Sketsa Iman - 8 November 2019
Bacaan 1 : Rom 15:14-21
Bacaan Injil : Luk 16:1-8
16:1 Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. 16:2 Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. 16:3 Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. 16:4 Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. 16:5 Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? 16:6 Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. 16:7 Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul. 16:8 Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.
Renungan :
Hari ini kita mendapatkan kisah tentang bendahara yang tidak jujur namun berlaku cerdik sehingga dipuji oleh tuannya. Standar kepandaian ini dikatakan oleh Yesus dengan pernyataan bahwa anak - anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak - anak terang. Bila kita melihat polanya sebenarnya ada pelajaran penting yang bisa kita serap dikombinasikan dari kacamata Tuhan, yang benar di hadapan Allah.
Sang bendahara berusaha untuk menanamkan "kebaikan", dengan harapan kebaikan itu dibalas oleh mereka yang menerimanya. Hal ini sebenarnya dapat menjadi bukti untuk kita bahwa melakukan yang baik bisa menghasilkan sesuatu yang positif, dalam hal ini mengurangi beban dari mereka yang berhutang. Tentu saja, sikap memalsukan surat hutang itu tidak dibenarkan. Namun, kita bisa menangkap esensi perbuatan baiknya yang dipakai untuk menyelamatkan hidup sang bendahara sendiri.
Bagaimana jadinya jika esensi perbuatan - perbuatan baik ini, diterapkan juga oleh anak - anak terang sambil mengandalkan Tuhan ? Kita dipancing juga untuk menggunakan akal budi kita supaya bisa bersikap kreatif dalam melakukan aktifitas harian kita. Kita diajak untuk melihat dan memperluas kemungkinan untuk bisa melakukan kebaikan - kebaikan yang lebih kepada sesama.
Kreatifitas ini muncul di benak bendahara tadi karena dia melihat kondisinya sendiri yang cukup sulit. Ia tahu ia tak bisa mencangkul, dan ia malu menjadi pengemis. Ia tahu tentang kemampuan dirinya dan karena itu menyusun sebuah rencana yang membantu dia selamat. Kitapun, diajak untuk menilai diri kita dan kemampuan kita lalu bertindak dengan baik dan cerdik untuk hidup kita dan orang lain.
Salah satu aspek penting yang tidak boleh kita lupakan, yang membedakan kita dengan bendahara tak jujur itu adalah sikap mengandalkan Tuhan dalam segala situasi. Bila kita berusaha semampu kita dengan segala daya upaya yang ada, lalu mengandalkan Tuhan maka kita bisa menghasilkan banyak hal yang positif untuk orang lain juga.
Doa :
Allah, Bapa kami yang Mahakuasa, Engkau menganugerahkan kami akal budi, kehendak bebas dan juga mengarahkan kami kepada keselamatan sejati. Kami mau belajar menggunakan semua hal - hal ini untuk kemuliaanMu. Berilah kami berkat dan bimbingan supaya kami bisa bersikap cerdik seperti bendahara yang tidak jujur itu, dan mengusahakan kebaikan - kebaikan bagi sesama. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Bacaan 1 : Rom 15:14-21
Bacaan Injil : Luk 16:1-8
16:1 Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. 16:2 Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. 16:3 Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. 16:4 Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. 16:5 Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? 16:6 Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. 16:7 Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul. 16:8 Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.
Renungan :
Hari ini kita mendapatkan kisah tentang bendahara yang tidak jujur namun berlaku cerdik sehingga dipuji oleh tuannya. Standar kepandaian ini dikatakan oleh Yesus dengan pernyataan bahwa anak - anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak - anak terang. Bila kita melihat polanya sebenarnya ada pelajaran penting yang bisa kita serap dikombinasikan dari kacamata Tuhan, yang benar di hadapan Allah.
Sang bendahara berusaha untuk menanamkan "kebaikan", dengan harapan kebaikan itu dibalas oleh mereka yang menerimanya. Hal ini sebenarnya dapat menjadi bukti untuk kita bahwa melakukan yang baik bisa menghasilkan sesuatu yang positif, dalam hal ini mengurangi beban dari mereka yang berhutang. Tentu saja, sikap memalsukan surat hutang itu tidak dibenarkan. Namun, kita bisa menangkap esensi perbuatan baiknya yang dipakai untuk menyelamatkan hidup sang bendahara sendiri.
Bagaimana jadinya jika esensi perbuatan - perbuatan baik ini, diterapkan juga oleh anak - anak terang sambil mengandalkan Tuhan ? Kita dipancing juga untuk menggunakan akal budi kita supaya bisa bersikap kreatif dalam melakukan aktifitas harian kita. Kita diajak untuk melihat dan memperluas kemungkinan untuk bisa melakukan kebaikan - kebaikan yang lebih kepada sesama.
Kreatifitas ini muncul di benak bendahara tadi karena dia melihat kondisinya sendiri yang cukup sulit. Ia tahu ia tak bisa mencangkul, dan ia malu menjadi pengemis. Ia tahu tentang kemampuan dirinya dan karena itu menyusun sebuah rencana yang membantu dia selamat. Kitapun, diajak untuk menilai diri kita dan kemampuan kita lalu bertindak dengan baik dan cerdik untuk hidup kita dan orang lain.
Salah satu aspek penting yang tidak boleh kita lupakan, yang membedakan kita dengan bendahara tak jujur itu adalah sikap mengandalkan Tuhan dalam segala situasi. Bila kita berusaha semampu kita dengan segala daya upaya yang ada, lalu mengandalkan Tuhan maka kita bisa menghasilkan banyak hal yang positif untuk orang lain juga.
Doa :
Allah, Bapa kami yang Mahakuasa, Engkau menganugerahkan kami akal budi, kehendak bebas dan juga mengarahkan kami kepada keselamatan sejati. Kami mau belajar menggunakan semua hal - hal ini untuk kemuliaanMu. Berilah kami berkat dan bimbingan supaya kami bisa bersikap cerdik seperti bendahara yang tidak jujur itu, dan mengusahakan kebaikan - kebaikan bagi sesama. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Komentar
Posting Komentar