Pengenalan Kitab Suci - Pemahaman Alam Semesta pada zaman Perjanjian Lama
Kali ini kita akan membahas pemahaman sederhana bangsa Israel di dunia Perjanjian Lama terutama terkait dengan gambaran tentang alam semesta yang mewarnai penulisan kitab - kitab. Namun begitu, artikel ini tidak membahas sudut ilmiahnya karena kita hanya mau melihat bersama-sama apa yang dipahami orang-orang pada zaman itu.
Sebagai pendahuluan, perlu kita sadari bahwa ilmu pengetahuan sudah sewajarnya berkembang dari waktu ke waktu. Hal - hal baru terus menerus terungkap dan tak jarang menggantikan pemahaman yang lama yang sudah dipegang selama jangka waktu tertentu.
Berikut ini adalah sebuah figur yang menunjukkan gambaran alam semesta menurut pemahaman bangsa Israel. Kita akan melihat beberapa bagian : bumi, bawah bumi, dan langit.
Alam semesta yang dilihat pada zaman dahulu tidak secanggih sekarang ini dimana kita bisa melihat begitu banyak bintang - bintang, bahkan sampai ke tingkat antar galaksi. Masyarakat zman kuno memiliki pandangan yang terbatas, sebatas mata memandang, tanpa didukung teknologi memadai. Apa yang bisa dilihat pada zaman ini adalah fenomena - fenomena alam biasa seperti hujan dari langit, keberadaan laut dan daratan, matahari dan bulan dan bintang - bintang, langit dan bumi.
Gambaran tentang Bumi
Pada waktu itu orang - orang sudah bisa menyadari bahwa kita semua hidup di tempat kering yang disebut dataran. Disekitar daratan terdapat juga kumpulan air yang bisa disebut sungai, danau, atau bahkan laut. Maka, tidak mengherankan jika kesimpulan dari orang-orang pada waktu itu, manusia tinggal di sebuah pulau besar yang dikelilingi oleh laut.
Sejauh mata memandang, orang - orang Israel dan juga bangsa-bangsa Timur Tengah kuno, melihat daratan yang dikepung lautan. Baik ketika berjalan ke utara, timur, barat dan selatan mereka akan menemukan laut. Mereka meyakini bumi juga memiliki dasar-dasar tumpuan yang membuatnya tidak sampai tenggelam.
Gambaran tentang Bawah Bumi
Bawah bumi adalah sebuah misteri yang belum terpecahkan oleh orang - orang pada zaman Perjanjian Lama. Orang - orang diganjar menurut perbuatannya. Yang baik akan mendapatkan sejumlah besar berkat yaitu : umur panjang, keturunan yang banyak dan kekayaan. Yang jahat akan mendapatkan hukuman berupa sejumlah kemalangan - kemalangan : kemiskinan, mandul dan meninggal diusia muda juga berbagai sakit penyakit. Namun begitu, orang - orang juga belum mengenal kehidupan sesudah kematian. Mereka meyakini kehidupan berakhir dan seseorang tidak lagi diingat setelah orang itu meninggal.
Karena manusia yang sudah mati akan dibaringkan di dalam tanah, masyarakat zaman kuno itu memahami bahwa tempat itu seperti sebuah penjara tanpa cahaya. Ketika manusia masuk ke dalam sana, mereka secara otomatis tidak bisa keluar lagi. Mereka yang sudah mati tidak bisa berbuat apa-apa, tidak lagi menerima kegembiraan dan tidak bisa berhubungan dengan Allah.
Walaupun dianggap sebagai tempat yang menyesakkan,didalam kitab Ayub kita juga melihat adanya pandangan yang berbeda dimana dia melihat dunia orang mati sebagai tempat yang menggembirakan. Dia melihat bahwa orang besar dan kecil, baik atau jahat, budak atau merdeka, kaya atau miskin akan berbaring dengan tenang.
Gambaran tentang Langit
Sejauh mata memandang, ketika melihat ke atas orang-orang melihat keberadaan langit dengan keunikan tersendiri. Mereka memahami matahari menerangi siang dan bulan menerangi malam. Mereka juga bisa melihat sewaktu - waktu air turun dari atas. Belum ada yang menduga bahwa hujan datangnya justru dari air yang menguap membentuk awan lalu awan itulah yang menjadi hujan.
Karena itu, kesimpulan yang diambil adalah diatas langit pasti terdapat air juga. Namun tidak selalu air itu turun ke bawah sehingga mereka beranggapan pastilah diatas langit ada sejumlah pintu air yang sewaktu - waktu bisa dibuka. Bangsa Israel juga meyakini bahwa diatas langit inilah terdapat tempat tinggal Allah. Malaikat-malaikatNya yang sewaktu-waktu membuka pintu langit itu untuk menurunkan hujan. Diatas langit itulah Allah memandang ke bawah, melihat semua ciptaan dan keadaan masing-masing.
Lalu bagaimana dengan matahari, bulan dan bintang ? semua ini dianggap sebagai ciptaan dari Allah. Namun, bangsa - bangsa lain pada zamannya melihat masing - masing benda ini sebagai makhluk yang hidup sehingga terwujudlah suatu bentuk penyembahan kepada benda-benda langit itu : dewa matahari, bulan dsb. Khusus untuk Bangsa Israel, sudah terdapat kesadaran bahwa semua benda - benda langit ini diciptakan Allah untuk kepentingan manusia.
