Kali ini, saya mau membagikan dua ilustrasi sederhana. Ilustrasi ini terkait erat dengan citra diri kita, dan apa peran kita dalam kehidupan, di semua bidang hidup kita. Ilustrasi ini, dapat menjadi renungan kita bersama, agar bisa menjadi lebih baik lagi dalam hidup kita.
Tuhan telah menciptakan kita, dan telah menanamkan sebuah potensi luar biasa didalam diri kita masing-masing yang sifatnya seragam. Sifat seragam ini, karena kita menyerap sifat dari Allah sendiri, yang adalah Kasih, sebagaimana tertulis dalam 1 Yohanes 4: 16 : Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Allah yang adalah kasih ini, adalah terang yang bercahaya di dalam sanubari kita.
Kita adalah lilin-lilin Dunia
Ketika kita memiliki niat yang tulus untuk menolong seseorang, hati kita tersentuh untuk berempati, berbuat sesuatu yang positif yang bersifat sosial dan baik, itulah ketika Tuhan sedang menyalakan api cinta kasih-Nya di dalam hati kita. Ketika kita sedang berusaha untuk bersabar, menahan setiap godaan, menahan air mata dan kesedihan, nyala api cinta Tuhan membara untuk menghangatkan jiwa dan hati kita agar tidak kedinginan dan gagal.
Ke manapun kita melangkah, Allah selalu menuntun hidup kita dan Dia berlaku seperti penjaga dan penuntun hidup yang sangat cekatan. Jika Allah sendiri adalah nyala cinta yang begitu besar dalam hidup kita, Ia menempatkan kita sebagai sebuah lilin, yang memang pada dasarnya pasti memiliki sumbu untuk dibakar.
Terkadang orang-orang mengalami kesulitan dalam menemukan jati dirinya sendiri, seperti apakah bakatnya yang dapat dia pakai dan kontribusi seperti apa yang dapat dia hasilkan. Terkadang, dalam situasi sulit, atau dalam peristiwa sangat besar, kita seolah-olah tenggelam dalam semuanya itu. Namun, marilah kita melihat juga bahwa Allah, selalu senang untuk memakai segala yang kecil, sederhana, nampak tak berarti untuk menjadi perpanjangan kasihNya.
Salah satu contohnya adalah mujizat yang dilakukan Yesus dalam Yoh 6:1-15. Disitu, dikisahkan bagaimana Yesus menggandakan roti untuk lima ribu orang laki-laki. Ada satu bagian yang terkadang luput menjadi perhatian, yaitu ketika Andreas berkata : "Di sini ada seorang anak yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apa artinya itu untuk orang sebanyak ini?” Si anak kecil ini adalah lilin mungil yang siap untuk dipakai oleh Tuhan.
Ya, namanya lilin, mau besar atau kecil, ketika dinyalakan di tempat gelap, kegelapan tidak akan menguasainya sama sekali. Lilin itu akan menonjol seketika dan orang-orang yang melihat nyala lilin dari kejauhan akan mendekat. Dari satu lilin, menerangi lilin yang lain dan begitu seterusnya sehingga semua orang mendapatkan api yang sama.
Demikianlah kita semua mendapatkan hidup kita sebagai terang dunia, dengan menjadi lilin yang setia bagi Tuhan dalam hidup kita. Jadi, disini, janganlah kita mudah berputus asa dan berkecil hati bila hidup kita tidak lebih baik dari orang-orang. Sebab yang membuat sebuah lilin istimewa , adalah adanya api yang membuatnya menyala. Tanpa api, lilin tidak ada gunanya. Oleh karena itu, Tuhanlah yang sesungguhnya sanggup memaksimalkan kita semua.
Kita adalah cermin cinta kasih Allah
Ilustrasi yang kedua, adalah tentang bagaimana kita pun ibarat cermin bagi dunia ini. Kita semua istimewa di mata Tuhan, dan kita mendapatkan bagian indah yang terkadang masih terselubung, dalam rencana Tuhan. Tak jarang, kita gagal melihat hidup kita sendiri karena berbagai masalah. Biasanya pula, penilaian-penilaian lebih banyak datang dari orang lain tentang kita.
