Sketsa Iman, 19 Juni 2018
Bacaan 1: 1Raj. 21:17-29
Bacaan Injil : Mat 5:43-48
Ulasan Kitab Suci :
5:43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. 5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. 5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. 5:46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu?Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? 5:47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? 5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."
Renungan :
Lebih lanjut, Yesus menegaskan Hukum cinta kasih yang diperbaharui yaitu : "kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." Standar kita menjadi sama sekali lain karena sekarang kita disebut anak-anak Bapa di Surga. Apakah Bapa membenci seseorang ? Apakah Bapa memilih - milih orang yang Ia kasihi ? Jika jawabannya tidak, maka kita pun harus mengikuti teladan dan model yang ditunjukkan Bapa. Yesus menegaskannya dengan berkata bahwa Bapa menerbitkan matahari bagi orang yang jahat maupun orang yang baik. Tidak ada pembedaan.
Marilah kita merenungkan bersama-sama, apa sikap kita terhadap orang - orang yang pernah menyakiti kita. Coba telaah lagi sikap hati dan pikiran kita, apakah kita mudah menceritakan sisi negatif orang itu saat ngobrol dengan orang-orang lain ? Apakah kita akan berkata bahwa dia sudah dimaafkan, tetapi kita tak mau lagi berhubungan dengannya ? atau mungkin kita berkata, ya sudah, lupakan saja semuanya, tanpa pernah berdamai dengan dirinya dan diri kita sendiri atas sejumlah kejadian masa lalu ?
Tolak ukur kita seringkali masih bias. Hari ini, hati kita diketuk Tuhan, untuk mengubah standar kita. Bukan hanya kepada mereka yang selalu baik, tersenyum, membantu dan menolong kita saja yang kita perhatikan, tetapi juga orang-orang yang mungkin terkadang menjadi pribadi "sulit" bagi kita. Tuhan memilih memberikan kepada kita rahmat Sakramen Pertobatan yang dapat kita terima berulang kali. Jika Tuhan Maha pengampun, mengapa kita tak bisa mencoba mengikuti teladan itu ?
Ada satu hal penting juga, bahwa jika kita sulit memaafkan, itu perbuatan manusiawi, sisi lemah kita, tetapi jika kita mampu memaafkan, itu bersifat ilahi, karena ini adalah sifat dari Allah yang pemaaf. Mintalah kepada Tuhan, pikiran, hati yang baru yang bersih dari segala luka dan sakit hati, dan juga dendam dan pikiran negatif. Hanya Tuhan yang mampu menolong kita keluar, karena itu, bersandarlah kepada Tuhan.
Teladan Orang Kudus : St Romualdus
Romualdus, seorang bangsawan Italia, dilahirkan sekitar tahun 951 di Ravenna, Italia. Ketika berumur dua puluh tahun, ia terguncang melihat ayahnya membunuh orang dalam suatu duel. Romualdus pergi ke biara Benediktin. Ia ingin hidup benar. Ia juga ingin melakukan silih atas perbuatan ayahnya yang kejam. Alam dan kehidupan biara merupakan hal baru bagi Romualdus. Ia terbiasa hidup mewah dan santai. Pemuda bangsawan itu terkesan dengan teladan hidup para biarawan. Karenanya, ia memutuskan untuk menjadi seorang biarawan pula. Ia mohon pada seorang pertapa yang baik bernama Marinus untuk mengajarkan kepadanya bagaimana menjadi kudus. Keduanya, Marinus dan Romualdus, melewatkan hari-hari mereka dengan memuji dan mencintai Tuhan. Sergius, ayah Romualdus, datang untuk melihat cara hidup baru yang ditempuh puteranya. Ayahnya terperanjat melihat kesederhanaan dan semangat pengangkalan diri. Ia sadar bahwa pastilah terdapat sukacita besar di sana karena puteranya dengan rela memilih untuk tinggal di sana. Itulah yang dikehendakinya. Ia meninggalkan harta kekayaannya lalu mengikuti jejak puteranya dan melewatkan sisa hidupnya sebagai seorang biarawan juga.
Di kemudian hari, Romualdus membentuk Kongregasi Benediktin Kamaldoli (OSB Cam). Ia menjelajah seluruh Italia untuk membentuk pertapaan-pertapaan dan biara-biara. Ke mana pun ia pergi, ia memberikan teladan penyangkalan diri yang mengagumkan bagi para biarawannya. Selama satu tahun penuh, yang menjadi makanannya setiap hari hanyalah sejumput kacang rebus. Kemudian selama tiga tahun, ia hanya makan dari sedikit hasil tanaman yang ia tanam sendiri. Melalui mati raga yang dilakukannya itu, Romualdus semakin dekat dengan Tuhan.
Romualdus wafat pada tanggal 19 Juni 1027 di biara Valdi-Castro. Ia berada sendirian di kamarnya dan wafat dengan tenang, tanpa diragukan lagi dengan membisikkan doa kesukaannya: “Oh, Yesus-ku yang manis! Tuhan hatiku! Sukacita bagi jiwa-jiwa murni! Tujuan dari segala yang aku dambakan!”
http://yesaya.indocell.net/id279_s__romualdus.htm
Doa :
Ya Allah, perbaharuilah hati dan pikiran kami supaya kami mampu bertindak sesuai dengan standar baru cinta kasih yang Yesus ajarkan pada hari ini untuk kami. Semoga kami tidak hanya mengasihi orang-orang yang baik saja, tetapi juga mereka yang terkadang menyakiti hati kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Bacaan 1: 1Raj. 21:17-29
Bacaan Injil : Mat 5:43-48
Ulasan Kitab Suci :
5:43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. 5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. 5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. 5:46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu?Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? 5:47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? 5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."
