Langsung ke konten utama

Sketsa Nurani - Rekonsiliasi versus Penolakan

Latar belakang, Sebuah Stigma Negatif...

Alkisah suatu hari, terdapat seorang penjahat yang baru saja kedapatan mencuri. Apesnya, dia mencuri disebuah kota yang para penegak hukumnya, punya cara unik menghukum para penjahat. Mereka menyiapkan besi panas berbentuk huruf "P" yang akan ditempelkan didahi orang-orang ini. Hal ini untuk menandai semua penduduk, bahwa ada penjahat-penjahat diantara mereka yang berbuat kejahatan. Selepas dari penjara, penjahat ini dihukum seumur hidup dengan tidak lagi diterima masyarakat dengan label didahinya itu.

Cerita ini saya dapatkan  sewaktu SMP dalam salah satu pelajaran agama. Guru agama saya, mengatakan bahwa "Semua manusia berdosa, dan patut dihukum oleh Allah , namun Allah tidak menghukum manusia setimpal dengan perbuatannya. Ia memberikan kesempatan kepada manusia untuk bertobat dan berubah". Saya berpikir bahwa ini adalah hukuman positif bagi para penjahat. Namun, mengejutkan bahwa guru agama saya berkata lagi, "penolakan itu adalah tindakan yang paling menyakitkan seseorang lebih dari yang lain".

Tulisan berikut ini, merupakan penggalian saya lebih dalam tentang kondisi-kondisi ini.

Marilah kita melihat bersama tentang ciri khas dan kondisi pribadi orang-orang yang terlihat sulit dan tidak benar.

Faktor - faktor penyebab kepribadian yang sulit

Pada dasarnya, hal - hal yang membentuk kepribadian sulit adalah karena pengaruh lingkungan seperti :

1. Faktor kekerasan fisik
Kekerasan fisik dapat menimbulkan rasa takut, dan juga dapat menimbulkan trauma yang mendalam. Tak jarang juga, seseorang bisa bersikap agresif dan pemarah atau menjadi pendiam dan pemalu terhadap orang lain disekelilingnya. Apalagi jika ini terjadi sewaktu kecil, ketika beranjak dewasa, perilaku serupa dapat terjadi.

2. Faktor kekerasan mental
Kata -kata yang kasar, menjatuhkan, seringkali membuat seseorang menjadi grogi, kehilangan semangat hidup, kepercayaan diri dan juga motivasi untuk berkembang. Sikap penolakan terhadap kehadiran seseorang, juga dapat menimbulkan luka batin dan kekhawatiran dalam hidup.

3. Standar yang dipaksakan
Ketika beberapa orang terdekat dalam hidup kita memaksakan kehendaknya dengan menerapkan standar mereka kepada kita. Atau kita yang tidak mengerti bahwa kita harus belajar melihat standar orang lain.

Semua inilah yang menimbulkan luka-luka (fisik dan batin) dalam hidup seseorang. Pasti terdapat suatu hal yang dapat menyebabkan mengapa seseorang bersikap negatif dan tertutup. Ada alasan kenapa seseorang mudah marah, membenci sesamanya atau tanpa sebab tidak menyukai anggota keluarganya.

Siapa saja yang bisa menjadi pribadi yang sulit ? 

Jawabannya, Semua orang bisa menjadi pribadi yang sulit.Tak jarang kita merasa cukup mudah menghakimi orang lain tanpa sadar bahwa kitapun sesekali bisa menjadi pribadi yang sulit ini. Ketika mood kita lagi jelek, kita sedang ditimpa oleh berbagai tantangan hidup, respond kita terhadap orang lain bisa jadi terkesan ketus dan kurang baik. Tak jarang juga, seseorang sebenarnya sedang belajar untuk membangun relasi, namun dengan cara yang kurang baik. Terbiasa melakukan semua hal sesuai dengan standar sendiri, sehingga tanpa sadar membuat orang lain merasa tidak nyaman.

