Sketsa Iman - 5 Juli 2019
Bacaan 1 : Kej. 23:1-4,19;24:1-8,62-67
Bacaan Injil : Mat 9:9-13
9:9 Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. 9:10 Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. 9:11 Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" 9:12 Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. 9:13 Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."
Gereja terpanggil untuk terjun langsung dan terlibat dalam karya sosial yang lebih tepat sasaran, sementara itu kaum awam yang semakin terpanggil untuk bertindak diajak untuk berevangelisasi. Maksud evangelisasi disini bukanlah mengkristenkan orang lain tetapi membawa kembali semangat Kristus yang mencari domba-domba hilang ini dan menguatkan mereka. Dibalik sikap acuh dan cuek karena merasa bukan urusan kita, disitu ada sikap egoisme yang mengabaikan unsur kasih dalam keseharian kita.
Marilah kita merenungkan sikap - sikap kita selama ini, apakah posisi kita ditengah - tengah masyarakat sebnearnya tanpa disadari terbatas karena siapa kita, latar belakang , budaya, agama kita ataukah kita mampu menjangkau semua orang di semua lapisan masyarakat. Dengan belajar untuk bisa merangkul semua orang , kita belajar mengutamakan kasih seperti yang dikehendaki Yesus di ayat 13. Sikap - sikap kita yang mencerminkan ciri khas orang Kristiani, pasti mampu sedikit banyak membawa perubahan.
Sebuah pesan sederhana masuk ke dalam aplikasi chat saya , dari komunitas yang mengajak untuk mengingatkan orang lain bahwa hari ini, kita bisa menghadiri Misa Jumat Pertama sebagai bagian dari Devosi kepada Hati Yesus yang Mahakudus. Sedikit banyak, gerakan merangkul secara digital ini adalah gerakan positif yang dimaksudkan juga untuk kita renungkan yaitu bagaimana kita saling menguatkan, saling mengajak, saling memberi sikap dan teladan kebaikan bagi sesama. Kita tak tahu berapa banyak orang yang akan merasakan kasih Kristus, semata - mata karena kita bersedia dipakai Tuhan untuk menyampaikan pesan indah ini. Betapa indahnya saat ada orang - orang yang merasakan sentuhan Kristus itu.
Doa :
Allah, Bapa kami yang Mahakuasa, Engkau senantiasa menghendaki supaya kami anak-anakMu bersatu dan saling mengasihi. Curahkanlah Roh Persatuan di dalam diri kami masing - masing supaya kami berusaha mencari lebih banyak persamaan dengan sesama kami daripada perbedaan yang menimbulkan perselisihan. Semoga dengan kacamata Kristus yang kami renungkan hari ini, kami juga bisa merangkul sesama kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Bacaan 1 : Kej. 23:1-4,19;24:1-8,62-67
Bacaan Injil : Mat 9:9-13
9:9 Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. 9:10 Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. 9:11 Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" 9:12 Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. 9:13 Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."
Renungan :
Bacaan pada hari ini, seringkali begitu mudah ditangkap oleh orang - orang sebagai penekanan bahwa semua orang berdosa dihadapan Tuhan dan perlu keselamatan. Memang penekanan ini penting, tapi sebenarnya kita bisa memetik pesan - pesan lain dari bacaan Injil hari ini. Yesus masuk ke kumpulan orang - orang yang secara sosial tersisihkan dan kurang mendapatkan penghormatan dan perhatian yang layak dari masyarakat pada umumnya. Menarik untuk dilihat disini bahwa yang mengajukan protes kepada Yesus adalah orang Farisi, kelompok yang juga "mengucilkan diri" karena merasa diri lebih suci, lebih baik dan lebih mampu melaksanakan penerapan hukum Taurat secara radikal.
Yang bisa kita petik hari ini adalah adanya pemisahan - pemisahan di dalam kelompok masyarakat yang masih terjadi saat ini, yang harus diperhatikan. Bukannya memperjuangkan persatuan, banyak kelompok hanya berusaha untuk mementingkan kepentingan mereka sendiri, entah itu di dalam pemerintahan, di lingkungan tempat kerja, komunitas dan masyarakat sekitar kita. Adaptasi terhadap lingkungan, sikap toleran perlahan - lahan memudar dan lenyap sehingga muncul banyak kekerasan, penindasan dan penderitaan di kalangan kita sendiri. Yang menyedihkan apabila orang mulai mengkotakkan diri "kami" versus "kalian" yang merusak semangat kebhinekaan.
Merenungkan pesan ini, membuat saya teringat akan pesan Paus Fransiskus pada awal - awal tahun 2016 saat menyerukan bahwa Gereja patut berkarya seperti "Gembala berbau domba". Maksud pesan ini jelas, supaya para imam, dan juga para pemuka agama terjun langsung dan melihat persoalan - persoalan nyata yang terjadi di tengah - tengah umat. Tugas ini tentu tidak hanya terbatas pada para biarawan-biarawati tetapi juga kita semua, terlebih yang terpanggil untuk terlibat dalam kegiatan sosial di masyarakat.
Gereja terpanggil untuk terjun langsung dan terlibat dalam karya sosial yang lebih tepat sasaran, sementara itu kaum awam yang semakin terpanggil untuk bertindak diajak untuk berevangelisasi. Maksud evangelisasi disini bukanlah mengkristenkan orang lain tetapi membawa kembali semangat Kristus yang mencari domba-domba hilang ini dan menguatkan mereka. Dibalik sikap acuh dan cuek karena merasa bukan urusan kita, disitu ada sikap egoisme yang mengabaikan unsur kasih dalam keseharian kita.
Marilah kita merenungkan sikap - sikap kita selama ini, apakah posisi kita ditengah - tengah masyarakat sebnearnya tanpa disadari terbatas karena siapa kita, latar belakang , budaya, agama kita ataukah kita mampu menjangkau semua orang di semua lapisan masyarakat. Dengan belajar untuk bisa merangkul semua orang , kita belajar mengutamakan kasih seperti yang dikehendaki Yesus di ayat 13. Sikap - sikap kita yang mencerminkan ciri khas orang Kristiani, pasti mampu sedikit banyak membawa perubahan.
Sebuah pesan sederhana masuk ke dalam aplikasi chat saya , dari komunitas yang mengajak untuk mengingatkan orang lain bahwa hari ini, kita bisa menghadiri Misa Jumat Pertama sebagai bagian dari Devosi kepada Hati Yesus yang Mahakudus. Sedikit banyak, gerakan merangkul secara digital ini adalah gerakan positif yang dimaksudkan juga untuk kita renungkan yaitu bagaimana kita saling menguatkan, saling mengajak, saling memberi sikap dan teladan kebaikan bagi sesama. Kita tak tahu berapa banyak orang yang akan merasakan kasih Kristus, semata - mata karena kita bersedia dipakai Tuhan untuk menyampaikan pesan indah ini. Betapa indahnya saat ada orang - orang yang merasakan sentuhan Kristus itu.
Doa :
Allah, Bapa kami yang Mahakuasa, Engkau senantiasa menghendaki supaya kami anak-anakMu bersatu dan saling mengasihi. Curahkanlah Roh Persatuan di dalam diri kami masing - masing supaya kami berusaha mencari lebih banyak persamaan dengan sesama kami daripada perbedaan yang menimbulkan perselisihan. Semoga dengan kacamata Kristus yang kami renungkan hari ini, kami juga bisa merangkul sesama kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Komentar
Posting Komentar