Sketsa Iman - 13 Oktober 2020
Bacaan 1 : Gal 4 : 31b-5:6
Bacaan Injil : Luk 11:37 - 41
11:37 Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan. 11:38 Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan. 11:39 Tetapi Tuhan berkata kepadanya: "Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. 11:40 Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? 11:41 Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.
Renungan :
Hari ini kita kembali berfokus pada penghayatan iman kita dalam kehidupan sehari - hari. Penghayatan iman ini harus bebas dari pencitraan belaka, tetapi harus bersumber dari hati yang tulus dan murni. Pada zaman Yesus, orang - orang Farisi dan ahli - ahli Taurat menerapkan berbagai macam hukum untuk dipatuhi oleh orang - orang Yahudi. Diantara yang ditetapkan itu adalah praktik mencuci tangan sebelum makan.
Suatu ketika, orang Farisi mengundang Yesus makan dirumahnya dan dia memperhatikan berbagai gerak gerik Yesus. Dia melihat kalau Yesus tidak mencuci tangan sebelum makan dan hal ini dijadikan permasalahan. Yesus memberikan tanggapan bahwa orang - orang Farisi bersikap munafik, hanya menampilkan hal - hal yang bersih dan seolah - olah menjunjung tinggi semua itu tapi justru untuk dipuji orang saja. Malahan sebenarnya ada banyak hukum - hukum yang menjerat orang Yahudi tapi tidak bagi mereka sendiri.
Di waktu kita saat ini, jebakan - jebakan pernyataan iman yang serupa masih terjadi. Seseorang bisa tetap rajin ke Gereja, mengikuti Misa Ekaristi setiap minggu tetapi ia tidak baik terhadap bawahan - bawahannya, bersikap keras, kasar dan ketus terhadap mereka. Seseorang bisa juga terlihat pandai berdoa di depan umum, kata -kata yang tersusun sangat indah dan menarik hati tetapi perilakunya mudah marah, jauh dari kesan kasih dan mementingkan diri sendiri.
Bahkan kita semua yang sudah sering melayani masih bisa jatuh dalam jebakan pujian dan penghargaan. Kita senang dengan pujian dan sanjungan orang lain, kita senang jika kita terkenal dan di panggil dalam banyak kegiatan. Sebaliknya, jika kita kurang dihargai, jika kita tidak dipanggil melayani dan kesempatan diberikan kepada orang lain kita merasa tersakiti dan tersinggung.
Hal - hal ini kiranya bisa cukup bervariasi pada masing - masing orang. Karena itu, kita perlu melakukan pemeriksaan batin secara rutin untuk melihat apakah kita menyakiti orang lain dalam keseharian kita, apakah dalam pernyataan iman kita setiap hari kita memaksakan kehendak kita dan hanya melihat hal - hal yang menguntungkan kita saja ?
Kita tak perlu merasa terbebani jika ternyata masih ada begitu banyak hal yang harus kita perbaiki dari hidup kita. Mari kita serahkan diri kita kepada Allah, karena dalam segala hal itu, Allah mengambil ukuran cinta kasih yang besar sehingga kita semua mendapatkan banyak kesempatan untuk belajar dan bertumbuh. Kesempatan itu bisa muncul dalam banyak situasi, misalkan menghadapi orang yang pemarah untuk belajar bersabar atau harus bersabar dalam kemacetan dijalan. Tak jarang kita harus belajar menahan diri dan nafsu kita supaya kita bisa mendapatkan kebutuhan - kebutuhan yang lain.
Tuhan mengajar kita dengan cara - cara yang unik, tapi kita harus terlebih dahulu mau melepaskan topeng hidup kita.
Doa :
Allah, Bapa kami yang Mahakuasa, kami berterimakasih dan bersyukur atas kebaikanMu supaya kami bisa belajar tidak mengikuti nafsu kami belaka tetapi juga berusaha untuk berkomitment supaya kami dapat berubah dan menjalankan penghayatan iman kami dengan baik. Kami tahu kalau kami harus belajar untuk terus memperbaharui diri, introspektif dalam hidup kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Komentar
Posting Komentar