Bentuk - bentuk penolakan dalam masyarakat

1. Penolakan langsung
Jika kita melihat konteksnya bahwa orang itu adalah seorang penjahat, masyarakat lebih mudah bersikap waspada dan ada justifikasi bahwa dia adalah mantan penjahat, cukup penting berhati-hati.  Kita biasanya mengenal istilah pencekalan seseorang untuk masuk ke suatu komunitas, bahkan kota. Kita juga biasanya mendengarkan aksi-aksi demo dan penandatanganan petisi untuk menolak aksi atau keberadaan seseorang.

Dalam cerita Injil pun, Yesus pernah ditolak oleh masyarakat untuk masuk ke kota mereka, seperti kejadian di Nazareth saat Ia berkotbah dan juga ada banyak orang-orang sakit kusta, cacat yang mengalami penolakan masyarakat. Orang - orang yang menderita ini diberikan tempat khusus yang jauh dipinggiran kota dan hidupnya benar-benar semakin menderita.

2. Penolakan tak langsung 
Namun bagaimana jika orang yang menyakiti atau berbuat kurang baik adalah salah satu dari kenalan kita ? Tanpa bermaksud menghakimi, saya merasa bahwa terkadang tanpa sadar kita belum menyelesaikan rekonsiliasi kita dengan orang itu. Kata-kata seperti "semoga dia tidak menerima hal buruk seperti yang saya alami" atau "saya memaafkan dia, tetapi saya tidak bisa lagi berteman dengannya." Kita bersikap menjauhi dengan menolak untuk berinteraksi dengan orang tertentu, misalkan ketika diajak jalan, kita menolak dengan halus.

Dampak dari sebuah penolakan

Saya pernah membaca sebuah berita tentang seorang yang diputuskan pacarnya tiba-tiba, dia menghentikan mobilnya dan segera meloncat untuk melakukan bunuh diri. Banyak juga orang yang mengalami depresi dan kesulitan dalam menjalankan hidupnya. Ini jika kita melihat dari sisi orang yang merasa ditolak.

Ternyata bagi orang yang menolak pun, dibutuhkan sebuah energi untuk terus - menerus bersikap konsisten. Saya pernah merasakan ini ketika saya melabeli teman-teman yang bandel dan kasar, setiap kali berjumpa dengan mereka, saya selalu menanamkan dalam hati bahwa mereka tidak layak dijadikan teman. Butuh waktu lama buat saya untuk mengubah pola pikir ini, namun lambat laun saya mulai belajar bisa berteman dengan siapa saja.

Bagaimana cara untuk melakukan Penerimaan (Rekonsiliasi)?

1. Melalui Gereja, lewat Sakramen pengakuan dosa

Dalam Injil, Yesus beberapa kali menyatakan kepada orang-orang kusta, "pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada Imam"(Luk 17:11-19) . Imam mewakili pandangan masyarakat pada waktu itu. Jika Imam menyatakan bahwa orang tersebut sudah sembuh, ia dipulihkan secara sosial dan dapat di terima kembali dalam masyarakat.

Demikian juga, dengan Gereja yang tampil mewakili masyarakat yang teraniaya dan ternodai. Seseorang yang bersalah terkadang tidak dapat berjumpa dengan semua orang yang ia sakiti. Ia dimaafkan oleh Tuhan dan Gereja, dan diberikan kekuatan untuk melakukan pertobatan dan perubahan.

2. Berhubungan langsung dengan orang tersebut, dan melakukan rekonsiliasi damai.

Sangat disayangkan jika perselisihan disebabkan karena perbedaan pendapat yang menimbulkan kesalahpahaman. Menunda atau menolak untuk bertemu menyebabkan pertikaian yang berlarut-larut. Gosip, argumen tak sehat bisa terjadi dimana-mana. Kita mencari figur yang sepakat dengan kita tentang orang itu dan mencoba menolak terhadap argumen positif terkait dengan orang itu.

Mungkin jika kita duduk bersama, dan membicarakan dengan orang tersebut, kabut kesalahpahaman dapat dihilangkan. Kita terlebih dahulu mengambil sikap mendengarkan dari sisi orang itu apa yang dia rasakan, sebelum mengungkapkan apa yang kita rasakan. Lalu kita memberikan kesempatan dan kesepakatan bersama untuk berubah.

