Sketsa Iman - 23 Juli 2019
Bacaan 1 : Kel. 14:21-15:1
Bacaan Injil : Mat 12:46-50
12:46 Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. 12:47 Maka seorang berkata kepada-Nya: "Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau." 12:48 Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: "Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?" 12:49 Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! 12:50 Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku."
Renungan :
Kita banyak mendengarkan cerita tentang tokoh - tokoh besar yang mempunyai semangat kekeluargaan yang besar. Mereka memperlakukan rekan - rekan sekerja dan sekomunitas mereka sebagai anggota keluarga sehingga orang - orang itu mau bersatu, menghilangkan segenap perbedaan dan maju bersama. Suasana seperti ini memikat hati karena tiap - tiap orang merasa dihargai dan diberi semangat oleh tokoh-tokoh inspirasional itu.
Mari bayangkan bersama salah satu contohnya. Sebuah rumah makan di kota kelahiran saya dengan bangganya memajang sebuah foto Presiden Susilo makan di sana. Foto itu adalah kebanggaannya dan juga sebagai salah satu promosi terbaik bahwa rumah makannya terbaik. Ia tentu merasa bersyukur karena kedatangan presiden itu sangat unik baginya dan membawa banyak rejeki.
Hari ini, kita membaca di dalam Injil bagaimana Yesus melakukan semua hal itu. Ia sedang mengajar dan ketika mengajar itu, anggota keluargaNya berusaha menemui Yesus. Yesus menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan sebuah pernyataan yang sangat indah. Ia membuka diriNya dan berkata :" Siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di Sorga, dialah saudara-Ku laki - laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu".
Dengan menyatakan demikian, hubungan kekeluargaan dengan Yesus bukan lagi hubungan darah tetapi hubungan yang didasarkan pada komitmen dan prinsip hidup untuk mau mengikuti kehendak Bapa di Surga. Karena Bapa kita adalah Allah yang penuh Kasih, bahkan Ia sendiri adalah Kasih (1 Yoh 4:16), maka yang paling jelas bagi kita adalah, supaya kita melakukan banyak perbuatan kasih kepada sesama sebagai wujud penghormatan dan persembahan kita kepadaNya.
Esensi utama hidup kita adalah berlomba - lomba di dalam kebaikan. Kita selalu mengutamakan yang baik untuk semua orang, lebih dari kepentingan pribadi kita. Mari kita melakukan juga sesering mungkin perbuatan - perbuatan baik, dan ingatlah ketika melakukan perbuatan itu, kita adalah saudara - saudari Yesus.
Doa :
Allah Bapa kami di Surga, kami haus dan rindu untuk menjadi anak - anakMu, menjadi saudara dan saudari Yesus. Berilah kami rahmat supaya kami mampu mengikuti segala sesuatu yang menjadi kehendakMu di dalam hidup kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Bacaan 1 : Kel. 14:21-15:1
Bacaan Injil : Mat 12:46-50
12:46 Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. 12:47 Maka seorang berkata kepada-Nya: "Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau." 12:48 Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: "Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?" 12:49 Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! 12:50 Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku."
Renungan :
Kita banyak mendengarkan cerita tentang tokoh - tokoh besar yang mempunyai semangat kekeluargaan yang besar. Mereka memperlakukan rekan - rekan sekerja dan sekomunitas mereka sebagai anggota keluarga sehingga orang - orang itu mau bersatu, menghilangkan segenap perbedaan dan maju bersama. Suasana seperti ini memikat hati karena tiap - tiap orang merasa dihargai dan diberi semangat oleh tokoh-tokoh inspirasional itu.
Mari bayangkan bersama salah satu contohnya. Sebuah rumah makan di kota kelahiran saya dengan bangganya memajang sebuah foto Presiden Susilo makan di sana. Foto itu adalah kebanggaannya dan juga sebagai salah satu promosi terbaik bahwa rumah makannya terbaik. Ia tentu merasa bersyukur karena kedatangan presiden itu sangat unik baginya dan membawa banyak rejeki.
Hari ini, kita membaca di dalam Injil bagaimana Yesus melakukan semua hal itu. Ia sedang mengajar dan ketika mengajar itu, anggota keluargaNya berusaha menemui Yesus. Yesus menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan sebuah pernyataan yang sangat indah. Ia membuka diriNya dan berkata :" Siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di Sorga, dialah saudara-Ku laki - laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu".
Dengan menyatakan demikian, hubungan kekeluargaan dengan Yesus bukan lagi hubungan darah tetapi hubungan yang didasarkan pada komitmen dan prinsip hidup untuk mau mengikuti kehendak Bapa di Surga. Karena Bapa kita adalah Allah yang penuh Kasih, bahkan Ia sendiri adalah Kasih (1 Yoh 4:16), maka yang paling jelas bagi kita adalah, supaya kita melakukan banyak perbuatan kasih kepada sesama sebagai wujud penghormatan dan persembahan kita kepadaNya.
Esensi utama hidup kita adalah berlomba - lomba di dalam kebaikan. Kita selalu mengutamakan yang baik untuk semua orang, lebih dari kepentingan pribadi kita. Mari kita melakukan juga sesering mungkin perbuatan - perbuatan baik, dan ingatlah ketika melakukan perbuatan itu, kita adalah saudara - saudari Yesus.
Doa :
Allah Bapa kami di Surga, kami haus dan rindu untuk menjadi anak - anakMu, menjadi saudara dan saudari Yesus. Berilah kami rahmat supaya kami mampu mengikuti segala sesuatu yang menjadi kehendakMu di dalam hidup kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Komentar
Posting Komentar