Saat orang lain berperan sebagai lilin yang terang, kita bisa menjadi cermin yang memantulkan terang itu. Kita tidak mengambil panggung pentas orang lain, tetapi kita menyebarkan cahaya dan terang dari lilin itu dengan cara tidak menonjolkan diri kita. Ini adalah pelajaran pertama tentang bagaimana, sebagai cermin, kita membantu menunjukkan potensi terbaik orang lain. Kita sedang berusaha menunjukkan kepada orang lain, "hei, disini ada seorang yang bisa menjadi teladan". Momen inilah ketika kita membagikan kisah, kebaikan sesama kepada orang lain.
Pelajaran berikutnya, cermin ini tidak hanya menjadi saksi mata kebaikan orang lain, tapi juga menjadi saksi mata bagi diri kita sendiri. Kita bisa belajar untuk merenungkan sifat-sifat dari cermin yang memantulkan siapapun yang melihatnya. Ketika kita berlaku kasar, keras, kaku, terhadap orang lain, kita akan menemukan wajah-wajah kesedihan, situasi-situasi mencekam dan negatif. Sebaliknya, ketika kita berlaku baik, ceria, optimis maka kita akan menemukan wajah-wajah bahagia, situasi-situasi penuh sukacita dan hal-hal positif.
Pelajaran terakhir, adalah bahwa dengan melihat ke arah cermin ini, orang-orang bisa melihat keberadaan diri kita sebagai saksi-saksi kebenaran itu sendiri, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Kita adalalh teladan bagi dunia. Jika orang ingin melihat dirinya sendiri yang terbaik menurut versi Allah, mereka dapat menemui kita dan melihat bahwa mereka bisa lebih baik. Jadi, kita menjadi perpanjangan kasih Allah untuk mewartakan kabar baik itu. Kita menjadi mentor, sahabat, anggota keluarga bagi sesama kita dalam menemukan arti hidup mereka.
Allah adalah pemiliknya
Yang memelihara dan menggunakan lilin - lilin kecil dan juga cermin - cermin kehidupan, tak lain adalah Allah sendiri. Kita semua berada dalam jangkauan kasih dan perencanaan Allah. Allah melihat kehidupan kita, dan Dia mengatur bahwa lilin tertentu perlu ditempatkan di ruangan - ruangan yang gelap, dan cermin-cermin dibutuhkan di tempat - tempat lain.
Lilin - lilin besar dan lilin - lilin kecil, pasti mempunyai penempatannya sndiri karena kapasitasnya yang berbeda-beda, dari sisi berapa lamanya lilin ini mampu menyala. Begitu juga dengan cermin yang hadir dengan berbagai ukuran. Hanya Allah satu-satunya, yang tahu betul bagaimana menanfaatkan semuanya ini untuk kebaikan dunia.
Maka, inilah saat - saat kita mesti selalu berfokus kepada Tuhan, supaya hidup kita dapat dimaksimalkan. Apapun kondisi hidup kita, baik atau buruk saat ini, serahkan semuanya kepadaNya sebab Tuhan yang mengetahui pengaturan terbaiknya. Akan tiba waktunya kita bersyukur setelah mengetahui semua perencanaan dari Allah ini.
Tuhan telah menciptakan kita, dan telah menanamkan sebuah potensi luar biasa didalam diri kita masing-masing yang sifatnya seragam. Sifat seragam ini, karena kita menyerap sifat dari Allah sendiri, yang adalah Kasih, sebagaimana tertulis dalam 1 Yohanes 4: 16 : Allah adalah kasih,
Terkadang orang-orang mengalami kesulitan dalam menemukan jati dirinya sendiri, seperti apakah bakatnya yang dapat dia pakai dan kontribusi seperti apa yang dapat dia hasilkan. Terkadang, dalam situasi sulit, atau dalam peristiwa sangat besar, kita seolah-olah tenggelam dalam semuanya itu. Namun, marilah kita melihat juga bahwa Allah, selalu senang untuk memakai segala yang kecil, sederhana, nampak tak berarti untuk menjadi perpanjangan kasihNya.
Salah satu contohnya adalah mujizat yang dilakukan Yesus dalam Yoh 6:1-15. Disitu, dikisahkan bagaimana Yesus menggandakan roti untuk lima ribu orang laki-laki. Ada satu bagian yang terkadang luput menjadi perhatian, yaitu ketika Andreas berkata : "Di sini ada seorang anak yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apa artinya itu untuk orang sebanyak ini?” Si anak kecil ini adalah lilin mungil yang siap untuk dipakai oleh Tuhan.
