Ada banyak macam ilustrasi yang dapat dipakai untuk menggambarkan kehidupan. Salah satu hal yang tak dapat lepas dalam kehidupan kita adalah hidup berkomunitas. Dengan berkomunitas, kita dapat bertumbuh, berkembang bersama-sama dan saling menguatkan satu dengan yang lainnya. Kali ini, saya mau menggambarkan dinamika dan seluk beluk berkomunitas dengan menggunakan ilustrasi sebuah pelayaran bersama, mengarungi samudera kehidupan , menuju tujuan utama hidup kita.
Kita disatukan dalam 1 perahu, menuju tujuan hidup
Kita pasti berangkat di satu titik, yaitu pelabuhan dan kita akan mengarah ke satu tujuan. Orang-orang yang ikut naik bersama-sama dalam perahu setidak-tidaknya memiliki komitmen untuk mau berlayar bersama-sama hingga tiba di tempat tujuan. Perahu ini adalah komunitas kita. Tujuan adalah visi dan mereka yang ikut bersama-sama mesti mempunyai satu visi yang sama itu.
Disini, laut adalah kehidupan itu sendiri yang senantiasa mampu bergelora, dengan cuaca yang kurang baik, atau cuaca yang bagus dengan angin yang bertiup kencang membantu pelayaran lebih mudah. Apapun kondisinya, kita disatukan dalam 1 perahu ini hingga tujuan selesai.
Marilah kita melihat bersama-sama, peran yang biasanya dibutuhkan untuk melaksanakan pelayaran :
1. Sang Nahkoda Kapal
Peran pertama yang penting adalah sang nahkoda sendiri, yang merupakan juru mudi kapal. Ia yang akan mengatur secara spesifik bagaimana kapal ini akan diarahkan menuju ke tujuan. Dalam hidup pelayanan kita di komunitas, kita pasti punya seorang pemimpin komunitas yang mempunyai program-program dan juga kemampuan untuk mengatur kegiatan-kegiatan prioritas dan bagaimana menjalankannya.
2. Para Pendayung Kapal
Disamping sang nahkoda atau pemimpin yang mengatur, tentu ada para pengayuh kapal yang perannya sangat penting agar perahu dapat bergerak. Peran ini cukup menarik, karena ini menggambarkan para pelayan yang turut serta mengambil jabatan aktif dengan tugas-tugasnya masing-masing.
Perahu akan berjalan dalam harmoni apabila semua pendayung mendayung ke arah yang sama dan dengan irama yang setara. Demikian juga, komunitas bisa berkembang dan maju jika para pelayannya mau saling bekerjasama dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Jika satu orang memilih melakukan A, merasa diri paling benar dan yang lain lebih memilih melakukan B lalu mudah menyalahkan, suasana didalam komunitas pasti akan hancur berantakan. Tidak ada kedamaian dan kesatuan. Orang-orang akan melayani, tetapi hasilnya sia-sia. Kita semua akan terkuras dan lelah, mengalami kekeringan rohani.
3. Sang Navigator
Biasanya juga, didalam sebuah pelayaran ada yang berperan sebagai navigator, penunjuk arah yang paham cuaca dan arah mata angin. Mereka paham denga tugasnya untuk tahu menghindari badai, kapan mengayuh dengan dayung dan kapan cukup mengembangkan layar.
Orang-orang ini, didalam komunitas adalah para pembimbing komunitas kita sendiri. Mereka bisa menjadi para gembala, rohaniawan yang siap membimbing, kaum rasul awam dan pihak-pihak yang dapat memberikan arahan-arahan dengan jelas.
4. Awak Kapal
Terlepas dari 3 peran diatas, ada juga awak kapal yang juga merupakan semua orang yang ikut dalam pelayaran ini. Setiap orang bisa berperan sebagai penumpang, namun bisa juga turut serta ambil bagian dalam tugas tertentu, sepanjang diperlukan di dalam pelayaran itu.
Demikianlah, jika kita sudah bergabung dalam komunitas, kita mesti ikut serta sampai tuntas dan sekecil apapun peran kita, kita adalah bagian dalam komunitas itu sendiri. Kita perlu untuk saling menguatkan, saling mengisi dan saling berbagi dengan sesama supaya setiap orang mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi.
Nah, disamping peran - peran, terdapat juga sejumlah atribut yang diperlukan dalam pelayaran, antara lain :
1) Perahu
Perahu adalah komunitas kita sendiri, sarana untuk mengarungi samudera menuju ke tujuan hidup kita. Komunitas adalah sarana yang diberikan oleh Tuhan, supaya kita semua, seia-sekata, dengan visi yagn sama mau meraih hidup yang kekal bersama Kristus.
