Sketsa Iman, 23 Maret 2019
Bacaan 1 : Mi 7:14-15,18-20
Bacaan Injil : Luk 15:1-3.11-32
7:14 Gembalakanlah umat-Mu dengan tongkat-Mu, kambing domba milik-Mu sendiri, yang terpencil mendiami rimba di tengah-tengah kebun buah-buahan. Biarlah mereka makan rumput di Basan dan di Gilead seperti pada zaman dahulu kala. 7:15 Seperti pada waktu Engkau keluar dari Mesir, perlihatkanlah kepada kami keajaiban-keajaiban! 7:16 Biarlah bangsa-bangsa melihatnya dan merasa malu atas segala keperkasaan mereka; biarlah mereka menutup mulutnya dengan tangan, dan telinganya menjadi tuli. 7:18 Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? 7:19 Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut. 7:20 Kiranya Engkau menunjukkan setia-Mu kepada Yakub dan kasih-Mu kepada Abraham seperti yang telah Kaujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang kami sejak zaman purbakala!
Renungan :
Pada hari ini, kita disuguhkan oleh bacaan Yesus terkait dua perumpamaan yaitu Perumpamaan tentang Domba yang Hilang dan Perumpamaan tentang Anak yang Hilang. Berkaca pada kedua perumpamaan ini, tema utamanya adalah "yang hilang di cari dan dikasihi Allah". Sebagai pendosa, kita tak bisa menolong diri kita sendiri keluar dari kondisi itu. Kita butuh penolong dari luar supaya kondisi kita bisa berubah.
Awalnya kita dikuasai oleh kematian, dan menurut Hukum Taurat orang - orang harus menaati perintah - perintah Allah. Siapa sih manusia yang menurut Hukum Taurat mampu secara meyakinkan dan sempurna melakukan semua itu ? Tidak ada. Lagipula hukum biasanya terlambat dari kejahatan - kejahatan atau kasus - kasus baru yang ada . Itulah sebabnya hukum - hukum yang dibuat manusia harus disesuaikan kembali dan Hukum Taurat harus dicocokkan penerapannya dengan kondisi zaman sekarang. Contoh sederhana : larangan berjalan berapa langkah dengan adanya teknologi zaman sekarang harus bagaimana, di Israel ? Maka , Allah mengutus Yesus, puteraNya sebagai manusia dan menjadi satu - satunya manusia yang sanggup menaati Hukum Taurat. Yesus lah yang kemudian mengambil alih hutang dosa manusia sehingga sekarang hutang nyawa kita berpindah tangan ke Allah.
Kabar baik untuk kita, karena Allah yang sama adalah Allah yang Maharahim. Rahim adalah tempat janin bertumbuh dan berkembang bagi makhluk hidup. Kerahiman Allah berarti kita masuk di dalam belas kasihNya sehingga kita dibentuk menjadi manusia yang baru. Sifat Allah yang Maharahim inilah yang memungkinkan kita , tidak atas jasa kita sendiri diselamatkan.
Apa yang harus dilakukan manusia untuk membalas kebaikan Allah ini ? Itu menjadi pertanyaan terbuka bagi kita semua. Pertama, kita mesti bersyukur, terima kasih terbaik kita panjatkan seperti domba yang bergembira karena diselamatkan sang Gembala atau anak bungsu yang martabatnya dipulihkan kembali. Kedua, mari lakukan perbuatan yang 180 derajat bertolak belakang dengan perbuatan - perbuatan kita yang kurang berkenan.
Memang selalu tak mudah, bila kita mau melangkah untuk hidup yang baru. Anak bungsu mendapatkan protes dari saudaranya sendiri. Kitapun, ketika mulai berubah kadang-kadang mendapatkan sikap curiga dan kurang yakin dari teman - teman. " Koq bisa si A sekarang jadi lebih sabar ? " , "Koq sekarang B ngga lagi mau ikutan gosip - gosip dan udah nggak pernah kirim - kirim pesan yang meresahkan di medsos. " , " Tumben ya, si C sekarang rajin beramal.. " dst.
Untuk membesarkan hati kita, janganlah kita mencari pujian dan penghargaan dari sesama kita. Mereka belum dapat melihat keseluruhan cerita, dan belum tentu tahu taraf perubahan kita. Lihatlah Allah, karena Allah yang tahu semuanya. Di perumpaman domba yang hilang, sang Gembala-lah yang paling bersukacita, bukan 99 domba yang lain. Di perumpamaan anak yang hilang, sang ayahlah yang paling pertama bersukacita, bukan saudara sulungnya atau hamba-hamba pekerjanya
Apapun itu, marilah kita melihat bahwa yang pertama mengerti kualitas perubahan dan perbuatan kita adalah Allah sendiri. Manusia melihat dari luar, Allah melihat hati.