Renungan :
Lebih lanjut, Yesus menegaskan Hukum cinta kasih yang diperbaharui yaitu : "kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." Standar kita menjadi sama sekali lain karena sekarang kita disebut anak-anak Bapa di Surga. Apakah Bapa membenci seseorang ? Apakah Bapa memilih - milih orang yang Ia kasihi ? Jika jawabannya tidak, maka kita pun harus mengikuti teladan dan model yang ditunjukkan Bapa. Yesus menegaskannya dengan berkata bahwa Bapa menerbitkan matahari bagi orang yang jahat maupun orang yang baik. Tidak ada pembedaan.
Marilah kita merenungkan bersama-sama, apa sikap kita terhadap orang - orang yang pernah menyakiti kita. Coba telaah lagi sikap hati dan pikiran kita, apakah kita mudah menceritakan sisi negatif orang itu saat ngobrol dengan orang-orang lain ? Apakah kita akan berkata bahwa dia sudah dimaafkan, tetapi kita tak mau lagi berhubungan dengannya ? atau mungkin kita berkata, ya sudah, lupakan saja semuanya, tanpa pernah berdamai dengan dirinya dan diri kita sendiri atas sejumlah kejadian masa lalu ?
Tolak ukur kita seringkali masih bias. Hari ini, hati kita diketuk Tuhan, untuk mengubah standar kita. Bukan hanya kepada mereka yang selalu baik, tersenyum, membantu dan menolong kita saja yang kita perhatikan, tetapi juga orang-orang yang mungkin terkadang menjadi pribadi "sulit" bagi kita. Tuhan memilih memberikan kepada kita rahmat Sakramen Pertobatan yang dapat kita terima berulang kali. Jika Tuhan Maha pengampun, mengapa kita tak bisa mencoba mengikuti teladan itu ?
Ada satu hal penting juga, bahwa jika kita sulit memaafkan, itu perbuatan manusiawi, sisi lemah kita, tetapi jika kita mampu memaafkan, itu bersifat ilahi, karena ini adalah sifat dari Allah yang pemaaf. Mintalah kepada Tuhan, pikiran, hati yang baru yang bersih dari segala luka dan sakit hati, dan juga dendam dan pikiran negatif. Hanya Tuhan yang mampu menolong kita keluar, karena itu, bersandarlah kepada Tuhan.
Teladan Orang Kudus : St Romualdus
Romualdus, seorang bangsawan Italia, dilahirkan sekitar tahun 951 di Ravenna, Italia. Ketika berumur dua puluh tahun, ia terguncang melihat ayahnya membunuh orang dalam suatu duel. Romualdus pergi ke biara Benediktin. Ia ingin hidup benar. Ia juga ingin melakukan silih atas perbuatan ayahnya yang kejam. Alam dan kehidupan biara merupakan hal baru bagi Romualdus. Ia terbiasa hidup mewah dan santai. Pemuda bangsawan itu terkesan dengan teladan hidup para biarawan. Karenanya, ia memutuskan untuk menjadi seorang biarawan pula. Ia mohon pada seorang pertapa yang baik bernama Marinus untuk mengajarkan kepadanya bagaimana menjadi kudus. Keduanya, Marinus dan Romualdus, melewatkan hari-hari mereka dengan memuji dan mencintai Tuhan. Sergius, ayah Romualdus, datang untuk melihat cara hidup baru yang ditempuh puteranya. Ayahnya terperanjat melihat kesederhanaan dan semangat pengangkalan diri. Ia sadar bahwa pastilah terdapat sukacita besar di sana karena puteranya dengan rela memilih untuk tinggal di sana. Itulah yang dikehendakinya. Ia meninggalkan harta kekayaannya lalu mengikuti jejak puteranya dan melewatkan sisa hidupnya sebagai seorang biarawan juga.
Di kemudian hari, Romualdus membentuk Kongregasi Benediktin Kamaldoli (OSB Cam). Ia menjelajah seluruh Italia untuk membentuk pertapaan-pertapaan dan biara-biara. Ke mana pun ia pergi, ia memberikan teladan penyangkalan diri yang mengagumkan bagi para biarawannya. Selama satu tahun penuh, yang menjadi makanannya setiap hari hanyalah sejumput kacang rebus. Kemudian selama tiga tahun, ia hanya makan dari sedikit hasil tanaman yang ia tanam sendiri. Melalui mati raga yang dilakukannya itu, Romualdus semakin dekat dengan Tuhan.
Romualdus wafat pada tanggal 19 Juni 1027 di biara Valdi-Castro. Ia berada sendirian di kamarnya dan wafat dengan tenang, tanpa diragukan lagi dengan membisikkan doa kesukaannya: “Oh, Yesus-ku yang manis! Tuhan hatiku! Sukacita bagi jiwa-jiwa murni! Tujuan dari segala yang aku dambakan!”
http://yesaya.indocell.net/id279_s__romualdus.htm
Doa :
Ya Allah, perbaharuilah hati dan pikiran kami supaya kami mampu bertindak sesuai dengan standar baru cinta kasih yang Yesus ajarkan pada hari ini untuk kami. Semoga kami tidak hanya mengasihi orang-orang yang baik saja, tetapi juga mereka yang terkadang menyakiti hati kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Komentar
Posting Komentar