Sketsa Iman - 6 September 2019
Bacaan Injil : Luk. 5:33-39
5:33 Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: "Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum." 5:34 Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? 5:35 Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa." 5:36 Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: "Tidak seorangpun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu. 5:37 Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itupun hancur. 5:38 Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. 5:39 Dan tidak seorangpun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik."
Renungan :
Yesus dan para murid saat itu hidup ditengah - tengah masyarakat Yahudi yang begitu taat pada Hukum Taurat. Yesus pun tampil dan melakukan pembaharuan, pembenahan dalam beberapa hal. Salah satunya terkait dengan peraturan pantang dan puasa, dimana Ia menyatakan diri sebagai sang mempelai sehingga tidak layak bagi sahabat- sahabat mempelai berpuasa saat mempelai itu ada bersama mereka. Dasar ini dipakai oleh Gereja Katolik hingga saat ini, dimana kita diajak berpuasa dan berpantang teristimewa dalam masa Prapaskah menjelang sengsara dan wafat Yesus, sang Mempelai itu.
Dimanapun kita berada, selalu ada perbedaan - perbedaan standar. Di masyarakat kita, dari sisi konsumsi makanan saja, umat Kristiani boleh menikmati daging babi, sementara ada anggota masyarakat dari agama lain yang mengharamkan makan babi. Ada juga, yang tidak boleh makan sapi karena dianggap sebagai hewan yang suci, dll.
Di dalam kitab suci sendiri pun terdapat nasihat dari Paulus tentang makan hewan persembahan. Saat itu, masyarakat Yunani menyembah banyak dewa - dewi. Daging persembahan dijual dipasar dengan harga yang murah. Bagi orang Kristen, sebenarnya tidaklah masalah makan daging itu, tapi Paulus memberikan nasihat untuk tetap melihat kondisi saat itu, jangan sampai ini menjadi batu sandungan bagi saudara dan saudari yang lain. Maksudnya apa ? misalkan ada kelompok Yahudi yang taat pada Hukum Taurat, dan masih menjalankan tradisi mereka dengan ketat, hal itu akan menghindari bentrok yang tidak perlu.
Maka, kita pun diajak untuk mampu bersikap toleran, saling menghormati satu sama lain tetapi hal - hal ini tidak melanggar batas iman kita kepada Kristus. Memang kita perlu menghargai standar hidup dan cara bertindak orang lain, khususnya kita yang tinggal di negara berasaskan Pancasila yang sarat perbedaan ini. Kita berusaha tetap menjalankan kewajiban agama kita, tapi kita juga bisa bersikap terbuka dan toleran terhadap orang - orang lain.
Sebagai contoh indahnya keberagaman ini bisa kita lihat dalam perayaan Natal dan Paskah di gereja - gereja. Masyarakat setempat seringkali ikut serta dalam membantu melakukan pengamanan bagi umat yang akan beribadah. Sikap toleransi semacam inilah yang perlu kita jaga dan pertahankan setiap waktu, supaya persatuan dan kesatuan bisa terpelihara dengan baik.
Doa :
Allah, Bapa yang Mahakuasa, curahkanlah semangat persatuan dan kesatuan di dalam diri kami. Berilah kami rahmat untuk bisa bersikap rendah hati dan toleran dalam menanggapi perbedaan diantara kami. Semoga kami selalu mau mencintai sesama kami dan mengusahakan perbuatan - perbuatan yang baik. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Komentar
Posting Komentar