Sketsa Iman, 22 Januari 2019
Bacaan 1 : Ibr 6:10-20
Bacaan Injil : Mat 2:23-28
2:23 Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. 2:24 Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" 2:25 Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, 2:26 bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu--yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam--dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?" 2:27 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, 2:28 jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."
Renungan :
Sabat (Ibrani: shabbath) adalah dimulai dari hari Jumat sore (matahari terbenam) sampai Sabtu sore (matahari terbenam). Dan secara prinsip, Allah menginginkan manusia untuk menyembah-Nya secara khusus, karena Allah adalah Pencipta dan Pemelihara kehidupan. Sabat, hari ke tujuh dalam penciptaan, adalah hari khusus yang diberkati dan dikuduskan oleh Allah, karena Allah berhenti dari segala pekerjaan ciptaan yang telah dibuat-Nya (lih. Kej 2:2-3; Kel 20:11). Karena Sabat adalah hari yang dikuduskan oleh Allah, maka Allah melarang umat-Nya untuk bekerja pada hari Sabat (Kel 20:9-11). (bdk katolisitas.org)
Makna hari Sabat ini lah yang sangat dipatuhi oleh orang Yahudi, namun dengan kekakuan yang tinggi sehingga menjerat dan membatasi hidup manusia. Oleh karena itu, Yesus, sebagai Anak Manusia menegaskan bahwa : "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat." Dewasa ini, kita menghormati Hari Tuhan ini di hari Minggu dimana kita juga beristirahat, dan menggunakan waktu untuk menyembah Tuhan, salah satunya dengan menghadiri Misa hari Minggu.
Untuk mendalami tentang hari Tuhan ini, saya mengajak kita melihat sejenak dari DOCAT 139 : Bagaimana menyikapi perintah Allah untuk beristirahat pada hari Minggu terkait kerja ?
Perintah Allah untuk beristirahat pada hari Sabat atau hari Minggu adalah puncak tertinggi pengajaran Alkitab tentang bekerja. Dengan berhenti bekerja dan menghadiri Misa Kudus pada hari Minggu, pandangan manusia diarahkan pada tujuan sejati hidupnya. Perintah untuk beristirahat pada hari Sabat juga menjadi benteng melawan perbudakan manusia (entah sukarela atau pun wajib) karena pekerjaan. Perintah Allah untuk menjaga hari Sabat mempunyai dua tujuan, yaitu : membebaskan orang agar dapat beribadah kepada Tuhan; dan juga melindungi umat manusia, khususnya mereka yang miskin dari eksploitasi oleh majikan mereka.
Maka, bila kita merefleksikan kembali, apa yang dilakukan orang-orang Farisi walaupun terlihat mematuhi sebenarnya tidak menyentuh inti mengapa hari Sabat itu harus dikuduskan. Di zaman kita, kondisinya mungkin menjadi lain, karena kita seringkali sangat mudah memperlakukan hari Sabat sebagai hari libur belaka, tanpa melibatkan Tuhan sehingga terkadang bahkan untuk Misa hari Minggu saja, bisa terbengkalai. Semoga dengan renungan hari ini, kita sama-sama boleh berkomitmen kembali untuk menghargai Hari Sabat sebagai Hari Tuhan yang istimewa.
Doa :
Ya Allah, Bapa yang Mahakuasa, kami berterimakasih atas perintah yang Engkau berikan kepada kami agar kami beribadah kepadaMu pada hari Sabat. Kami seringkali bergumul dengan aktifitas - aktifitas kami yang begitu variatif sehingga terkadang kami mengorbankan waktu kami denganMu. Bimbinglah kami agar kami boleh senantiasa memiliki kerinduan untuk terlibat dalam Misa Kudus dan tetap semangat untuk membangun relasi kami dengan Dikau. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Bacaan 1 : Ibr 6:10-20
Bacaan Injil : Mat 2:23-28
2:23 Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. 2:24 Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" 2:25 Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, 2:26 bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu--yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam--dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?" 2:27 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, 2:28 jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."
Renungan :
Sabat (Ibrani: shabbath) adalah dimulai dari hari Jumat sore (matahari terbenam) sampai Sabtu sore (matahari terbenam). Dan secara prinsip, Allah menginginkan manusia untuk menyembah-Nya secara khusus, karena Allah adalah Pencipta dan Pemelihara kehidupan. Sabat, hari ke tujuh dalam penciptaan, adalah hari khusus yang diberkati dan dikuduskan oleh Allah, karena Allah berhenti dari segala pekerjaan ciptaan yang telah dibuat-Nya (lih. Kej 2:2-3; Kel 20:11). Karena Sabat adalah hari yang dikuduskan oleh Allah, maka Allah melarang umat-Nya untuk bekerja pada hari Sabat (Kel 20:9-11). (bdk katolisitas.org)
Makna hari Sabat ini lah yang sangat dipatuhi oleh orang Yahudi, namun dengan kekakuan yang tinggi sehingga menjerat dan membatasi hidup manusia. Oleh karena itu, Yesus, sebagai Anak Manusia menegaskan bahwa : "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat." Dewasa ini, kita menghormati Hari Tuhan ini di hari Minggu dimana kita juga beristirahat, dan menggunakan waktu untuk menyembah Tuhan, salah satunya dengan menghadiri Misa hari Minggu.
Untuk mendalami tentang hari Tuhan ini, saya mengajak kita melihat sejenak dari DOCAT 139 : Bagaimana menyikapi perintah Allah untuk beristirahat pada hari Minggu terkait kerja ?
Perintah Allah untuk beristirahat pada hari Sabat atau hari Minggu adalah puncak tertinggi pengajaran Alkitab tentang bekerja. Dengan berhenti bekerja dan menghadiri Misa Kudus pada hari Minggu, pandangan manusia diarahkan pada tujuan sejati hidupnya. Perintah untuk beristirahat pada hari Sabat juga menjadi benteng melawan perbudakan manusia (entah sukarela atau pun wajib) karena pekerjaan. Perintah Allah untuk menjaga hari Sabat mempunyai dua tujuan, yaitu : membebaskan orang agar dapat beribadah kepada Tuhan; dan juga melindungi umat manusia, khususnya mereka yang miskin dari eksploitasi oleh majikan mereka.
Maka, bila kita merefleksikan kembali, apa yang dilakukan orang-orang Farisi walaupun terlihat mematuhi sebenarnya tidak menyentuh inti mengapa hari Sabat itu harus dikuduskan. Di zaman kita, kondisinya mungkin menjadi lain, karena kita seringkali sangat mudah memperlakukan hari Sabat sebagai hari libur belaka, tanpa melibatkan Tuhan sehingga terkadang bahkan untuk Misa hari Minggu saja, bisa terbengkalai. Semoga dengan renungan hari ini, kita sama-sama boleh berkomitmen kembali untuk menghargai Hari Sabat sebagai Hari Tuhan yang istimewa.
Doa :
Ya Allah, Bapa yang Mahakuasa, kami berterimakasih atas perintah yang Engkau berikan kepada kami agar kami beribadah kepadaMu pada hari Sabat. Kami seringkali bergumul dengan aktifitas - aktifitas kami yang begitu variatif sehingga terkadang kami mengorbankan waktu kami denganMu. Bimbinglah kami agar kami boleh senantiasa memiliki kerinduan untuk terlibat dalam Misa Kudus dan tetap semangat untuk membangun relasi kami dengan Dikau. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Komentar
Posting Komentar