3. Menggunakan figur seseorang untuk rekonsiliasi.

Dalam retret penyembuhan luka batin, seseorang akan diajak untuk mengaku dosa , membuka hati kepada Tuhan dan membuka pintu maaf. Ada dua pendekatan yang bisa kita lakukan.

- Membayangkan dalam Iman kehadiran Yesus dalam kejadian yang menyakitkan

Menghadirkan Yesus dalam imajinasi iman yang mencintai kita dengan sepenuh hati, bahwa meskipun kita ditolak, kita disakiti, ternyata ada Yesus yang mau tetap mencintai kita. Yesus yang ternyata hadir disitu, menyaksikan semua itu dan tetap memiliki rencana yang indah dalam hidup kita.

- Dengan Figur orang-orang yang berselisih dengan kita

Mendapatkan bantuan sosok figur ayah,ibu, teman atau siapapun dan meminta maaf, lalu dimaafkan akan sangat membantu kita merasa diterima dan menerima. Bahkan tak jarang praktik ini dilakukan dengan mencuci kaki figur tersebut dan gantian, figur itu mencuci kaki kita.

4. Berani bertindak untuk menegur dan menasihati dengan kasih

Berani melakukan tindakan menegur dengan kasih, untuk memberitahukan bahwa ada sifat-sifat dan hal-hal yang kurang baik yang dilakukan orang itu. Terkadang orang yang melakukannya tidak menyadari sikap mereka. Namun jika kita berani untuk menyampaikan dengan baik, setidak-tidaknya akan membantu orang itu untuk menyadari bahwa dia perlu melakukan introspeksi diri.

Namun, kebijaksanaan menilai keadaan juga diperlukan. Melakukannya dengan cinta kasih tidak disertai kata-kata memojokkan dan tajam. Tindakan koreksi bisa dimulai dengan kata-kata yang positif misalkan, "saya tahu kamu mau memberikan solusi yang baik. Alangkah baiknya bila dalam usulanmu..."

5. Tetap konsisten melakukan perbuatan baik untuk menjaga hati

- Pemerintah melakukan tindakan deradikalisasi bagi napi dan orang-orang yang berbuat kejahatan.

Seseorang yang sempat terdoktrin salah untuk melakukan tindak kejahatan diberikan pelatihan, penyuluhan dan keterampilan yang baru untuk membangun diri.

- Pemerintah menjalankan program rehabilitasi bagi mereka yang sakit kecanduan

Seseorang yang menderita, diberikan bantuan untuk pulih dari sakitnya dan diberikan keterampilan untuk hidup baru yang normal kembali.

- Komitmen hati untuk berbuat baik. 

Belum lama ini, ada seorang pribadi yang saya kenal menceritakan pengalamannya dalam hal penerimaan dan penolakan ini.  Dia baru saja mengenal seorang teman baru. Dia mengatakan bahwa teman barunya ini memiliki kepribadian yang menarik dan dia bermaksud untuk menjadi sahabat.  Namun, saat awal berkomunikasi, dia melakukan kesalahan, dengan melibatkan standar dia berhubungan dengan kelompok teman-temannya. Dia mencoba menjadi akrab dan ternyata hal itu tidak membuat teman barunya ini merasa nyaman.

Hubungan lalu menjadi dingin, dan dia menyesali tindakannya. Dia mencoba untuk memperbaiki kembali, sempat bertemu sekali untuk mengungkapkan penyesalannya dan teman itu sepertinya menerima. Namun, seperti yang saya katakan juga sebelumnya, hubungan yang retak diawal, sulit untuk diperbaiki.

Lambat laun, teman saya ini mencoba melakukan pendekatan lagi dengan memberikan perhatian secara positif. Kebiasaannya untuk menyapa dan mendoakan teman-teman digrup kembali diterapkan ke teman barunya ini. Ia mengatakan bahwa ia tidak dapat memikirkan percakapan lain yang baik yang dapat ia jalankan jika respondnya satu arah. Namun ia juga tidak berniat untuk menuntut lagi, jangan-jangan nanti makin menyakiti orang itu.