Tanpa keberadaan perahu komunitas, setiap orang yang mau berusaha jalan sendiri akan menemui banyak hambatan dan kesulitan.
2) Dayung
Dayung disini adalah salah satu alat yang dipakai untuk menggerakkan komunitas atas usaha dari masing-masing anggota. Jika anggota-anggota aktif dan mendayung dengan baik, perahu dapat bergerak dengan baik dan lancar.
3) Layar
Disini secara khusus, saya mengartikan layar yang terkembang adalah saat ketika kita semua menerima curahan rahmat dari Allah sendiri yang menuntun hidup kita lebih mudah. Tidak selamanya, kita mesti mendayung dan berlelah-lelah berjibaku melawan arus kehidupan.
Komunitas yang sehat, terbuka terhadap inspirasi dan bimbingan dari Roh Kudus seperti perahu yang siap merentangkan layarnya ketika angin datang dan siap membawa perahu melaju lebih baik.
4) Kompas dan alat navigasi lainnya
Dalam sebuah pelayaran, dibutuhkan beberapa peralatan navigasi seperti kompas, yang menunjukkan arah kemana kita berlayar, peta dan berbagai hal lainnya yang mungkin diperlukan. Dalam komunitas, ada juga rambu-rambu seperti statuta, visi misi, AD/ART dan berbagai ketentuan yang perlu dilaksanakan bersama-sama.
Selain itu, kekuatan dan kehadiran komponen dari alam juga berpengaruh : matahari, bulan, bintang dan langit. Benda-benda langit ini dan kondisi alam adalah komponen yang bersifat tetap dan tak perlu diragukan lagi.
Saya mengartikan ini juga sebagai kebenaran iman kita seperti : kitab suci, magisterium dan tradisi Gereja dan juga berbagai ajaran gereja lainnya dalam hidup berkomunitas kita..
5) Suplai makanan dan obat-obatan
Obat-obatan dan suplai makanan diperlukan selama perjalanan sebagai ransum. Kita semua harus tetap makan dan minum selama berlayar, dan harus bijak menggunakannya juga. Dalam kehidupan yang sesungguhnya, inilaah rejeki yang Tuhan berikan kepada kita dan sarana-sarana yang menguatkan kita untuk tetap berjuang sampai ke tujuan.
Orang-orang yang sedang sakit, dapat ditolong. Mereka yang lapar dapat dikenyangkan. Situasi yang dialami secara fisik oleh orang-orang di dalam perahu itu, juga merupakan gambaran kehidupan kita dimana didalam komunitas, ada juga hal - hal yang mesti kita pelihara seperti mengikuti seminar- seminar, pelatihan, penyegaran rohani dsb.
Kekompakan adalah kuncinya
Nah, dibagian ini saya mau membicarakan tentang kisruh dan keharmonisan yang dapat terjadi di dalam perjuangan hidup kita di komunitas. Dalam perahu, berada dilautan lepas, tak jarang konflik pasti terjadi. Ada orang yang bertengkar dan mungkin karena satu atau beberapa alasan menjadi tak senang berada disana.
Katakanlah dia marah dan emosi, apakah dia lantas memutuskan meninggalkan perahu dan loncat dilautan yang lepas ? Ataukah mau tak mau dia harus berjuang untuk dapat berdamai dengan orang-orang lain diperahu itu ? Demikianlah kita sebenarnya dalam satu komunitas, harus saling memaafkan dan merangkul.
Kita harus memiliki dan mengembangkan toleransi yang besar. Itulah sebabnya, komunitas adalah keluarga besar kita dimana kita semua bersaudara.
Tak jarang pula, dalam pelayaran, kita menemukan orang-orang yang terombang ambing dilaut dan butuh pertolongan. Kita mesti menyelamatkan mereka, dan mengajak mereka bersama-sama sampai ke tujuan kita dengan aman dan lancar.
Inilah saat ketika kita menjadi terang dan berkat bagi sesama. Pun jika perahu kita harus singgah di beberapa titik, orang-orang dapat datang dan pergi, tetapi perahu ini tetap mengantarkan setiap orang ada sampai diatasnya.
Mari berkomunitas dengan sehat sesuai teladan Jemaat Perdana
Diakhir artikel ini, marilah kita melihat apa yang tertulis di Kitab Suci terkait dengan terlibat dalam lingkup komunitas rohani, yakni Gereja kita yang perdana
Kis 4 : 32 - 37 Cara hidup jemaat
4:32 Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. 4:33 Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. 4:34 Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa 4:35 dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. 4:36 Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. 4:37 Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.
