Langsung ke konten utama

Sketsa Nurani - Jika Allah penuh kasih, mengapa orang menderita ?

Kali ini saya mau membagikan pemahaman yang saya dapatkan tentang penderitaan dan kemalangan yang di alami manusia dan bagaimana saya bisa mendapatkan sebuah pola pikir yang lebih baik tentang ini. Apakah Tuhan membiarkan kecacatan, penderitaan dan ketidaksempurnaan itu begitu saja, sementara itu memberikan berkat - berkat yang melimpah buat sebagian besar orang lain ? Di manakah kasih dan keadilan Tuhan ?

Saya mulai dengan sebuah keyakinan berikut, yaitu... "Semua Ciptaan Allah Baik adanya"

Yup, anda tidak salah membacanya. Marilah kita melihat dalam kitab suci, terutama kisah penciptaan dunia yang ada di Kejadian 1 yaitu Allah menciptakan bumi dan segala isinya, dan Ia memandang semuanyai itu baik adanya. Khusus manusia, sedikit berbeda. Allah tidak menciptakan manusia dengan "berfirman", tetapi disitu tertulis, "Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka."(Kis 1 : 27).  Lalu tidak lupa, Allah memberkati manusia dan berfirman kepada manusia untuk beranak cucu, bertambah banyak dan berkuasa atas ikan-ikan di laut, burung-burng di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kis 1 : 28). Dan pada ayat yang ke 31, tertulis bahwa Allah melihat segala yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik.

Demikianlah, manusia diciptakan menurut Gambar Allah, mendapatkan berkat, dan Allah sendiri mengatakan manusia yang diciptakan sungguh amat baik. Dari sini kita menjadi sadar akan martabat manusia itu luhur, dan juga Allah menciptakan manusia, tidak asal menciptakan, tetapi Allah menciptakan kita untuk tugas dan tujuan yang mulia.

Lalu , saya mulai merenungkan lagi.. ok, manusia secitra dengan Allah, lalu bagaimana bisa manusia memiliki gambaran yang tidak sempurna ? ... saya merasa kita semua bisa menebak jawabannya adalah karena pengaruh dosa.

Dosa memasuki dunia, dan konsekuensinya, manusia akan mati. Dalam konteks awal ini, kematian manusia menandakan berakhirnya hubungan manusia dengan Allah. Manusia terputus dari Allah dan dengan demikian semakin rapuh, rusak dan hancur. Keberadaan dosa ini mengakibatkan ternodanya seluruh kehidupan yang menyertainya.

Hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan ikut rusak. Alam juga menjadi kurang bersahabat dengan manusia. Manusia sendiri makin hari makin jauh dari Tuhan. Usia manusia makin pendek, mulai terjadi pertikaian seperti pembunuhan Habel oleh Kain, lalu mulai terdapat intrik-intrik pemberontakan hingga terjadinya kemusnahan manusia beberapa kali.

Nah... inilah yang menyebabkan ketidaksempurnaan itu menjadi kenyataan. Segala macam bentuk kombinasi ketidaksempurnaan itu diantaranya : kehidupan penuh derita, lahir dengan kondisi cacat, terluka, sakit, meninggal muda, dan berbagai macam bentuk kemalangan bisa terjadi.

Marilah kita melihat bahwa Allah tidak menciptakan dosa. Kemalangan ini, bukanlah karya Allah. Kemalangan dan penderitaan ini adalah efek dari dosa. Kita juga tahu bahwa sampai sekarang, bahkan setelah Yesus datang ke dunia, wafat dan bangkit untuk penebusan diri kita, dosa masih tetap ada.

Lalu kesempurnaan itu adanya dimana dan kapan ? Jawabannya adalah kesempurnaan itu kita baru dapatkan dan rasakan saat kita berada di Surga bersama dengan Allah. Semua manusia akan mati, tetapi sekarang boleh ditambahkan disana "kehidupan kekal" dan "kebangkitan badan". Kita dapat melihat hal ini, yaitu tubuh surgawi kita dari teladan Yesus sendiri.

Yesus yang telah bangkit, memiliki tubuh surgawi yang berbeda. Dia bisa makan dan minum, seperti yang ditunjukkannya kepada para muridNya ketika Ia makan sepotong ikan goreng (Luk 24:41-43). Dia juga dapat masuk ke dalam ruangan yang terkunci rapat dan memberikan salam damai. (Yoh 20:26). Gambaran kesempurnaan inilah yang dijanjikan oleh Yesus.

Mudah-mudahan penjelasan singkat ini, dapat dimengerti dengan mudah. Selanjutnya, saya melangkah lebih jauh untuk mengetahui, bagaimana Allah mengelola kebaikan dan berkat melalui penderitaan, kemalangan yang dialami oleh manusia.