Yah, lebih jauh lagi, akhirnya suatu waktu teman saya mengetahui bahwa dia diblok untuk percakapan pribadi dengan teman baru ini di Whatsapp, yang merupakan kejadian pertama. Dia sempat merasa sedih dan heran, kenapa bisa mengalami penolakan seperti ini dan mencoba memikirkan apakah dia memiliki hal-hal buruk yang harus diperbaiki ? Dia mencoba untuk membawa perkara hati ini kepada Tuhan sambil berdoa. Ketika bertanya ke sana sini, dia menemukan jawaban dari teman-temannya untuk melupakan saja semuanya ini. Tak perlulah membawa beban paksaan kepada teman baru itu untuk kembali menerima dia dan memberikan kesempatan.

Teman saya memutuskan untuk melakukan sebuah tindakan penerimaan diri. Dia menerima kondisi ini dan tetap mendoakan teman barunya itu supaya hidupnya senantiasa diberkati dengan motivasi yang lebih baik. Yaitu supaya Tuhan memberkati dia, dalam segala hal. Dia tidak menuntut kembali supaya teman baru itu boleh bersahabat kembali dengan dirinya. Yah, mungkin suatu waktu nanti ketika mereka kebetulan ketemu, teman baru ini bisa menerima dia atau setidak-tidaknya perasaannya sudah bisa dinetralkan kembali.


Saya percaya, melakukan tindakan-tindakan positif untuk orang lain, sangat baik. Ada begitu banyak hubungan yang pada akhirnya menggantung. Lazimnya ini juga terjadi pada orang yang mencari pasangan hidup. Ketika sedang melakukan pendekatan atau putus cinta, tak jarang kita kehilangan orang yang kita kasihi. Salah satu langkah terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan berdoa.

Doa mempunyai kekuatan yang sangat besar untuk membantu seseorang keluar dari kesulitan hidup. Ini adalah tindakan nyata melakukan kebaikan tanpa perlu diketahui oleh orang bersangkutan. Hanya Tuhan saja yang mampu mengubah hati, dan dengan berdoa, orang-orang dapat menerima berbagai macam berkat : pertobatan, pemulihan hubungan, kesehatan, perubahan hidup, rejeki  dalam pekerjaan dan pelayanan dan masih banyak lagi yang lain.

Akhirnya, sebuah harapan penuh kedamaian...

Teman - teman yang terkasih. Pada dasarnya Allah menciptakan semua orang baik. Allah tidak menciptakan kejahatan, karena "kejahatan itu adalah ketiadaan kasih Allah". Terus menerus menyimpan amarah, penolakan akan melemahkan kita demikian juga jika kita tenggelam dalam kesedihan karena ditolak, tidak diterima akan membuat kita depresi.

Larilah kepada Tuhan dan carilah Dia dalam segala perkara sulit yang anda alami. Kita semua sungguh dikasihi dan dicintai oleh Allah.

"Satu musuh terlalu banyak, seribu teman masih kurang",  Saya juga percaya, pada dasarnya bahwa penolakan membutuhkan bahan bakar kemarahan,emosi dan pemikiran negatif yang sering dipupuk. Kita terus mengingat-ngingat hal itu dan tidak mau melepaskan sehingga penolakan itu menjadi  konstan. Lawan dari kebencian yang dipupuk adalah cinta kasih yang dipupuk.

Ini memang tak mudah. Terkadang setelah melakukan semuanya itu, orang-orang itu tidak bisa berubah dan tetap menyakitkan hati kita. Bagaimanapun, jika hal itu terjadi kita boleh mengatur reaksi kita terhadap orang lain. Jangan biarkan pandangan orang lain dan penilaian mereka, merusak hidup kita.

Cobalah melihat sisi positif dari orang-orang itu untuk menetralkan rasa benci dalam diri kita. Cobalah membuka pintu maaf dan memberikan kebaikan.

