Sketsa Iman - 11 Agustus 2020
Bacaan 1 : Yeh 2:8-3:4
Bacaan Injil : Mat 18:1-5.10.12-1418:1 Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" 18:2 Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka 18:3 lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. 18:4 Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. 18:5 Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.18:10 Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga. 18:12 "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? 18:13 Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. 18:14 Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang."
Renungan :
Hari ini kita mau memfokuskan bersama permenungan kita pada sisi ketergantungan seorang anak kecil kepada orang tuanya. Ketika kita semua masih menjadi kanak - kanak, orang tualah yang memperhatikan kebutuhan hidup kita, apa yang kita makan, apa yang kita pakai, dan segala macam kebutuhan lainnya. Kita belum mampu mandiri dan mencukupi kebutuhan sendiri. Keputusan - keputusan yang dibuat bagi kitapun masih diatur oleh orang tua kita. Jika kita melihat ciri khas dari anak - anak ini, maka kita bisa melihat juga gambaran yang diinginkan oleh Yesus untuk kita semua mengenai bagaimana kita bersikap kepada Allah.
Sikap menggantungkan sepenuhnya hidup kepada orang tua inilah yang harus menjadi cerminan dan contoh kerendahan hati yang kita ikuti. Di hadapan Tuhan, kita melepaskan segala pegangan - pegangan kita yang lain : bakat kita, harta benda yang kita miliki, status sosial kita dll. Kita benar - benar mengosongkan diri dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Hanya Tuhan saja yang mengisi dan menjamin hidup kita.
Maka, yang terbaik yang bisa kita lakukan adalah dalam segaha hal di hidup kita, kita melibatkan Tuhan. Kita berdoa memohon rahmat dan penyertaan Tuhan, dan kita mempersembahkan hasil usaha dan buah - buah dari perbuatan kita kepada Tuhan. Di titik ini, bukan saya , bukan anda, yang melakukan yang terbaik tetapi semua karena bimbingan Tuhan sendiri.
Disi lain, hal yang dapat kita renungkan adalah betapa berharganya kita masing - masing bagi Tuhan. Hal ini tercermin dari perumpamaan tentang 100 ekor domba, bagaimana kehilangan 1 saja membuat sang gembala sampai turun tangan untuk mencari yang hilang itu. Begitu juga dengan kita masing - masing, jika saat ini kita merasa cukup jauh dari Tuhan, maka kita mesti menyandarkan hidup kita kepadaNya dan bertobat.
Doa :
Allah, Bapa yang Mahakuasa, bimbinglah kami supaya kami bisa belajar menjadi rendah hati seperti seorang anak kecil. Curahkanlah rahmat-Mu ke dalam hati kami juga supaya kami bisa bertobat atas segala dosa dan kesalahan kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Komentar
Posting Komentar