Sketsa Iman - 28 Februari 2022
Bacaan : 1 Ptr 1:3-9 | Mrk 10:17-27
Renungan :
Mendekati masa Prapaskah, kita merasakan nuansa yang menghantar kita untuk kembali melihat gaya hidup dan kualitas cara hidup kita saat ini. Injil menceritakan tentang seorang kaya, yang datang menemui Yesus dengan harapan bisa masuk ke hidup yang kekal. Ia adalah model nyata dambaan banyak orang : banyak rejeki, diberkati Tuhan dengan nasib hidup yang baik. Ia juga seorang yang jelas cukup aktif, karena berani menjumpai Yesus , agaknya punya lingkaran sosial yang baik.
Dalam dialognya dengan Yesus, ia pun mengungkapkan bahwa ia seorang yang taat beragama : tidak membunuh, berzinah, mencuri, mengucapkan saksi dusta, mengurangi hak orang lain, dan menghormati ayah dan ibunya. Secara singkat, ini adalah bagian dari 10 perintah Allah yang berkaitan dengan hubungan manusia dan sesamanya. Ia melakukannya dengan sangat baik, sejak masa mudanya.
Dengan itu semua, kita bisa melihat dan menyadari orang ini sungguh dekat dengan kerajaan Allah, semata - mata karena ia seorang yang baik dan diberkati Tuhan. Namun, ternyata ada satu langkah lagi yang lebih sulit yang Yesus ajarkan kepada kita semua, melalui percakapanNya dengan si orang kaya itu.
Yesus mengajaknya untuk mengikuti Dia. Dan itu dilakukan setelah ia menjual harta miliknya dan membagikannya kepada orang miskin. Artinya, Yesus mengajak agar ia memiliki banyak tindakan belas kasih terhadap sesama, memberikan kepedulian, perhatian kepada simiskin papa dan untuk menilai bahwa harta kekayaan bukanlah satu-satunya dan yang utama dikejar dalam hidup ini.
Mendengar hal itu, orang kaya itu tak sanggup melakukannya. Ia pergi dengan hati sedih karena ia memiliki banyak harta dan tidak rela melepaskannya.
Nah, inilah yang akan menjadi lawan tanding kita selama kita berpantang dan berpuasa nantinya. Kita belajar untuk melepaskan kelekatan - kelekatan duniawi kita. Mungkin kita terikat dengan gaya hidup yang lebih konsumtif dan kurang melihat ke hal - hal mendasar yang sifatnya "cukup" dalam kebutuhan kita.
Masa pantang dan puasa akan mengajak kita berbelarasa dengan mereka yang berkekurangan. Misalkan dalam praktik puasa dimana kita makan kenyang 1x dan berpantang dengan tidak mengkonsumsi makanan yang harganya mahal seperti daging , dan justru lebih sederhana dengan makan sayuran, ikan dan telur. Ini menunjukkan keberpihakan kita, setidaknya kita merasakan juga apa yang dirasakan orang - orang yang berkesusahan untuk makan.
Bukan itu saja, daya kekuatan dari pantang dan berpuasa secara rohani akan menguatkan kita bahwa kita mampu mengendalikan diri dari kebiasaan - kebiasaan buruk dan dari dosa dosa. Kuncinya adalah berpasrah kepada Tuhan dan mau bertindak. Sungguh percuma jika semua itu hanya kita sadari dari sisi teori, tetapi pada praktiknya, kita tidak mau berubah.
Semoga kita semakin disadarkan akan apa yang diajarkan Kristus pada kita semua hari ini dan kita semakin dekat untuk mendapatkan kehidupan yang kekal.
Doa :
Allah, Bapa kami yang Maharahim, kami mau belajar untuk menahan diri dari nafsu - nafsu dan keinginan yang tidak teratur. Berilah kami rahmat dan terangilah hati dan pikiran kami supaya mampu menyadari apa saja yang harus kami bentuk dan ubah selama masa pantang-puasa yang akan datang ini. Ubahlah kami menjadi pribadi yang semakin baik. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Komentar
Posting Komentar