Saya berharap semua yag membaca tulisan ini boleh disentuh oleh Tuhan dan bisa melakukan kebaikan bagi sesama. Semoga semua penolakan,sakit hati yang dirasakan bisa disembuhkan. Semoga kita juga bisa berbagi keceriaan dalam diri orang lain. Marilah kita menyebarkan cinta kasih dalam sesama.


Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia." Luk 17:4-5

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sketsa Iman - Setia mendekatkan diri kepada Tuhan

Sketsa Iman - 11 Desember 2019 Bacaan 1 : Yes 40:25-31 Bacaan Injil : Mat 11:28-30 11:28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. 11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. 11:30 Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." Renungan :  Ketenangan jiwa, merupakan sebuah hadiah nyata dan bernilai tinggi yang ditawarkan oleh Yesus, sebagai konsekuensi dari sikap dan komitmen kita untuk mengikuti Dia. Yesus, Tuhan kita mau menawarkan kelegaan dan penghiburan dengan mengundang kita untuk datang kepadaNya. Kitapun diajak saat ini untuk merefleksikan, bagaimana cara kita mendekat kepada Tuhan ? Seberapa baik usaha kita saat ini untuk datang kepadaNya. Kita tidak bisa melihat Tuhan secara langsung, namun dengan iman, kita memandang dan yakin bahwa Ia selalu beserta kita. Ada pepatah yang mengatakan "Tuhan hanya se...

Sketsa Iman - Perhatian penuh kepada Allah

Sketsa Iman -  8 Oktober 2019 Bacaan 1 : Yun 3:1-10 Bacaan Injil : Luk 10:38-42 10:38 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. 10:39 Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, 10:40 sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." 10:41 Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, 10:42 tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." Renungan :  Hari ini kita mau merenungkan bersama kisah tentang perjumpaan antara Yesus dengan Marta dan Maria. Marta disebut menerima Yesus di rumahnya, artinya dia-lah sang tuan rumah y...

Sketsa Iman - Perjumpaan dengan Yesus di segala situasi

Sketsa Iman - 6 Februari 2023  Bacaan : Kej 1:1-19 | Mrk 6:53-56 Renungan :  Yesus yang telah melayani orang banyak dengan penuh kuasa dan cinta kasih mulai menyentuh hati dan juga hidup banyak orang. Dimana saja Ia berkunjung, orang - orang berkerumun untuk meminta pertolongan. Orang - orang datang dengan semangat dan pengharapan besar bahwa mereka akan disembuhkan, dipulihkan oleh Tuhan sampai - sampai banyak yang melihat kuasa mujizat Yesus dengan iman mereka.  Iman itu tercermin dari keyakinan mereka bahwa,sekalipun Yesus tidak menyentuh mereka secara fisik, tidak berbicara dengan mereka, mereka bisa tetap disembuhkan Tuhan. Tertulis juga dalam Injil bahwa orang -orang yang menyentuh jumbai jubah Yesus bisa sembuh. Sungguh luar biasa.  Ini pun bisa menjadi cerminan dan contoh konkrit buat kita yang saat ini tidak bisa melihat Yesus secara fisik. Yesus yang sudah bangkit, dan naik ke Surga tetap menyertai kita terus menerus. KehadiranNya kini tidak lagi dibatasi o...

Sketsa Iman - Kuasa Yesus

Sketsa Iman - 16 Desember 2019 Bacaan 1 : Bil 24:2-7.15-17a Bacaan Injil : Mat 21:23-27 21:23 Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?" 21:24 Jawab Yesus kepada mereka: "Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. 21:25 Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?" Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? 21:26 Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi." 21:27 Lalu mereka menjawab Yesus: ...

Sketsa Iman - Jalur untuk mencari keberadaan Allah yang tepat

Sketsa Iman - 26 Maret 2020 Bacaan 1 : Kel 32:7-14 Bacaan Injil : Yoh 5: 31- 47 5:31 Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar; 5:32 ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar. 5:33 Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; 5:34 tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. 5:35 Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu. 5:36 Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. 5:37 Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, r...