Kali ini kita akan membahas pemahaman sederhana bangsa Israel di dunia Perjanjian Lama terutama terkait dengan gambaran tentang alam semesta yang mewarnai penulisan kitab - kitab. Namun begitu, artikel ini tidak membahas sudut ilmiahnya karena kita hanya mau melihat bersama-sama apa yang dipahami orang-orang pada zaman itu.
Sebagai pendahuluan, perlu kita sadari bahwa ilmu pengetahuan sudah sewajarnya berkembang dari waktu ke waktu. Hal - hal baru terus menerus terungkap dan tak jarang menggantikan pemahaman yang lama yang sudah dipegang selama jangka waktu tertentu.
Berikut ini adalah sebuah figur yang menunjukkan gambaran alam semesta menurut pemahaman bangsa Israel. Kita akan melihat beberapa bagian : bumi, bawah bumi, dan langit.
Alam semesta yang dilihat pada zaman dahulu tidak secanggih sekarang ini dimana kita bisa melihat begitu banyak bintang - bintang, bahkan sampai ke tingkat antar galaksi. Masyarakat zman kuno memiliki pandangan yang terbatas, sebatas mata memandang, tanpa didukung teknologi memadai. Apa yang bisa dilihat pada zaman ini adalah fenomena - fenomena alam biasa seperti hujan dari langit, keberadaan laut dan daratan, matahari dan bulan dan bintang - bintang, langit dan bumi.
Gambaran tentang Bumi
Pada waktu itu orang - orang sudah bisa menyadari bahwa kita semua hidup di tempat kering yang disebut dataran. Disekitar daratan terdapat juga kumpulan air yang bisa disebut sungai, danau, atau bahkan laut. Maka, tidak mengherankan jika kesimpulan dari orang-orang pada waktu itu, manusia tinggal di sebuah pulau besar yang dikelilingi oleh laut.
Sejauh mata memandang, orang - orang Israel dan juga bangsa-bangsa Timur Tengah kuno, melihat daratan yang dikepung lautan. Baik ketika berjalan ke utara, timur, barat dan selatan mereka akan menemukan laut. Mereka meyakini bumi juga memiliki dasar-dasar tumpuan yang membuatnya tidak sampai tenggelam.
Gambaran tentang Bawah Bumi
Bawah bumi adalah sebuah misteri yang belum terpecahkan oleh orang - orang pada zaman Perjanjian Lama. Orang - orang diganjar menurut perbuatannya. Yang baik akan mendapatkan sejumlah besar berkat yaitu : umur panjang, keturunan yang banyak dan kekayaan. Yang jahat akan mendapatkan hukuman berupa sejumlah kemalangan - kemalangan : kemiskinan, mandul dan meninggal diusia muda juga berbagai sakit penyakit. Namun begitu, orang - orang juga belum mengenal kehidupan sesudah kematian. Mereka meyakini kehidupan berakhir dan seseorang tidak lagi diingat setelah orang itu meninggal.
Karena manusia yang sudah mati akan dibaringkan di dalam tanah, masyarakat zaman kuno itu memahami bahwa tempat itu seperti sebuah penjara tanpa cahaya. Ketika manusia masuk ke dalam sana, mereka secara otomatis tidak bisa keluar lagi. Mereka yang sudah mati tidak bisa berbuat apa-apa, tidak lagi menerima kegembiraan dan tidak bisa berhubungan dengan Allah.
Walaupun dianggap sebagai tempat yang menyesakkan,didalam kitab Ayub kita juga melihat adanya pandangan yang berbeda dimana dia melihat dunia orang mati sebagai tempat yang menggembirakan. Dia melihat bahwa orang besar dan kecil, baik atau jahat, budak atau merdeka, kaya atau miskin akan berbaring dengan tenang.
Gambaran tentang Langit
Sejauh mata memandang, ketika melihat ke atas orang-orang melihat keberadaan langit dengan keunikan tersendiri. Mereka memahami matahari menerangi siang dan bulan menerangi malam. Mereka juga bisa melihat sewaktu - waktu air turun dari atas. Belum ada yang menduga bahwa hujan datangnya justru dari air yang menguap membentuk awan lalu awan itulah yang menjadi hujan.
Karena itu, kesimpulan yang diambil adalah diatas langit pasti terdapat air juga. Namun tidak selalu air itu turun ke bawah sehingga mereka beranggapan pastilah diatas langit ada sejumlah pintu air yang sewaktu - waktu bisa dibuka. Bangsa Israel juga meyakini bahwa diatas langit inilah terdapat tempat tinggal Allah. Malaikat-malaikatNya yang sewaktu-waktu membuka pintu langit itu untuk menurunkan hujan. Diatas langit itulah Allah memandang ke bawah, melihat semua ciptaan dan keadaan masing-masing.
Lalu bagaimana dengan matahari, bulan dan bintang ? semua ini dianggap sebagai ciptaan dari Allah. Namun, bangsa - bangsa lain pada zamannya melihat masing - masing benda ini sebagai makhluk yang hidup sehingga terwujudlah suatu bentuk penyembahan kepada benda-benda langit itu : dewa matahari, bulan dsb. Khusus untuk Bangsa Israel, sudah terdapat kesadaran bahwa semua benda - benda langit ini diciptakan Allah untuk kepentingan manusia.
Komentar
Posting Komentar