Kita disatukan dalam 1 perahu, menuju tujuan hidup
Kita pasti berangkat di satu titik, yaitu pelabuhan dan kita akan mengarah ke satu tujuan. Orang-orang yang ikut naik bersama-sama dalam perahu setidak-tidaknya memiliki komitmen untuk mau berlayar bersama-sama hingga tiba di tempat tujuan. Perahu ini adalah komunitas kita. Tujuan adalah visi dan mereka yang ikut bersama-sama mesti mempunyai satu visi yang sama itu.
Disini, laut adalah kehidupan itu sendiri yang senantiasa mampu bergelora, dengan cuaca yang kurang baik, atau cuaca yang bagus dengan angin yang bertiup kencang membantu pelayaran lebih mudah. Apapun kondisinya, kita disatukan dalam 1 perahu ini hingga tujuan selesai.
Marilah kita melihat bersama-sama, peran yang biasanya dibutuhkan untuk melaksanakan pelayaran :
1. Sang Nahkoda Kapal
Peran pertama yang penting adalah sang nahkoda sendiri, yang merupakan juru mudi kapal. Ia yang akan mengatur secara spesifik bagaimana kapal ini akan diarahkan menuju ke tujuan. Dalam hidup pelayanan kita di komunitas, kita pasti punya seorang pemimpin komunitas yang mempunyai program-program dan juga kemampuan untuk mengatur kegiatan-kegiatan prioritas dan bagaimana menjalankannya.
2. Para Pendayung Kapal
Disamping sang nahkoda atau pemimpin yang mengatur, tentu ada para pengayuh kapal yang perannya sangat penting agar perahu dapat bergerak. Peran ini cukup menarik, karena ini menggambarkan para pelayan yang turut serta mengambil jabatan aktif dengan tugas-tugasnya masing-masing.
Perahu akan berjalan dalam harmoni apabila semua pendayung mendayung ke arah yang sama dan dengan irama yang setara. Demikian juga, komunitas bisa berkembang dan maju jika para pelayannya mau saling bekerjasama dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Jika satu orang memilih melakukan A, merasa diri paling benar dan yang lain lebih memilih melakukan B lalu mudah menyalahkan, suasana didalam komunitas pasti akan hancur berantakan. Tidak ada kedamaian dan kesatuan. Orang-orang akan melayani, tetapi hasilnya sia-sia. Kita semua akan terkuras dan lelah, mengalami kekeringan rohani.
3. Sang Navigator
Biasanya juga, didalam sebuah pelayaran ada yang berperan sebagai navigator, penunjuk arah yang paham cuaca dan arah mata angin. Mereka paham denga tugasnya untuk tahu menghindari badai, kapan mengayuh dengan dayung dan kapan cukup mengembangkan layar.
Orang-orang ini, didalam komunitas adalah para pembimbing komunitas kita sendiri. Mereka bisa menjadi para gembala, rohaniawan yang siap membimbing, kaum rasul awam dan pihak-pihak yang dapat memberikan arahan-arahan dengan jelas.
4. Awak Kapal
Terlepas dari 3 peran diatas, ada juga awak kapal yang juga merupakan semua orang yang ikut dalam pelayaran ini. Setiap orang bisa berperan sebagai penumpang, namun bisa juga turut serta ambil bagian dalam tugas tertentu, sepanjang diperlukan di dalam pelayaran itu.
Demikianlah, jika kita sudah bergabung dalam komunitas, kita mesti ikut serta sampai tuntas dan sekecil apapun peran kita, kita adalah bagian dalam komunitas itu sendiri. Kita perlu untuk saling menguatkan, saling mengisi dan saling berbagi dengan sesama supaya setiap orang mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi.
Nah, disamping peran - peran, terdapat juga sejumlah atribut yang diperlukan dalam pelayaran, antara lain :
1) Perahu
Perahu adalah komunitas kita sendiri, sarana untuk mengarungi samudera menuju ke tujuan hidup kita. Komunitas adalah sarana yang diberikan oleh Tuhan, supaya kita semua, seia-sekata, dengan visi yagn sama mau meraih hidup yang kekal bersama Kristus.
Tanpa keberadaan perahu komunitas, setiap orang yang mau berusaha jalan sendiri akan menemui banyak hambatan dan kesulitan.
2) Dayung
Dayung disini adalah salah satu alat yang dipakai untuk menggerakkan komunitas atas usaha dari masing-masing anggota. Jika anggota-anggota aktif dan mendayung dengan baik, perahu dapat bergerak dengan baik dan lancar.
