Sketsa Iman, 17 Januari 2019
Bacaan 1 : Ibr. 3:7-14
Bacaan Injil : Mrk 1:40-45
1:40 Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." 1:41 Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir." 1:42 Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. 1:43 Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras: 1:44"Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka." 1:45 Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.
Renungan :
Pada hari ini kita belajar untuk bersikap terbuka terhadap apa yang dikehendaki Yesus. Membaca kisah tentang penyembuhan, biasanya yang kita langsung rasakan adalah rasa syukur, takjub bahwa Yesus begitu berkuasa menyembuhkan. Pada bacaan hari ini ada hal yang menarik ketika kita melihat bagaimana Yesus meminta kepada orang kusta itu untuk merahasiakan kesembuhannya kecuali kepada imam dan persembahan menurut hukum Taurat.
Ada satu pesan penting yang tidak dapat dipatuhi oleh orang kusta itu yaitu mewartakan Yesus ke mana-mana. Konsekuensinya berujung ke Yesus yang tidak dapat lagi masuk terang-terangan ke dalam kota itu. Ia terpaksa tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi. Memang kuasa Tuhan yang besar dan kehadiranNya mampu menarik semua orang untuk datang dari segala penjuru.
Kadang-kadang dalam peristiwa - peristiwa hidup kita, yang heboh, yang menarik, yang besar menjadi dorongan yang kuat di dalam hati kita untuk menyebarkan semuanya. Apalagi di zaman sekarang ini dimana berita-berita dapat menyebar dengan cepat. Kadang sikap kita yang mau mewartakan, bisa bermasalah juga.
Pesan untuk kita yang kadang terlewatkan dalam kisah ini adalah bagaimana kita bijaksana dalam pewartaan kita. Kita perlu belajar menerima pesan - pesan dari Tuhan dan belajar memahami konsekuensi dari tindakan - tindakan kita. Memang, karena telah disentuh sedemikian dalam oleh Tuhan membuat orang kusta ini menjadi pewarta, tapi juga karena pewartaannya Yesus terhalangi pergerakannya untuk berkarya lebih jauh lagi.
Marilah kita senantiasa berdoa memohon hikmat kebijaksanaan dari Tuhan supaya tindakan - tindakan kita lebih banyak memberi manfaat daripada menimbulkan keributan atau perselisihan.
Doa :
Ya Allah, Bapa yang Mahakuasa, berilah kami terang kebijaksanaanMu supaya kami mampu membuat keputusan dan mengambil langkah - langkah bijak yang baik yang dapat menghasilkan manfaat-manfaat paling banyak untuk orang - orang disekitar kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Komentar
Posting Komentar