Yang saya temukan, terdapat beberapa  macam bentuk pandangan yang dapat kita lihat terkait dengan penderitaan itu sendiri :

1. Memandang penderitaan sebagai bentuk teladan dan kesaksian hidup

Saya percaya, bahwa semua manusia diberikan kemampuan oleh Tuhan untuk beradaptasi dengan baik sesuai kondisinya masing - masing. Pernahkan anda mendengar tentang Nick Vujicic? Seorang yang terlahir tidak punya tangan, dan kaki. Ia mengalami penderitaan fisik dan sempat ingin bunuh diri. Ia menolak untuk mundur dan menyerah. Ia bangkit, menemukan identitas dirinya yang terbaik dan sekarang ia bisa berkeluarga dan ia sendiri menjadi motivator kelas dunia yang memberikan banyak berkat kepada orang lain.

Para santo dan santa mengorbankan dirinya dan bersaksi bagi dunia untuk iman dan perbuatan mereka dalam membela kebenaran, ditunjukkan dalam tingkat yang tertinggi yaitu kemartiran. Mereka menderita sedemikian rupa dan memberikan dirinya kepada sesama. Kemartiran adalah bentuk penderitaan, tapi itu juga adalah puncak pengorbanan tertinggi seseorang untuk Tuhan dan sesama, mengikuti teladan Yesus yang wafat di Salib.

2. Memandang penderitaan sebagai salib

Yesus berkata, setiap orang yang mau mengikut Aku, Ia harus memikul salibNya. Pernyataan ini paling sering disebutkan orang - orang yang tanpa berbuat dosa, mengalami penderitaan hidup. Mereka bilang , sedang tertimpa kemalangan dan pencobaan hidup. Salib pada dasarnya adalah sebuah hukuman bagi para penjahat, yang oleh Kristus diubah menjadi tanda kemenangan sejati.

Jika kita mengalami bahwa penderitaan dalam hidup kita adalah salib, kita juga harus melihat sisi positifnya yaitu pelajaran apa yang bisa kita petik dari salib ini. Misalkan, tiba - tiba sesorang bisa kembali menyadari bahwa ia telah sempat menyia-nyiakan hidupnya selama ini. Ketika sembuh, ia mendapatkan sebuah pemahaman kehidupan yang baru. Ia meluangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang berharga bersama orang-orang yang dicintai. Salib akan membuat seseorang menang, bersukacita, kuat dan diperbaharui.

3. Memandang penderitaan sebagai bentuk mati raga dan silih

Ada beberapa orang yang memilih untuk melakukan kemiskinan sukarela. Kita bisa melihatnya dalam diri para biarawan-biarawati yang memilih melepaskan diri dari kenikmatan duniawai. Mereka telah menyerahkan diri kepada Kristus dengan kaul kemiskinannya seperti tertulis : "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya"" (Gal 5:24).  Kita juga sama, melakukan praktik pantang dan puasa. Kita berjuang untuk melemahkan kedagingan. Kita juga turut serta merasakan penderitaan orang lain, misalkan , apa rasanya hanya makan sehari sekali dan sebagainya.

Ada orang-orang yang terpanggil untuk melakukan mati raga dan silih ini untuk penghapusan dosa manusia. Tujuannya sangat mulia, supaya memberikan kekuatan bagi orang-orang menghadapi cobaan dan tantangan hidup. Ini dilakukan untuk mempersembahkan Tuhan lewat hati yang bertobat, seperti yang tertulis berikut ini : "Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukumanNya." (Yoel 2:13).

Nah, setelah melihat ketiga hal diatas, kita tentu bisa menyadari bahwa Allah sungguh luar biasa. Meskipun manusia telah jatuh dalam dosa, dan mengalami penurunan kualitas kehidupan,Allah tetap mampu mendatangkan keselamatan dan perbuatan-perbuatan yang ajaib dari semuanya itu. Ia mengajar, membentuk dan menjadikan semuanya indah walaupun terkadang kita tidak selalu mengerti.

Penderitaan itu suatu Misteri

Jika kita berpikir bahwa penderitaan adalah misteri, itu tepat! jika kita berpikir penderitaan adalah berkat yang terselubung, itu juga tepat! Siapa sih yang bisa menyelami kebijaksanaan Allah ? Ayub sendiri yang telah mengalami penderitaan begitu hebat pada akhirnya meminta supaya ia bisa berjumpa dengan Allah. Ia menuntut Allah dan mempertanyakan, kenapa koq ia bisa menderita. Allah berkata bahwa Ayub tidak mengerti pekerjaan Allah yang besar yang harus mengurus seluruh alam semesta. Karena itu, Ayub tidak bisa menghakimi bahwa Allah telah berlaku tidak adil.

Saya juga percaya, tidak ada satupun manusia yang sengaja dibuat mengalami kemalangan oleh Allah. Tidak ada itu yang namanya, ditakdirkan untuk menderita. Kuncinya adalah percaya kepada rancangan Allah yang indah dalam hidup kita. Percaya pada janji keselamatanNya dan tahu bahwa Allah penuh cinta. Jika tidak, kita tak akan menemukan berbagai kisah dan bukti nyata Allah yang menghancurkan kemiskinan, penderitaan, kemalangan. Jika tidak, kita tidak akan mendengar dan mengetahui Yesus berkeliling ke dunia untuk mengobati orang sakit, cacat, memulihkan martabat orang yang berdosa dan tertindas, mengusir roh-roh jahat dan bahkan membangkitkan orang mati. Semuanya begitu luar biasa dan bahkan inilah tanda-tanda kedatangan Kerajaan Allah.