Dayung adalah simbol dari lingkup pelayanan kita sendiri : komisi-komisi , seksi-seksi dan bidang-bidang yang ada dalam komunitas itu. Apapun peran kita, besar atau kecil, inilah yang menggerakkan komunitas.
3) Layar
Disini secara khusus, saya mengartikan layar yang terkembang adalah saat ketika kita semua menerima curahan rahmat dari Allah sendiri yang menuntun hidup kita lebih mudah. Tidak selamanya, kita mesti mendayung dan berlelah-lelah berjibaku melawan arus kehidupan.
Komunitas yang sehat, terbuka terhadap inspirasi dan bimbingan dari Roh Kudus seperti perahu yang siap merentangkan layarnya ketika angin datang dan siap membawa perahu melaju lebih baik.
4) Kompas dan alat navigasi lainnya
Dalam sebuah pelayaran, dibutuhkan beberapa peralatan navigasi seperti kompas, yang menunjukkan arah kemana kita berlayar, peta dan berbagai hal lainnya yang mungkin diperlukan. Dalam komunitas, ada juga rambu-rambu seperti statuta, visi misi, AD/ART dan berbagai ketentuan yang perlu dilaksanakan bersama-sama.
Selain itu, kekuatan dan kehadiran komponen dari alam juga berpengaruh : matahari, bulan, bintang dan langit. Benda-benda langit ini dan kondisi alam adalah komponen yang bersifat tetap dan tak perlu diragukan lagi.
Saya mengartikan ini juga sebagai kebenaran iman kita seperti : kitab suci, magisterium dan tradisi Gereja dan juga berbagai ajaran gereja lainnya dalam hidup berkomunitas kita..
5) Suplai makanan dan obat-obatan
Obat-obatan dan suplai makanan diperlukan selama perjalanan sebagai ransum. Kita semua harus tetap makan dan minum selama berlayar, dan harus bijak menggunakannya juga. Dalam kehidupan yang sesungguhnya, inilaah rejeki yang Tuhan berikan kepada kita dan sarana-sarana yang menguatkan kita untuk tetap berjuang sampai ke tujuan.
Orang-orang yang sedang sakit, dapat ditolong. Mereka yang lapar dapat dikenyangkan. Situasi yang dialami secara fisik oleh orang-orang di dalam perahu itu, juga merupakan gambaran kehidupan kita dimana didalam komunitas, ada juga hal - hal yang mesti kita pelihara seperti mengikuti seminar- seminar, pelatihan, penyegaran rohani dsb.
Kekompakan adalah kuncinya
Nah, dibagian ini saya mau membicarakan tentang kisruh dan keharmonisan yang dapat terjadi di dalam perjuangan hidup kita di komunitas. Dalam perahu, berada dilautan lepas, tak jarang konflik pasti terjadi. Ada orang yang bertengkar dan mungkin karena satu atau beberapa alasan menjadi tak senang berada disana.
Katakanlah dia marah dan emosi, apakah dia lantas memutuskan meninggalkan perahu dan loncat dilautan yang lepas ? Ataukah mau tak mau dia harus berjuang untuk dapat berdamai dengan orang-orang lain diperahu itu ? Demikianlah kita sebenarnya dalam satu komunitas, harus saling memaafkan dan merangkul.
Kita harus memiliki dan mengembangkan toleransi yang besar. Itulah sebabnya, komunitas adalah keluarga besar kita dimana kita semua bersaudara.
Tak jarang pula, dalam pelayaran, kita menemukan orang-orang yang terombang ambing dilaut dan butuh pertolongan. Kita mesti menyelamatkan mereka, dan mengajak mereka bersama-sama sampai ke tujuan kita dengan aman dan lancar.
Inilah saat ketika kita menjadi terang dan berkat bagi sesama. Pun jika perahu kita harus singgah di beberapa titik, orang-orang dapat datang dan pergi, tetapi perahu ini tetap mengantarkan setiap orang ada sampai diatasnya.
Mari berkomunitas dengan sehat sesuai teladan Jemaat Perdana
Diakhir artikel ini, marilah kita melihat apa yang tertulis di Kitab Suci terkait dengan terlibat dalam lingkup komunitas rohani, yakni Gereja kita yang perdana
Kis 4 : 32 - 37 Cara hidup jemaat
4:32 Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. 4:33 Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. 4:34 Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa 4:35 dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. 4:36 Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. 4:37 Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.
Komentar
Posting Komentar