Ya, namanya lilin, mau besar atau kecil, ketika dinyalakan di tempat gelap, kegelapan tidak akan menguasainya sama sekali. Lilin itu akan menonjol seketika dan orang-orang yang melihat nyala lilin dari kejauhan akan mendekat. Dari satu lilin, menerangi lilin yang lain dan begitu seterusnya sehingga semua orang mendapatkan api yang sama.
Demikianlah kita semua mendapatkan hidup kita sebagai terang dunia, dengan menjadi lilin yang setia bagi Tuhan dalam hidup kita. Jadi, disini, janganlah kita mudah berputus asa dan berkecil hati bila hidup kita tidak lebih baik dari orang-orang. Sebab yang membuat sebuah lilin istimewa , adalah adanya api yang membuatnya menyala. Tanpa api, lilin tidak ada gunanya. Oleh karena itu, Tuhanlah yang sesungguhnya sanggup memaksimalkan kita semua.
Ilustrasi yang kedua, adalah tentang bagaimana kita pun ibarat cermin bagi dunia ini. Kita semua istimewa di mata Tuhan, dan kita mendapatkan bagian indah yang terkadang masih terselubung, dalam rencana Tuhan. Tak jarang, kita gagal melihat hidup kita sendiri karena berbagai masalah. Biasanya pula, penilaian-penilaian lebih banyak datang dari orang lain tentang kita.
Saat orang lain berperan sebagai lilin yang terang, kita bisa menjadi cermin yang memantulkan terang itu. Kita tidak mengambil panggung pentas orang lain, tetapi kita menyebarkan cahaya dan terang dari lilin itu dengan cara tidak menonjolkan diri kita. Ini adalah pelajaran pertama tentang bagaimana, sebagai cermin, kita membantu menunjukkan potensi terbaik orang lain. Kita sedang berusaha menunjukkan kepada orang lain, "hei, disini ada seorang yang bisa menjadi teladan". Momen inilah ketika kita membagikan kisah, kebaikan sesama kepada orang lain.
Pelajaran berikutnya, cermin ini tidak hanya menjadi saksi mata kebaikan orang lain, tapi juga menjadi saksi mata bagi diri kita sendiri. Kita bisa belajar untuk merenungkan sifat-sifat dari cermin yang memantulkan siapapun yang melihatnya. Ketika kita berlaku kasar, keras, kaku, terhadap orang lain, kita akan menemukan wajah-wajah kesedihan, situasi-situasi mencekam dan negatif. Sebaliknya, ketika kita berlaku baik, ceria, optimis maka kita akan menemukan wajah-wajah bahagia, situasi-situasi penuh sukacita dan hal-hal positif.
Pelajaran terakhir, adalah bahwa dengan melihat ke arah cermin ini, orang-orang bisa melihat keberadaan diri kita sebagai saksi-saksi kebenaran itu sendiri, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Kita adalalh teladan bagi dunia. Jika orang ingin melihat dirinya sendiri yang terbaik menurut versi Allah, mereka dapat menemui kita dan melihat bahwa mereka bisa lebih baik. Jadi, kita menjadi perpanjangan kasih Allah untuk mewartakan kabar baik itu. Kita menjadi mentor, sahabat, anggota keluarga bagi sesama kita dalam menemukan arti hidup mereka.
Allah adalah pemiliknya
Yang memelihara dan menggunakan lilin - lilin kecil dan juga cermin - cermin kehidupan, tak lain adalah Allah sendiri. Kita semua berada dalam jangkauan kasih dan perencanaan Allah. Allah melihat kehidupan kita, dan Dia mengatur bahwa lilin tertentu perlu ditempatkan di ruangan - ruangan yang gelap, dan cermin-cermin dibutuhkan di tempat - tempat lain.
Lilin - lilin besar dan lilin - lilin kecil, pasti mempunyai penempatannya sndiri karena kapasitasnya yang berbeda-beda, dari sisi berapa lamanya lilin ini mampu menyala. Begitu juga dengan cermin yang hadir dengan berbagai ukuran. Hanya Allah satu-satunya, yang tahu betul bagaimana menanfaatkan semuanya ini untuk kebaikan dunia.
Maka, inilah saat - saat kita mesti selalu berfokus kepada Tuhan, supaya hidup kita dapat dimaksimalkan. Apapun kondisi hidup kita, baik atau buruk saat ini, serahkan semuanya kepadaNya sebab Tuhan yang mengetahui pengaturan terbaiknya. Akan tiba waktunya kita bersyukur setelah mengetahui semua perencanaan dari Allah ini.
Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. (1 Yoh 3:2)
Komentar
Posting Komentar