Pada akhirnya, Panggilan untuk melayani dan bergantung pada Tuhan

Di akhir artikel ini, saya mengajak anda untuk menyadari bahwa kita semua diajak oleh Tuhan juga untuk saling memperhatikan penderitaan sesama. Tak jarang kita juga bisa menjadi pihak yang menderita, seperti ketika kita sedang sakit atau mengalami hal yang lain. Namun inilah kesempatan saling berbagi kepedulian. Inilah saatnya kita juga belajar bersaksi bahwa , "hei, ini kemalangan yang saya dapatkan, tapi Allah kita luar biasa..", "Ceritakanlah penderitaan itu dan bagikan kepada orang lain".  Bergantunglah kepada Tuhan dan lihatlah bagaimana Allah membereskan semua masalah-masalah itu. Rasa syukur kita dan sikap bergantung kepadaNya akan makin mudah terwujud!


Saya pernah membayangkan apa jadinya kalau semua kebaikan Allah, "take it for granted!" alias "gratis"  dan jika kita dengan mudah melihat akhir bahagia dari kesulitan kita saat ini. Saya berpikir saya akan malas-malasan, santai saja, dan berpikir, "ah kan akhirnya sukses juga!". Sikap tidak tahu bersyukur dan pastilah pada akhirnya, malah jadinya lebih hancur.

Jika kita mau belajar beriman, kita harus tahan uji. Jika kita mau bersabar, kita harus tahan diomeli, dimarahi dan dihina. Demikianlah hal-hal yang menimpa kita, kurang baik, tapi Allah bisa menjadikan itu baik adanya dengan membimbing kita melewatinya dan menjadikan itu pengalaman yang dapat kita bagikan bagi orang lain.

Bagaimana jika kita sudah terlanjur menderita karena dosa ? Oh jangan khawatir. Bertobatlah dan menyesallah, Allah sanggup menjadikan sesuatu yang baik dari semuanya itu. Dengan kondisi yang terburuk sekalipun, Allah tidak akan kekurangan cara untuk mengobati luka kita dan memberikan keadaan yang baik, walaupun rencana Allah untuk kita tidak seindah sebelumnya, kita tetap dapat yakin akan keselamatan kita!

Berikut adalah ayat favorit saya tentang bagaimana seharusnya dunia ini yang bebas penderitaan diwujudkan:

"Serigala dan anak domba akan bersama-sama makan rumput, singa akan makan jerami seperti lembu dan ular akan hidup dari debu. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di segenap gunungKu yang Kudus, " Firman Tuhan  (Yes 65:25)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teladan Kemuridan

Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid - muridNya kepadaNya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebutNya rasul : Simon yang juga diberiNya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.  Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-muridNya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. (Luk 6 : 12 - 19) Bacaan 1 : Ef 2 : 19 - 22 Bacaan 2 : Luk 6 : 12 - 19 29 Oktober 2017 - Teladan Kemuridan Injil mengisahkan bagaimana Yesus memilih keduabelas para rasul yang akan mendampingi Dia mewartakan kerajaan Surga. Setelah Yesus mengumpulkan sekian ba...

Sketsa Iman - Menimba rahmat pada Yesus yang ditinggikan

Sketsa Iman, 9 April 2019 Bacaan 1 : Bil 21:4-9 Bacaan Injil : Yoh 8:21-30 8:21 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang." 8:22 Maka kata orang-orang Yahudi itu: "Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?" 8:23 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. 8:24 Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu."8:25 Maka kata mereka kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Jawab Yesus kepada mereka: "Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? 8:26 Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pad...

Sketsa Iman - Berilah kesempatan kedua

Sketsa Iman, 6 Maret 2018 Bacaan 1 : Dan. 3:25,34-43 Bacaan Injil : Mat 18:21-35 18:21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" 18:22 Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. 18:23 Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. 18:24 Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. 18:25 Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. 18:26 Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. 18:27 Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ...

Sketsa Iman - Sigap melihat pertolongan Tuhan

Sketsa Iman - 6 Januari 2021 Bacaan 1 : 1 Yoh 4 : 11 - 18 Bacaan Injil : Mrk 6 : 45- 52 6:45 Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. 6:46 Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. 6:47 Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. 6:48 Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. 6:49 Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, 6:50 sebab mereka semua melihat Dia dan merekapun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" 6:51 Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan anginpun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, 6...

Sketsa Iman - Pekerjaan sang Penghibur

Sketsa Iman, 8 Mei 2018 Bacaan 1 : Kis 16 : 22 - 34 Bacaan Injil : Yoh 16:5-11 Ulasan Kitab Suci : 16:5 tetapi sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorangpun di antara kamu yang bertanya kepada-Ku: Ke mana Engkau pergi? 16:6 Tetapi karena Aku mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita. 16:7 Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. 16:8 Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; 16:9 akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; 16:10 akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; 16:11 akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.(Yoh 16:5-11) Renungan :  Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Seb...