dijunjung Gereja adalah hidup yang saling berbagi. Dalam Kis 2:42-47, suatu hidup bersama dengan saling berbagi, saling menyumbangkan apa yang mereka miliki sehingga menjadi milik bersama. Kesederhanaan akan memampukan kita melihat kebutuhan dan kekurangan orang lain.
Praktik untuk hidup sederhana
Apa langkah-langkah yang dapat kita lakukan untuk belajar hidup sederhana ?
- Mengikuti trend dengan bijaksana
Salah satu hal yang saya sangat rasakan ketika remaja waktu itu adalah bahaya dari trend. Saat itu, HP perdana sedang booming, dan saya pertama kali menerima Hp saya. Saya melihat banyak teman-teman yang lantas gonta ganti Hp mengikuti trend terbaru. Yang miris adalah, beberapa orang sampai memaksa orang tuanya membelikan Hp padahal orang tuanya sendiri tidak bisa memprioritaskan barang tersier ini.
Dari sini, saya berpikir, bahwa mengikuti trend hanya untuk dillihat keren adalah hal yang kurang baik. Semakin dewasa, saya menyadari mencari nafkah adalah hal yang sulit, dan pengelolaan uang untuk kebutuhan hidup kita harus diatur dalam prioritas yang jelas. Meskipun memang kita tak perlu juga pelit, tapi kita perlu melihat secara bijaksana trend - trend yang ada.
- Bertanyalah Apakah ini cukup ?
Ya, salah satu praktik penting yang harus kita lakukan untuk belajar hidup sederhana adalah dengan bertanya kecukupan hidup kita. Marilah merenungkan dan melihat hidup kita saat ini yang diberkati oleh Tuhan. Akan selalu ada barang-barang keluaran terbaru yang menggiurkan kita diluar sana, tetapi kapan kita memutuskan bahwa ini saja sudah cukup ?
Jika kita melihat dari nilai guna barang-barang itu, kita akan menyadari bahwa selebihnya adalah persoalan pilihan saja, apakah kita menginginkan variasi atau tujuan kita sudah berkembang jauh dengan keinginan yang sudah kurang sehat. Sekarang ini, sudah banyak produk-produk dengan tingkat kualitas yang sangat bervariasi, maka kitapun harus bijak memilih dan menentukan kapan itu cukup. Jangan sampai, saat ini ada begitu banyak barang-barang yang kita beli, tapi tidak kita gunakan. Misalkan pakaian, sepatu, tas, atau apapun yang hanya memenuhi rumah kita.
Jika kita melihat dari nilai guna barang-barang itu, kita akan menyadari bahwa selebihnya adalah persoalan pilihan saja, apakah kita menginginkan variasi atau tujuan kita sudah berkembang jauh dengan keinginan yang sudah kurang sehat. Sekarang ini, sudah banyak produk-produk dengan tingkat kualitas yang sangat bervariasi, maka kitapun harus bijak memilih dan menentukan kapan itu cukup. Jangan sampai, saat ini ada begitu banyak barang-barang yang kita beli, tapi tidak kita gunakan. Misalkan pakaian, sepatu, tas, atau apapun yang hanya memenuhi rumah kita.
- Mentalitas berkelimpahan
Mentalitas berkelimpahan lahir dari iman yang kuat kepada Tuhan, bahwa Ia sanggup mencukupi hidup kita setiap saat. Kita semua dikaruniai hidup, dan inilah modal awalnya. Apapun latar belakang status sosial kita, kita semua mendapatkan berkat-berkat dari Tuhan. Tentang ini, kita diberikan berkat fisik, rohani dan juga berkat-berkat yang datang kemudian selama kita hidup.
Kita semua telah bekerja keras, berusaha dan berjuang dan mendapatkan hasilnya. Kadang hasilnya bisa buruk, kadang bisa sangat baik, bagaimanapun ketika kita bersyukur, kita sedang melatih mentalitas ini. Dua praktik pertama yang saya sarankan, akan memperkuat juga mentalitas ini dalam diri kita.
- Praktik Pantang dan Puasa
Praktik pantang dan puasa, merupakan praktik efektif untuk menyalibkan kedagingan dan menunjukkan kepada kita kekuatan penuh dari kesederhanaan ini, dari berbagai sisi. Pertama, sisi kelekatan dimana kita belajar melepaskan diri dari kecenderungan dan kebiasaan buruk. Kedua, praktik bersyukur dimana kita tahu kekayaan kita, walaupun sudah menahan diri, masih cukup untuk kita. Ketiga, sisi empati dimana kita akhirnya berani untuk memberi apa yang lebih itu untuk orang lain. Kita juga belajar merasakan kesusahan dari orang-orang disekeliling kita yang berkekurangan.
Praktik pantang dan puasa ini akan membantu kita juga mendekat kepada Tuhan dan tergantung padaNya.
Apa keputusan kita ?
Saat ini, saya mengembalikan hal ini kepada kita semua untuk secara bijaksana menyikapi hal ini. Ada sebagian besar orang yang karena faktor-faktor tertentu, perlu untuk memperlihatkan sedikit kelimpahannya dan ini sama sekali tidak bermasalah. Kita semua menempatkan diri kita sesuai dengan keadaan.
Tidaklah masalah jika standar hidup kita lebih baik, kita memilih untuk menggunakan produk dan jasa yang kualitasnya lebih baik juga. Namun, dalam beberapa hal, mempertahankan kualitas hidup sederhana dengan berimbang juga akan cukup baik.
Pada akhirnya, marilah kita juga percaya kepada Tuhan, sang empunya rejeki dan kelimpahan yang diberikan kepada kita ini. Seseorang bisa jatuh dan bangun dalam hidup perekonomiannya, tetapi kita punya Allah yang luar biasa, yang sanggup mengangkat kita ketika kita lemah.
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."(Ibr 13:5)
Komentar
Posting Komentar