Doa :
Ya Allah, Bapa yang Maharahim, kami bersyukur atas kasihMu yang besar. Kami juga berterima kasih karena walau kami seringkali menjauh dariMu dan jatuh ke dalam dosa yang sama berulang kali, kami tetap mendapatkan pertolongan dan kasihMu. Semoga kami mampu bersukacita dan menunjukkan perubahan hidup yang otentik. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Bacaan 1 : Mi 7:14-15,18-20
Bacaan Injil : Luk 15:1-3.11-32
7:14 Gembalakanlah umat-Mu dengan tongkat-Mu, kambing domba milik-Mu sendiri, yang terpencil mendiami rimba di tengah-tengah kebun buah-buahan. Biarlah mereka makan rumput di Basan dan di Gilead seperti pada zaman dahulu kala. 7:15 Seperti pada waktu Engkau keluar dari Mesir, perlihatkanlah kepada kami keajaiban-keajaiban! 7:16 Biarlah bangsa-bangsa melihatnya dan merasa malu atas segala keperkasaan mereka; biarlah mereka menutup mulutnya dengan tangan, dan telinganya menjadi tuli. 7:18 Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? 7:19 Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut. 7:20 Kiranya Engkau menunjukkan setia-Mu kepada Yakub dan kasih-Mu kepada Abraham seperti yang telah Kaujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang kami sejak zaman purbakala!
Renungan :
Pada hari ini, kita disuguhkan oleh bacaan Yesus terkait dua perumpamaan yaitu Perumpamaan tentang Domba yang Hilang dan Perumpamaan tentang Anak yang Hilang. Berkaca pada kedua perumpamaan ini, tema utamanya adalah "yang hilang di cari dan dikasihi Allah". Sebagai pendosa, kita tak bisa menolong diri kita sendiri keluar dari kondisi itu. Kita butuh penolong dari luar supaya kondisi kita bisa berubah.
Awalnya kita dikuasai oleh kematian, dan menurut Hukum Taurat orang - orang harus menaati perintah - perintah Allah. Siapa sih manusia yang menurut Hukum Taurat mampu secara meyakinkan dan sempurna melakukan semua itu ? Tidak ada. Lagipula hukum biasanya terlambat dari kejahatan - kejahatan atau kasus - kasus baru yang ada . Itulah sebabnya hukum - hukum yang dibuat manusia harus disesuaikan kembali dan Hukum Taurat harus dicocokkan penerapannya dengan kondisi zaman sekarang. Contoh sederhana : larangan berjalan berapa langkah dengan adanya teknologi zaman sekarang harus bagaimana, di Israel ? Maka , Allah mengutus Yesus, puteraNya sebagai manusia dan menjadi satu - satunya manusia yang sanggup menaati Hukum Taurat. Yesus lah yang kemudian mengambil alih hutang dosa manusia sehingga sekarang hutang nyawa kita berpindah tangan ke Allah.
Kabar baik untuk kita, karena Allah yang sama adalah Allah yang Maharahim. Rahim adalah tempat janin bertumbuh dan berkembang bagi makhluk hidup. Kerahiman Allah berarti kita masuk di dalam belas kasihNya sehingga kita dibentuk menjadi manusia yang baru. Sifat Allah yang Maharahim inilah yang memungkinkan kita , tidak atas jasa kita sendiri diselamatkan.
Apa yang harus dilakukan manusia untuk membalas kebaikan Allah ini ? Itu menjadi pertanyaan terbuka bagi kita semua. Pertama, kita mesti bersyukur, terima kasih terbaik kita panjatkan seperti domba yang bergembira karena diselamatkan sang Gembala atau anak bungsu yang martabatnya dipulihkan kembali. Kedua, mari lakukan perbuatan yang 180 derajat bertolak belakang dengan perbuatan - perbuatan kita yang kurang berkenan.
Memang selalu tak mudah, bila kita mau melangkah untuk hidup yang baru. Anak bungsu mendapatkan protes dari saudaranya sendiri. Kitapun, ketika mulai berubah kadang-kadang mendapatkan sikap curiga dan kurang yakin dari teman - teman. " Koq bisa si A sekarang jadi lebih sabar ? " , "Koq sekarang B ngga lagi mau ikutan gosip - gosip dan udah nggak pernah kirim - kirim pesan yang meresahkan di medsos. " , " Tumben ya, si C sekarang rajin beramal.. " dst.
Untuk membesarkan hati kita, janganlah kita mencari pujian dan penghargaan dari sesama kita. Mereka belum dapat melihat keseluruhan cerita, dan belum tentu tahu taraf perubahan kita. Lihatlah Allah, karena Allah yang tahu semuanya. Di perumpaman domba yang hilang, sang Gembala-lah yang paling bersukacita, bukan 99 domba yang lain. Di perumpamaan anak yang hilang, sang ayahlah yang paling pertama bersukacita, bukan saudara sulungnya atau hamba-hamba pekerjanya
Apapun itu, marilah kita melihat bahwa yang pertama mengerti kualitas perubahan dan perbuatan kita adalah Allah sendiri. Manusia melihat dari luar, Allah melihat hati.
Doa :
Ya Allah, Bapa yang Maharahim, kami bersyukur atas kasihMu yang besar. Kami juga berterima kasih karena walau kami seringkali menjauh dariMu dan jatuh ke dalam dosa yang sama berulang kali, kami tetap mendapatkan pertolongan dan kasihMu. Semoga kami mampu bersukacita dan menunjukkan perubahan hidup yang otentik. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Komentar
Posting Komentar